Mohon tunggu...
Patriot Negara
Patriot Negara Mohon Tunggu... Lainnya - warga Indonesia

Warga dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Membandingkan Intensitas Banjir Lebih Adil

19 Januari 2014   14:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:41 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa kali muncul tulisan membandingkan antara situasi banjir baik antara periode gubernur sekarang dan periode sebelumnya atau membandingkan antara banjir tahun sekarang dan tahun sebelumnya. Perbandingan itu terkadang naif dan bisa sangat menyesatkan karena hanya mengambil satu momen dari suatu periode tertentu untuk dibandingkan juga dengan satu momen dari periode yang lain. Bahkan perbandingan momen waktu tertentu dengan momen lainnya amat rawan untuk dimanipulasi  demi kepentingan tertentu.

Berikut adalah dua gambar situasi banjir dari tahun yang berbeda tapi tanggal yang sama. Jika warna biru menggambarkan daerah yang digenangi banjir, maka kondisi banjir gambar sebelah kanan lebih baik dari sebelah kiri karena daerah yang tergenang lebih sedikit. Meskipun demikian kita tidak bisa langsung mengambil kesimpulan bahwa secara umum situasi di peta sebelah kanan lebih baik dari sebelah kiri karena hanya membandingkan momen tanggal 1 Januari di peta kiri dan peta kanan.

Setelah dua minggu kemudian dibuat peta banjir yang menggambarkan situasi luas banjir pada tanggal 8 dan 15 Januari.  Pada tanggal 8 Januari, daerah banjir di peta kiri sudah jauh menyusut dan tinggal menyisakan beberapa beberapa spot yang masih mengalami banjir, sedangkan peta kanan masih menunjukkan kondisi yang sama dengan kondisi tanggal 1 Januari. Demikian pula dengan tanggal 15 Januari di mana peta kiri sama dengan tanggal 8 Januari, sedangkan peta kanan masih tetap belum menunjukkan perubahan yang artinya banjir tidak surut sejak tanggal 1 Januari sampai tanggal 15 Januari.

1390116639976951390
1390116639976951390

Dari gambaran tanggal 8 dan 15 Januari jelas bahwa kondisi di peta kiri masih lebih baik karena banjir hanya terjadi maksimal seminggu, sedangkan peta kanan banjir masih menggenang dalam periode waktu 3 minggu.  Dari sini terlihat bahwa perbandingan dengan menggunakan periode waktu tertentu lebih akurat dibanding hanya menggunakan momen tanggal tertentu.

Membandingkan banjir juga tidak adil jika tidak ikut memperhitungkan besarnya curah hujan yang terjadi. Jika terjadi musim kemarau panjang karena perubahan musim maka jika peta banjirnya dibandingkan dengan peta banjir tahun mana pun akan terlihat lebih baik, meskipun tidak ada sodetan sungai yang baru dibangun  atau banjir kanal baru yang difungsikan.

Mengukur intensitas banjir secara lebih tepat adalah dengan membuat besaran index untuk satu periode tertentu misalnya per tahun dengan memasukkan faktor luas daerah yang tergenang di kali jumlah hari terjadi banjir dan dibagi dengan besarnya curah hujan dalam satu periode tertentu. Periode ini selayaknya paling tidak memuat satu siklus penuh musim kering dan musim hujan. Sehingga bisa menggunakan periode 1 tahun atau 4 tahun.

Pada contoh diatas andaikan pada peta kiri dan kanan hujan hanya terjadi antara 1 Januari sampai 15 Januari dengan curah hujan selama setahun mencapai 2000 mm per tahun, luas daerah tergenang banjir sebelah kiri mencapai 70 km persegi di tanggal 1-5 Januari dan 10 km persegi antara tanggal 6-15 Januari maka didapatkan index banjir = (70 * 5 + 10 * 10) / 2000 hari km persegi/mm = 0,225.

Index banjir pada peta kanan di mana luas daerah tergenang banjir  mencapai 40 km persegi di periode tanggal 1-15 Januari dengan curah hujan selama setahun sama dengan peta kiri maka didapatkan index banjir = (40 *15) / 2000 hari km persegi/mm = 0,3.

Terlihat bahwa index banjir gambar kiri lebih baik (0,225) dibandingkan gambar kanan (0,300) meskipun peta banjir pada tanggal 1 Januari memberikan kondisi peta kiri yang lebih jelek dari peta kanan.

Kinerja pemerintah dalam penanganan banjir bukan hanya diukur dengan index banjir ini. Banyak parameter lain yang bisa digunakan untuk mengukur seberapa siapnya pemerintah dalam penanganan banjir, misalnya total volume kapasitas saluran pembuangan air, total volume kapasitas banjir kanal, total volumen kapasitas sodetan yang dibangun, dan sebagainya.

Pada akhirnya opini masyarakat juga bisa bias. Jika banjir terjadi selama satu hari dan hanya 30% masyarakat mengalami dampaknya tapi terjadi di saat menjelang pemilu, itu cukup untuk membuat pemerintah yang berkuasa tumbang tidak dipilih lagi. Tapi jika ada banjir yang 70% masyarakat mengalami dampaknya dan terjadi selama berhari-hari tapi jauh sebelum pemilu maka peristiwa itu akan mudah dilupakan masyarakat, apalagi dengan berbagai teknik pencitraan yang canggih yang dibuat oleh tim sukses yang pada dasarnya hanya menipu para konstituen untuk memberikan suaranya pada calon yang diusungnya.

Catatan : Semua gambar dari ilustrasi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun