Mohon tunggu...
Patriot Negara
Patriot Negara Mohon Tunggu... Lainnya - warga Indonesia

Warga dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Stigma dan Definisi Orang Baik Versi Anies Baswedan

2 Juni 2014   11:05 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:49 2883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anies Baswedan yang merupakan Rektor Universitas Paramadina dan termasuk dalam tim sukses Jokowi mengatakan  agar orang baik memilih orang baik.  Orang baik yang dipilih dalam konteks ini adalah Joko Widodo sebagai salah satu capres yang akan diperjuangkannya sedangkan Prabowo Subianto dianggap sebagai orang bermasalah dan tidak masuk dalam kategori orang baik versi Anies.

Baik adalah kata sifat yang relatif subyek-obyek. A bisa menjadi baik bagi B dan A sekaligus bisa menjadi jahat bagi C. Seorang koruptor adalah orang baik bagi keluarganya tapi adalah orang jahat bagi bangsanya. Pangeran Diponegoro adalah orang baik bagi rakyat Mataram tapi adalah orang jahat bagi penjajah Belanda. Arupalakka adalah pahlawan bagi rakyat Kerajaan Bugis Bone tapi merupakan pengkhianat bagi Sultan Hasanuddin dan rakyat Makassar. Osama bin Laden adalah teroris bagi USA tapi merupakah mujahid bagi para jihadist.

Anies Baswedan selayaknya tidak mengklaim bahwa kandidat yang didukungnya adalah orang baik dan semua pendukungnya juga merupakan orang baik karena penggunaan kata itu terlalu luas dan menisbikan kompleksitas dan relatifitas subyek-obyek untuk predikat baik tersebut. Lebih bijak jika Anies dengan secara spesifik memberikan argumen dan alasan rasional ketika menentukan pilihannya dari pada melakukan generalisasi dan konklusi dengan melihat hanya beberapa fakta yang ada di depannya.

Saya adalah pendukung Prabowo karena saya menggunakan daya nalar  saya berdasarkan fakta dan realita yang ada bahwa Prabowo adalah calon terbaik dari capres yang ada sekarang tanpa perlu mengatakan bahwa Prabowo adalah orang yang baik.  Prabowo mempunyai banyak aspek positif dan negatif sebagai manusia biasa, bukan seorang satria piningit  tanpa cela, apalagi seorang Nabi yang tak punya kesalahan.  Yang penting Prabowo tanpil apa adanya, menerima masukan dari sekelilingnya dan mempunyai rencana kerja yang baik bagi negeri ini.

Tak semua masalah bisa diselesaikan dengan win-win solution. Banyak hal dalam kehidupan bernegara merupakan zero-sum game, alias ada yang kalah dan menang. Ketika para penyabot tanah negara diminta pindah oleh aparat negara, maka aparat tersebut adalah orang jahat dimata para penyabot, sedangkan rakyat banyak akan menilai bahwa para aparat adalah orang baik yang melaksanakan tugas yang diberikan oleh negara.

Jika kasus HAM Prabowo masih dimasalahkan, padahal sudah berulang kali dijelaskan dan dibahas maka itu saja dengan memberi stigma bahwa Prabowo adalah orang jahat meskipun kejadian diakui secara jantan oleh Prabowo, dilakukan karena perintah dari atas, Prabowo mengambil alih tanggung jawab kesalahan tersebut, dan sudah menerima hukuman diberhentikan dengan hormat. Masih dianggap kesalahan itu masih melekat ? Ummat Muslim mempunyai teladan Umar bin Khattab  seorang sahabat Nabi Muhammad, yang masa lalunya amat kelam dan bahkan pernah membunuh anaknya sendiri karena terlahir sebagai seorang perempuan. Belakangan Umar menjadi sahabat Nabi Muhammad yang terkemuka dan menempati rank nomor dua setelah Abu Bakar Shiddiq.

Apakah pendukung Prabowo adalah manusia-manusia baik ? Tidak juga. Mungkin diantara pendukung Prabowo adalah warga di gang Dolly atau Saritem, yang setiap hari melayani suami orang yang suka berpetualang. Penghuni gang Dolly dan Saritem secara moral tak akan dianggap manusia baik, tapi mungkin bagi mereka itu bukan pilihan. Kondisi ekonomi dan kebijakan negara yang tak kunjung membuat mereka lepas dari kubangan lumpur hitam yang selama ini menjadi keseharian mereka. Menjadi orang baik tak selamanya merupakan pilihan yang bisa diambil untuk dijalani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun