Mohon tunggu...
SHAHIB  ANSHARI
SHAHIB ANSHARI Mohon Tunggu... Ilmuwan - Presiden Mahasiswa KEMA SSG 2018 I Penulis Buku Merawat Indonesia

Gas

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Aku (So) Pancasila, Benarkah Aku Indonesia?

19 Mei 2019   09:41 Diperbarui: 20 Mei 2019   04:37 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mencatat sejarah Indonesia. (KOMPAS)

"Identitas kita bukan so menjadi paling Pancasila, ataupun yang paling bhineka. Tetapi di balik itu semua malah yang paling gampang membully menghina bahkan yang tak sependapat langsung dilabeli intoleran hingga radikal. 

Itukah identitas keberagaman kita? Bukan! Itu bukan identitas bangsa kita. Identitas kita adalah suatu keyakinan yang di kerjakan dengan saling menghormati, melindungi, sopan santun dan budaya klarifikasi. Hingga keberagaman itu menjadi indah dilihat. dan enak untuk dinikmati"

Indonesia, sebuah negara yang terletak di bumi belahan timur Benua Asia bagian tenggara. Diapit oleh Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, beriklim tropis dan dilewati dua pegunungan dunia yaitu mediterania di sebalah barat dan pegunungan sirkum di sebelah timur. 

Memiliki tiga bagian waktu yakni Waktu Indonesia bagian Timur (WIT), Waktu Indonesia bagian Tengah (WITA), dan Waktu Indonesia bagian Barat (WIB). Tercatat sebagai Negara kepualauan terbesar di dunia dengan total luas wilayah 1.904.596 KM.

Indonesia ini negeri yang kaya, dan kita hari ini hidup di antara kekayaan tersebut. Kita kaya karena kita beragam. Negeri ini indah, bercorak warna saling menghiasi dan perbedaan menjadi nilai yang sangat berarti. Suku, adat, ras dan budaya menjadi sebuah kelebihan bagi kita sebagai bangsa. Hadiah dari Illahi yang direbut dengan perjuangan.

Kita hidup di atas tanah yang sama, tanah perjuangan dengan sejarah aliran keringat dan bertumpah darah, dengan sama sama melantangkan kata Merdeka hingga negeri ini di ridhoi untuk menjadi benar benar MERDEKA.

Kita hidup diantara berjuta manusia dengan pemikiran, latar belakang dan kebiasaan yang berbeda. Sebuah nikmat yang harus patut kita syukuri dengan didukung oleh semboyan titik temu yakni "Bhineka Tunggal Ika", meski berbeda namun tetap satu. 

Sebuah ide harapan dari para pewaris ayah bangsa dan ulama. Bahwa di tengah perbedaan kita tetaplah Indonesia, bahwa di tengah keberagaman semangat berjamaah tetaplah harus menjadi pembangkit untuk bersatu, lalu maju untuk meneruskan cit- cita bangsa kita, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut andil dalam keamanan dunia.

Foto Shahib Anshari Muhajir
Foto Shahib Anshari Muhajir
Bhineka Tunggal Ika adalah sebuah pembentuk karakter dan jati diri bangsa untuk membentuk titik temu diantara perbedaan, di antara keberagaman agama, ide, ideologis suku dan bahasa yang di pisahkan oleh faktor geografis yaitu terspisahnya antara pulau. 

Di situlah para pendahulu memiliki itikad baik untuk membuat narasi pemersatu yang harus ada dalam setiap lubuk hati manusia Indonesia dan menjadi sebuah karakter pada pribadi bangsa.

Itulah perjuangan para pendahulu kita, sebuah harapan agar kelak para penerus mampu menikmatinya dengan damai dan penuh optimisme. Namun faktanya hari ini kita sebagai penerus, sudahkah mampu meneruskan perjuangannya, sudahkah mampu menerima tentang keberagamanan? 

Membangun titik temu dengan berjamaah dan semangat gotong royong. Sudahkah cukup berhasil jika cita cita itu hanya menjadi simbolitas diucap semata, menjadi aku yang paling Pancasila, aku paling bhineka tunggal ika maka akulah Indonesia. Tidak, itu bukanlah identitas kita.

Identitas kita bukan so menjadi paling Pancasila ataupun yang paling bhineka. Tetapi di balik itu semua malah yang paling gampang mem-bully, menghina bahkan yang tak sependapat langsung dilabeli intoleran hingga radikal. 

Itukah identitas keberagaman kita? Bukan, itu bukan identitas bangsa kita. Identitas kita adalah suatu keyakinan yang dikerjakan dengan saling menghormati, melindungi, sopan santun dan budaya klarifikasi. Hingga keberagaman itu menjadi indah dilihat. dan enak untuk dinikmati.

Saat ini masalah pada bangsa kita yaitu tentang intoleren dan mulai pudarnya semangat gotong royong, contoh, sebagian banyak orang yang mengatakan tetangganya intoleran tapi dialah yang sebenarnya tidak inginkan keberagaman, sebagian banyak orang mengatakan kepada temannya radikal tetapi dialah yang sebenarnya tidak menghormati terhadap perbedaan. 

Sebuah dalil aku pancasila, aku bhineka tunggal ika, aku Indonesia terus di framing untuk memukul lawan berpikir dan kawan yang berbeda. Namun perilaku dan geraknya jauh dari nilai nilai menghormati keberagaman. Nilai yang dijunjung dan diniatkan untuk menjadi titik temu antar anak bangsa.

Sebagai identitas bangsa kita tidak akan maju jika kita kaku terhadap kemajemukan, negeri ini tidak akan besar jika person person manusianya masih meninggikan rasa egois dan so yang paling baik. 

Lalu bagaimana cara kita mengembalikan kembali sebuah harapan untuk bangsa ini kembali kepada jalur yang benar, kembali kepada nilai nilai keadabaan yang menghargai perbedaan dan menjadikannya tinta persatuan. Sehingga mampu meneruskan cita cita kita sebagai bangsa, dan memperlihatkan taring dikancah dunia.

Dan ternyata Al-Qur'an pun mengatur tentang keragaman seperti di katakan dalam surat Al Hujurat ayat 13 "Hai manusia,sesungguhnya kami menciptakan kamu menjadi seorang laki laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku suku supaya kamu saling mengenal..."

Kita perlu refleksi dan introspeksi ulang tentang cara berpikir dan bergerak di tengah tengah keberagaman. Bahwa keberagaman adalah sebuah nilai yang niscaya, bahwa masyarakat plural dan majemuk sudah menjadi ketentuan illahi, tidak ada alasan bagi kita untuk tetap egois, saling membenci karena perbedaan dan satu sama lain saling menuduh dan saling sangka. Waktunya kita kembali pada jalur cita-cita dengan semangat berjamaah.

Jadikan keberagaman sebagai bunga warna warni yang akan terus tumbuh dan mekar menghiasi jagat raya nusantara. Sampai bunga itu indah dan keharumannya mampu dinikmati. 

Karena kita adalah bangsa yang cinta persatuan, karena kita adalah individu individu yang disatukan oleh tanah, bangsa dan Bahasa. Seperti yang selalu dilantangkan gaungnya pada 28 oktober di hari sumpah pemuda.

Kami putra putri Indonesia mengaku Bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia berbangsa satu, bangsa Indonesia
Kami putra putri Indonesia menjungjung tinggi Bahasa persatuan, Bahasa Indonesia

Tetaplah menjadi perawat indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun