Gambar yang di retweet oleh Wimar Witoelar serta ditambahkan kalimat : "Gallery of Rogues...Kebangkitan Bad Guys" Wimar Witoelar semakin nyata bahwa siapa sebenarnya yang mempunyai masalah mental sehingga perlu di revolusi mental. Gallery of Rogues alias kumpulan bajingan adalah kata yang sangat kasar dan merupakan penghinaan yang tak ada lagi yang lebih buruk dari ucapan seperti itu yang bisa keluar dari seorang public figure Wimar Witoelar. Ini bukan saja layak dilaporkan ke Bawaslu tapi juga harus dilaporkan ke kepolisian dengan pasal penghinaan karena sudah menyangkut pribadi dan ormas yang tak ada hubungannya sama sekali dengan Prabowo atau pilpres ini. Wimar tak bisa berkilah bahwa dia hanya melakukan retweet, karena komentar tambahannya dengan menyebut pribadi dan ormas terhormat itu sebagai kumpulan bajingan benar-benar tak bisa diterima.
Di gambar itu ada gambar mantan presiden PKS, luthfi Hasan Ishaak, yang tak pernah terdengar lagi beritanya apalagi pilihan politiknya sejak ditangkap oleh KPK. Masalah Luthfi adalah masalah pribadi dia dan jangan membawa-bawa PKS karena seorang Luthfi. Jika kader mencerminkan kondisi partai maka PDIP lebih layak menyandang gelar lebih buruk karena ada lebih dari 20 orang kader PDIP di dewan dan eksekutif yang terlibat korupsi termasuk Walikota Palembang yang kemarin baru dijadikan tersangka. Demikian pula dengan gambar Suryadarma Ali yang menjadi tersangka korupsi, tak ada hubungannya dengan Partai Persatuan Pembangunan yang dipimpinnya.
Dipasangnya gambar Ustaz Abubakar Ba'ashir juga ibarat memasang gambar Obama di gambar  yang sama, alias tak ada hubungan baik Obama atau Abu Bakar Ba'ashir dengan Prabowo. Ustaz Abu Bakar Ba'ashir adalah orang yang tak percaya dengan demokrasi (hak dia untuk bersikap demikian) sehingga jelas dia tak akan mendukung siapapun capres yang ada karena kedua capres ini mengajukan diri lewat jalur demokrasi. Kenapa harus ada Abu Bakar Ba'ashir ? Padahal Prabowo juga tak pernah memintanya untuk menjadi pendukungnya.  Foto Osama Bin Laden dan terpidana kasus bom bali di latar belakang juga membingungkan, ibarat iklan bumbu masak di siaran sepakbola, tidak nyambung dan tidak ada kaitannya sama sekali.
Foto Ustaz Abdullah Gymnastiar alias A'a Gym juga jadi pertanyaan. Sejak kapan beliau menjadi bajingan ? Wimar harus sadar bahwa A'a Gym mempunyai pendukung yang jauh lebih banyak dan loyal dari pada pendukung Wimar Witoelar. Wimar tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan A'a Gym. Jika Poligami A'a Gym yang dipermasalahkan sehingga layak disebut bajingan maka Keluarga Sukarno harus menuntut Wimar karena itu berarti Sukarno juga bajingan karena Sukarno juga melakukan poligami.
Adanya logo Muhammadiyah dan dikatakan sebagai bajingan oleh Wimar juga sudah keterlaluan. Perserikatan yang didirikan tahun 1912 dan jauh lebih tua dari usia negeri ini jelas mempunyai kontribusi yang luar biasa besar bagi negeri dan bangsa ini lewat berbagai badan yang didirikannya. Muhammadiyah dalam sejarahnya dipimpin oleh orang-orang yang mempunyai track record yang luar biasa yang tidak mencari penghidupan di Muhammadiyah tapi berusaha untuk menghidupi Muhammadiyah. Kapasitas Wimar maaf tak sepadan dengan siapapun yang pernah menjadi ketua Muhammadiyah, apalagi kontribusi Wimar, tak sebanding dengan kontribusi Muhammadiyah.
Saya yang menjadi pendukung Prabowo berharap agar para pendukung Prabowo untuk bertindak rasional dan terkontrol dengan tindakan Wimar ini dengan cukup melaporkannya ke pihak kepolisian. Tidak jelas apakah Wimar merupakan pendukung Jokowi atau timses Jokowi. Tapi foto dan kalimatnya tersebut jelas mengindikasikan pihak mana yang didukungnya.
Jika Wimar pendukung Jokowi maka tindakan Wimar ini mungkin hanya tindakan pribadinya dan bukan atas instruksi Jokowi secara langsung, seperti juga banyak blunder lain yang dilakukan oleh timses dan pendukung Jokowi. Jika memang ini instruksi dari kubu Jokowi secara formal, maka memang jelas kubu Jokowi lah yang memerlukan revolusi mental sebagaimana jargon mereka. Benar kiranya mereka sadar mereka adalah pihak yang mempunyai mental penuh rasa kebencian tanpa menyisakan ruang untuk pertimbangan rasional dan akal sehatdan masih juga merasa bahwa merekalah orang yang baik seperti Anis Baswedan dan waras seperti Arswendo Atmowiloto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H