Mohon tunggu...
Shaleh Muhammad
Shaleh Muhammad Mohon Tunggu... Jurnalis - Kuli Kata

Pejalan Sunyi, menulis dalam gelap.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Potret Pengajar Bangsa di Kota Pendidikan Majene

8 Desember 2022   03:05 Diperbarui: 8 Desember 2022   18:36 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Basir, Kepala SDN 40 Babalombi. dokpri

Bagian 1

Sulawesi Barat (Sulbar) telah di sahkan jadi Provinsi Baru pada tahun 2004 silam. Perkembangannya mulai merangkak sedikit demi sedikit sejak saat itu. Adalah dasar pendekatan dan pembangunan yang merata di tanah persekutuan Mandar, itu tujuannya.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 tentang embentukan Daerah Otonomi Baru pada tanggal 5 Oktober 2004 melahikan Sulbar.

Lahirnya Sulbar adalah angin segar bagi wilayah barat Celebes yang sebelum kemerdekaan adalah Afdeling Mandar. 

Pada tulisan ini, bukanlah lebih jelas bercerita tentang sejarah dan asal-usul Sulbar. Tetapi mencoba  menyentuh sedkit tentang arah kebijakan pemerintah tentang pembangunan, utamanya Infrastruktur jalan.

Tantangan itu semakin jelas ketika Mega Proyek Jokowi, pemindahan ibu kota negara ke tanah Borneo. Ia beri nama Ibu Kota Nusantara (IKN). Sudah barang tentu, dari letak geografis Ibu Kota Sulbar [Mamuju] tepat berada di muka pulau paru-paru dunia tersebut. Dalam berbagai kesempatan, Penjabat Gubernur Sulbar tahun ini [2022] banyak menyuarakan bahwa Sulbar adalah gerbang IKN Jokowi tersebut. Sayang, dari berbagai kampanye tersebut, tidak banyak bercerita tentang strategi, kebanyakan hanyalah seremonial penyambutan IKN.

"Pertemuan ini mempererat silaturahmi dan momentum bagi kita meningkatkan koordinasi dalam mendukung IKN," kata Pj Gubernur Akmal Malik di kutip dari laman Sindonews.com.

Pada kesempatan itu, ia berbicara tentang pemerataan pembangunan adalah bentuk dukungan kepada IKN.

Tetapi Pj Akmal Malik barulah datang akhir-akhir ini.  Setelah Anwar Adnan Saleh menjabat dua periode dan Ali Baal Masdar satu Periode. Sulbar 15 tahun di tangan anak kandungnya sendiri, dari latar gunung dan laut. Bagi-bagi jabatan yang baik.

Dari berbagai macam kesibukan kecil beberapa pekan ini, banyak kabar beredar di laman media sosial tentang Sulbar. Saya mencoba merangkumnya dalam catatan harian, sayapun tak tahu memberi nama. Esai,News, ataukah celoteh belaka. Seperti berikut ini :

Kabar dari Maya Tentang Tol Lumpur Ulumanda

Lumrah sudah jalan-jalan sempit dan berlumpur dalam hari-hari penapak kaki di pinggiran Pegunungan Quarles. Di sanalah Ibu bagi moyangku dan kami.

Baru-baru ini tamparan kasih sayang telah melayang ke muka anaknya sendiri. Di puncak gunung dekat perkumpulan kecil, rakyat kecil pula.

Dari kabar maya kutemukan foto seorang pengajar bangsa sedang merintih sendiri. Kuda besinya jatuh dari ketinggian sekira lima meter. Hanya senyum kecil ia tampakkan dalam foto itu, mungkin menurutnya ini [jatuh] sudah biasa.

Eh tak selang lama, pengajar bangsa itu memulai cerita barunya di laman sosial.

Kabarnya, jembatan itu ada yang bangun tanpa angin tanpa kata. Setelah kubaca dengan seksama ternyata bukan tanpa apa-apa, kecuali ia ibah dan tulus merenovasi jalan tapak saudaranya.

Dua sosok, sama-sama pengajar bangsa. Mungkin cara mereka memulai kritikan lebih santun dari apa yang telah kutulis saat ini. Ia, namanya juga pengajar bangsa.

Dua sosok tempat aku banyak belajar. Bahwa, memulai gerakan tak perlu dengan foto dan nama terpampang besar di simpang tiga jalan itu. Bukan dengan janji,"Kalau saya menang, kita karokean bareng-bareng" ini hanya imajinasiku kalau suatu saat aku juga memasang baliho dan meninggalkan kepalaku di meja-meja hiburan [bukan malam].

Terimakasih pengajar bangsa, walau jembatan kayu tetapi itu lebih berarti di banding gambar gede di simpang tiga.

Pada beberapa celoteh saya yang lalu-lalu, cerita di atas adalah bagiannya. Kecamatan Ulumanda, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat adalah sumber dari semuanya.

Yang kusebut Guru Bangsa ialah sosok guru sekolah dasar di wilayah tersembunyi dari Kecamatan Ulumanda, namaya Basir. Tempatnya mengajar boleh di bilang masih samar-samar, jauh mencerminkan dari jargon Majene "Kota pendidikan". Pasalnya, untuk sampai ke SDN 40 Babalombi butuh perjuangan yang bertaruh segalanya. Jarak dari jalan Aspal hanyalah kurang lebih 40 Kilo Meter. Tetapi menyita waktu tiga sampai enan jam perjalanan. Pada opini yang kutulis di beberapa media massa kuberi judul Babalombi dan Kota Pendidikan? Meniti Asa yang Sia-Sia (geotimes) jelas ku gambarkan kisahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun