Pelatihan Asertif Guna Mengurangi Perilaku Cyberbullying pada Siswa SMAN 2 Sukoharjo

Perkembangan teknologi yang semakin maju membuat interaksi antar manusia tidak lagi terbatas pada tempat ataupun waktu. Melalui media sosial para penggunanya dapat berinteraksi satu sama lain dengan orang di seluruh belahan dunia melalui satu pintu saja. Remaja adalah salah satu kelompok usia yang paling banyak menggunakan media sosial. Pada masa remaja terjadi peningkatan kemampuan kognitif dalam rangka mengatasi stres dan fluktuasi emosional. Namun, banyak remaja yang tidak dapat mengelola emosinya secara efektif. Sebagai efeknya remaja rentan kurang mampu meregulasi emosinya sehingga dapat memicu munculnya berbagai permasalahan seperti cyberbullying.

Cyberbullying sendiri bisa diartikan sebagai tindakan perundungan yang dilakukan oleh seseorang melalui media internet yang berbasis pada situs atau platform jejaring sosial. Cyberbullying memiliki dampak psikologis yang tidak baik bagi korban, seperti membuat harga diri rendah, depresi, menghindari kehidupan sosial, hingga perubahan suasana hati, perilaku, pola tidur, dan nafsu makan. Di sisi lain, cyberbullying juga dapat berdampak negatif pada pelaku, seperti menimbulkan gangguan emosi atau berisiko menjadi pelaku kekerasan saat dewasa. Pelaku cyberbullying juga dapat dituntut pidana berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Sebagai bentuk implementasi Tri Dharma perguruan tinggi, tim MBKM Riset Psikologi UNS berkomitmen untuk mencegah perilaku cyberbullying pada remaja. Empat orang mahasiswa S1 Psikologi UNS di bawah bimbingan Ibu Laelatus Syifa Sari Agustina, S.Psi., M.Psi., Psikolog bekerja sama dengan SMA Negeri 2 Sukoharjo sebagai lokasi riset. Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan, 71 dari 119 orang yang mengisi survei pernah terlibat dalam fenomena cyberbullying. 

Dok. pribadi 

Kegiatan hari pertama (27/09/23) diisi dengan psikoedukasi mengenai cyberbullying. Dalam psikoedukasi dijelaskan mengenai definisi cyberbullying, bentuk-bentuk cyberbullying, peran dalam cyberbullying, faktor yang memengaruhi terjadinya cyberbullying, dampak cyberbullying, cara mencegah cyberbullying, dan hal yang harus dilakukan apabila mengalami cyberbullying. Melalui psikoedukasi ini diharapkan para siswa dapat lebih sadar dan paham mengenai fenomena cyberbullying.

Kegiatan hari kedua (29/09/23) diisi dengan pelatihan asertif yang terdiri atas empat sesi. Sesi pertama adalah pengenalan konsep asertif. Sesi kedua adalah konseling kelompok dengan tema pengalaman cyberbullying yang pernah dialami atau ditemui. Sesi ketiga adalah bermain peran dimana dalam satu kelompok terdapat satu siswa yang berperan sebagai pembuat status dan siswa lainnya berperan sebagai orang yang mengomentari status tersebut. Sementara  kelompok lain bertugas untuk menganalisis apakah komentar yang diberikan telah mencerminkan perilaku asertif atau tidak. Sesi keempat adalah refleksi dengan memberikan kesimpulan, kesan, dan pesan dari para siswa terkait pelatihan asertif yang telah selesai dilakukan. 

Dengan memiliki perilaku asertif individu mampu memahami dan mengenali dirinya sendiri dengan baik, mengetahui kebutuhan dirinya, serta mampu mengungkapkan opini dan idenya kepada orang lain. Selain diterapkan di dunia nyata, sikap asertif juga dapat diterapkan pada interaksi di dunia maya. Melalui pelatihan asertif para siswa diharapkan mampu menerapkan sikap asertif dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menurunkan perilaku cyberbullying.

Tim MBKM Riset Psikologi UNS

• Salsabilla Nurhasna Lukman 
• Shafna Dinar Aulani 
• Vicky Diva Kusumawardani 
• Viruga Bersky Amora