Mohon tunggu...
Shaleh Muhammad
Shaleh Muhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - PMII Maros / Wanua Masennang

Freelance yang aktif di organisasi mahasiswa dan kepemudaan, dengan minat pada budaya Bugis, hobi membaca, dan semangat pemberdayaan komunitas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dimensi Tarekat: Tradisi, Sejarah dan Keabsahannya

7 Januari 2025   00:38 Diperbarui: 8 Januari 2025   10:17 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini begitu banyak persepsi mengenai Tarekat, setiap pengamal memiliki defini masing-masing dalam melihat Tarekat itu seperti apa, Suyuti (2024) Begitu banyak persepsi tentang tarekat seperti mempersepsikan seekor gajah. Setiap orang dapat merumuskan definisi sesuai dengan cara mereka memahaminya, mirip dengan berbagai pendapat tentang gajah. Beberapa mungkin melihat tarekat sebagai mahkota, karena mereka fokus pada aspek tertentu. Yang lain mungkin menganggapnya seperti pipa air karena hanya berinteraksi dengan bagian tertentu. Ada yang melihatnya seperti kipas karena fitur tertentu yang menonjol, sementara yang lain mengibaratkannya seperti tiang karena pengalaman yang mereka miliki. Seperti halnya gajah, banyak dimensi dari tarekat yang mungkin hanya terlihat dari satu sudut pandang.

Tarekat (Arab: Tarqah) dalam pengertian kamus bahasa arab Al-Munjid fi Al-Lughah wa Al-A'lam diartikan sebagai: 1. jalan, cara; 2. keadaan; 3 mazhab, aliran; 4. goresan/garis pada sesuatu; 5. tiang tempat berteduh, tongkat payung; atau 6. yang terkenal dari suatu kaum.

Baca juga: Eksistensi Tarekat di Kassi: Warisan Spritual yang terjaga di Maros

Secara terminologi, Menurut Jean (2002) tarekat adalah: a. Perjalanan mistik secara umum, yang melibatkan kombinasi seluruh ajaran dan praktik yang diambil dari Al-Qur'an, Sunnah Nabi Muhammad Saw, dan pengalaman para guru spiritual. b. Kelompok persaudaraan sufi yang sering dinamai sesuai dengan nama pendirinya. Tarekat adalah suatu metode yang diikuti oleh seorang sufi dengan mengikuti aturan-aturan tertentu sesuai dengan arahan dari guru atau Mursyid (Guru Tarekat) mereka dalam setiap komunitas Tarekat, agar seorang murid lebih dekat kepada sang Khaliq Allah Swt.

Tasawwuf, seringkali kita menggunakan istilah "Thariqah," yang secara harfiah berarti "jalan," merujuk pada jalan untuk mencapai Ridla Allah, atau keridhaan-Nya. Dengan pemahaman ini, kita dapat menggambarkan bahwa ada banyak jalur yang mungkin, seperti yang dinyatakan oleh beberapa sufi, "Al-thuruk bi adadi anfasi al-Makhluk," yang berarti "jalan menuju Allah sebanyak nafasnya makhluk," dengan berbagai variasi dan macamnya. Seseorang yang ingin menempuh jalan tersebut harus berhati-hati karena ada yang sah dan ada yang tidak, ada yang diterima dan ada yang tidak, baik secara tradisional maupun non-tradisional. Maksudnya adalah ada tarekat yang diakui sanadnya (Mu'tabarah) dan yang tidak diakui (Gairu Mu'tabarah).(Awaluddin 2016). 

Baca juga : Menguak Jejak Sejarah Kassi, Labuang, dan Pacelle. Kabupaten Maros

Sejarah Munculnya Tarekat

Pada hakikatnya, tarekat tidak terpisah dari syariat karena tarekat adalah manifestasi dari syariat itu sendiri. Seperti yang sering dikatakan, "syariat tanpa tarekat adalah kosong, sedangkan tarekat tanpa syariat adalah bohong." Abu Bakar Atjeh (2001) dalam bukunya, Pengantar Tarekat, dengan tegas menyatakan bahwa tarekat adalah bagian yang paling penting dari praktik tasawuf. Memahami tasawuf tanpa mengetahui dan mengikuti tarekat adalah usaha yang sia-sia.

Ajaran tasawuf dijelaskan bahwa syariat hanyalah aturan, sedangkan tarekat adalah cara untuk melaksanakan syariat tersebut. Ketika seseorang telah memahami dan menguasai syariat dan tarekat, maka akan lahir pemahaman yang lebih dalam, yang disebut ahwal, yang pada akhirnya bertujuan mencapai makrifat, yaitu mengenal dan mencintai Tuhan sebaik-baiknya.

Nabi Muhammad saw. sendiri telah memberikan contoh praktik kesufian dalam hidupnya, seperti menghabiskan waktu di Gua Hira sebelum menerima wahyu, serta pengalaman Isra' Mi'raj. Selain itu, ada juga sekelompok sahabat yang fokus pada aspek rohani dalam kehidupan mereka, seperti ahl al-suffah. Dengan demikian, praktik tasawuf dan tarekat memiliki dasar dalam ajaran Nabi saw. dan sahabatnya, yang menekankan aspek spiritualitas.

Hal ini diperkuat dengan hadis tentang ketibaan Jibril as. yang menyampaikan prinsip-prinsip Islam, iman, dan ihsan, yang terakhir merupakan dasar ajaran dalam tarekat, Basyuni (2002) dalam kitab Nasy'ah al-Tashawwuf al-Islamiy menurut Muhammad Shadiq al-Gumri:

Artinya: "Islam adalah tentang ketaatan dan pengabdian, iman adalah tentang keimanan dan keyakinan, dan ihsan adalah tentang kesadaran akan Allah dan pengamatan langsung (seperti yang disampaikan oleh Nabi saw.). Ihsan merupakan keadaan di mana seseorang menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya, dan jika tidak, maka dengan keyakinan bahwa Dia senantiasa melihatnya. Oleh karena itu, bagi mereka yang meninggalkan praktik ihsan, yaitu tarekat, dapat dipertanyakan keberagamaan atau kesempurnaan imannya, karena mereka telah meninggalkan sesuatu yang menjadi pilar kehidupan spiritual mereka".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun