Mohon tunggu...
Sahala Raja
Sahala Raja Mohon Tunggu... profesional -

Menyelami makna hidup dengan bercerita pada diri sendiri dan dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Polisi & Joged

4 Maret 2014   18:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:15 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa jadinya jika seorang polisi (lalu lintas) melakukan aksi "jodeg" saat sedang bertugas? Mungkin akan banyak yang tertarik untuk melihat. Tapi yang jadi pertanyaan, apakah "joged" itu memberi pengaruh positif terhadap pencapaian tugas seorang polisi?

Saya tertarik membaca sebuah berita pada salah satu kanal berita online yang berjudul "Joged Dangdut ala Polisi Cimahi". Dalam foto-foto yang diunggah bersama dengan berita tersebut, terlihat Brigadir Tatang Wiguna yang sedang bertugas sambil berjoged-ria mengatur seliweran kendaraan. Seru sepertinya jika ketepatan melintas dan melihat atraksi tersebut.

Namun, yang menggelitik kalbu (halah, pake kalbu segala) sebenarnya, apakah aksi ini cukup berdampak positif terhadap kelancaran lalu lintas (tujuan polantas bertugas), atau malah sebaliknya? Tentu bukan masalah lalu lintas yang menjadi macet (karena banyaknya saksi mata yang doyan menyaksikan aksi tersebut), tetapi lebih kepada bagaimana "pandangan" masyarakat terhadap aksi tersebut. Jika seorang petugas yang diharapkan tegas, keras, saklak dan lain sebagainya (ciri seorang aparat), harus tiba-tiba sirna dengan adanya pertunjukan "aksi panggung" seperti joged tersebut.

Saya tidak keberatan kalau aparat memiliki sense of humor atau memiliki "talenta" unik selain bekerja sebagai aparat, tapi toh ada waktunya untuk itu. Kecuali, sekali lagi kecuali, jika memang ada acara khusus yang memang diagendakan untuk menunjukkan sisi lain dari seorang aparat yang seharusnya bertugas tegas, keras, skalak dan lain sebagainya itu, ternyata adalah manusia biasa juga, yang baik, lucu, senang seni atau hal-hal lainnya.

Masih ingat kejadian Briptu Norman, yah sungguh suguhan menarik, tapi pada akhirnya di internal kepolisian sendiri terjadi clash seiring berjalannnya waktu, dan masyarakat umum pun memiliki sudut pandang baru tentang kepolisian. Susahnya adalah sudut pandang tersebut bukan sekedar memberikan penjelasan tentang "polisi juga manusia" saja, tapi penilaian lain yang implikasinya malah menurunkan citra kepolisian tersendiri.

Jadi, menurut saya, sekali lagi menurut saya nih, sepertinya aparat tidak perlu lah melakukan atraksi "wow" saat bertugas (sekali lagi, kecuali pada agenda acara tertentu). Tegas, Keras, Skalak tidak harus bentak-bentak dan menyeramkan juga toh, nah, dengan ramah saat bertugas, senyum, dan tetap santun, masyarakat akan tahu kok kalau polisi juga manusia, tanpa harus menyuguhkan atraksi di luar tupoksi seorang aparat sebenarnya.

Jujur, saya malah suka geli kalau melihat seorang aparat melakukan atraksi aneh-aneh. Gak kebayang gimana aksi aparat di Cimahi saat menggabungkan 12 teknik gerak mengatur lalu lintas dengan musik dangdut yang "atraktif".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun