Tantangan:
Adanya dominasi global yang dianggap lebih modern dan releban, sehingga budaya lokal menjadi sepi peminat.
Adanya ketimpangan akses, dimana tidak semua daerah memiliki akses yang sama besar terhadap sumber daya pendidikan yang berkualitas dan dapat mempengaruhi upaya integrasu budaya lokal dalam suatu kurikulum.
Adanya resistensi terhadap perubahan, yang mana beberapa pihak memiliki pendangan tradisional yang mempertahankan status quo. Dimana kondisi tersebut sulit untuk mengadopsi pendekatan pendidikan yang lebih inklusif terhadap budaya lokal.
Peluang:
Penggunaan teknologi dapat digunakan untuk mendokumentasikan kebudayaan lokal melalui media digital yang lebih mudah dan efektif untuk diakses oleh para generasi muda.
Terdapat kolaborasi antara pemerintah dan komunitas yang dapat memperkuat implementasi program pendidikan yang mengintegrasikan kebudayaan nasional dan lokal.
Dapat melaksanakan pelatihan untuk guru agar membawa perubahan dalam mengajarkan kebudayaan nasional dan lokal dengan seimbang.
Â
Kesimpulannya yaitu, pendidikan nasional dalam konteks kebudayaan nasional dan lokal merupakan wacana yang penting untuk dibahas. Melalui pendidikan yang menghargai keberagaman budaya, dapat menciptakan geenrasi yang cerdas secara intelektual dan kaya akan nilai budaya yang mana dapat membentuk identitas sebagai warga bangsa Indonesia yang besar dan kuat. Dengan begitu, pendidikan nasional harus dikembangkan terus menerus agar mampu menjaga keseimbangan antara modernisasi dan pelestarian budayanya demi masa depan bangsa yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H