Pengertian Kerjasama Pendidikan Inklusif
Pemaparan oleh (Arifiyanti, 2015) kerjasama adalah sebuah usaha atau kegiatan bersama yang dilakukan oleh kedua belah pihak dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, dalam sebuah instansi pendidikan harus terdapat kerjasama antara guru dan orang tua sehingga keduanya saling menjalin komuniksi yang baik, serta saling komunikatif dalam memantau perkembangan belajar anak selama mengikuti pembelajaran, sehingga tujuan yang telah disepakati bersama dapat tercapai dengan maximal.
Bentuk-bentuk Kerjasama Antara Orang Tua dan Guru
Kerjasama yaitu kegiatan untuk saling bahu membahu. Dalam konteks ini maka guru dan orang tua harus saling berkomitmen untuk menjalankan program yang telah disepakati bersama. Kegiatan yang dilakukan seperti:
- Mengadakan pertemuan pada hari penerimaan siswa baru. Agenda ini membahas komitmen orang tua dalam bekerjasama dengan guru untuk melaksanakan program yang telah disepakati bersama. Visi dan misi sekolah juga harus disampaikan pada orang tua sehingga orang tua mengetahui dan memahami latar belakang sekolah, serta sistem pembelajaran yang ada di sekolah. Dengan demikian maka orang tua akan dapat memahami bahwa setiap peserta didik memiliki keunikan dan kecerdasan berbeda-beda serta ikut mendukung perkembangan anak saat sekolah di instansi yang dituju.
- Mengadakan surat menyurat antara sekolah dan orang tua. Kegiatan ini seperti melakukan parenting pada seluruh wali murid, pertemuan-pertemuan antara orang tua, terutama komunikasi saat pembelajaran daring sangatlah ditekankan guna mencegah adanya salah paham serta kejadian menjelekkan nama baik sekolahan.
Prinsip Komunikasi Antara Orang Tua dan SekolahÂ
Prinsip komunikasi menurut C.L Wilson dalam (Heward, 2013) ada lima yaitu:
- Menerima pernyataan orang tua. Segala informasi dari wali sangat berharga bagi sekolah, dengan orang tua merasa dihargai maka saat dimintai informasi akan memberikan jawaban dengan terbuka dan apa adanya seperti yang diharapkan
- Mendengarkan dengan aktif. Penyampaian keberatan orang tua terhadap program sekolah harus didengarkan dengan baik oleh guru, begitupula sebaliknya, sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman pada saat menjalankan program nantinya.
- Bertanya dengan afektif. Pertanyaan yang diajukan oleh guru pada wali murid harus menggunakan pertanyaan terbuka, sehingga informasi yang diberikan akan dijelaskan secara deskriptif dan nantinya akan mendapatkan hasil yang lebih optimal, tidak hanya menjawab "Ya atau Tidak". Contohnya: "Bagaimana liburannya si anak kemarin? Apa saja kegiatannya?" . Dan guru harus mengetahui mana informasi yang diperlukan untuk perkembangan anak, mana informasi yang pribadi. Sehingga wali murid tidak terseinggung dengan pertanyaan yang diberikan oleh guru.
- Memberikan dukungan. Orang tua wajib mendengarkan laporan hasil perkembangan anaknya baik hasilnya baik maupun buruk. Sekolah pun wajib memberikan laporan sejujur-jujurnya pada orang tua, sehingga antara orang tua dan guru (sekolah) dapat bermusyawarah bersama demi perbaikan perkembangan anak tersebut kedepan.
- Fokus pada perkembangan anak berkebutuhan khusus. Saat akan meminta informasi pada wali murid, maka guru harus mencairkan suasana terlebih dahulu sehingga tercipta suasana hangat dan nyaman untuk kemudian diarahkan menuju pembahasan tentang perkembangan anak. Sekolahan juga perlu mengetahui orang-orang yang terlibat atau orang yang dekat dengan anak tersebut. Sehingga dapat mendorong perkembangan peserta didik untuk lebih baik lagi kedepan. Contohnya: saat orang tua benar-bear sibuk, maka untuk solusi yang diberikan guru meminta waktu orang tua sefleksibel mungkin, kemudian saat bertemu misal dirumah peserta didik guru menerangkan bahwa tidak semua mengasuh anak hanya diukur dengan kuantitas. Sediakan waktu untuk Quality Time meski hanya 30 menit tiap hari guna menstimulus peserta didik berkembanga ke arah yang lebih baik. Guru juga harus memberikan trik-trik mengasuh anak berkebutuhan khusus seperti mendampingi anak baca buku, membelikan buku dongeng bagi anak, dan sering memeluk anak supaya merasa tenang, dilindungi, dan didukung supaya anak dapat meningkatkan kualitas dalam dirinya sesuai dengan kemampuannya.
Hambatan Dalam Kerjasama Orang Tua dan Guru
Hambatan dapat terjadi dari pihak orang tua dan pihak guru (sekolah)
1. Hambatan dari pihak Sekolah
- Sikap guru. Biasanya pandangan guru tentang keluarga kurang mampu minat pendidikannya lebih rendah daripada anak dari keluarga mampu. Padahal belum tentu demikian, sehingga guru seharunya dapat mengetahui kendala serta kondisi dari wali murid supaya nantinya dapat musyawarah untuk memilih jalan keluar yang terbaik.
- Tidak banyak guru yang memiliki keyakinan dapat memberikan perubahan pada pemahaman orang tua. Â Guru hendaknya memahami kondisi orang tua begitupun sebaliknya. Misalnya, saat menjalankan sebuah program, maka guru mendatangkan ahli dari bidangnya yang mana orang tersebut adalah wali dari peserta didik disekolah, dengan demikian hubungan yang hangat antara orang tua dan sekolah akan terjalin. Dan orang tua menjadi dapat menerima konsekuansi dari menyekolahkan anaknya di sekolah inklusi.
2. Hambatan dari pihak Orang Tua