Mohon tunggu...
Shafiyyah Hanifatunnazihah
Shafiyyah Hanifatunnazihah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate History Science Student

-

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Grave of The Fireflies", Ucapan "Selamat Tinggal" pada Perihnya Perang

27 Juni 2024   11:40 Diperbarui: 27 Juni 2024   14:53 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penderitaan yang kita alami baik yang terlihat maupun tidak, adalah hal yang tidak dapat dibantah oleh siapapun. Setiap orang berhak atas perasaannya, baik mereka bersikap jahat maupun tidak. 

Dengan hal inilah akan sangat baik jika kita dapat melihat segala sesuatu dari banyak sudut pandang. Baik mengenai orang yang berada disekitar kita, maupun penderitaan orang lain. 

Pandangan seperti inilah yang berusaha diperlihatkan oleh produser film "Grave of The Fireflies", Takahata Isao. Menggunakan film sebagai media penyampaiannya, Studio Ghibli berusaha memberikan sudut pandang baru mengenai peperangan. 

Dengan style animasi yang memiliki keunikannya sendiri, mereka menyajikan peristiwa tragis yang dikemas dengan penampilan yang menawan. Memperlihatkan kepada para penonton bahwasanya banyak yang dikorbankan dalam perang–bukan hanya satu tapi banyak hidup yang hancur akibat peperangan.

Memainkan pionnya dengan baik, film ini berhasil menarik perhatian saya. Baik dari animasi yang dibuat maupun rangkaian peristiwa yang ditunjukan dalam satu kali duduk. 

Penggambaran tokoh sang kakak adik yang masih belia, menambah luapan perasaan yang saya rasakan selama menyaksikannya. Film ini akan membuka mata kita, untuk melihat berbagai hal disekitar kita. Melihat dampak dari sebuah peperangan. 

Pertikaian yang melibatkan penguasa suatu bangsa, justru kenyataannya mengorbankan banyak pihak yang tidak ada kaitannya dengan masalah si bersangkutan. Mengawal kita pada kesimpulan bahwa peperangan memang sudah seharusnya dihindari, segala hal yang mengarah kepada kerusakan bukan untuk dimaknai.

Renungan yang hadir ketika menonton perjuangan Seita demi sang adik–Setsuko. Menampar saya berkali-kali, mempertanyakan peran kakak yang sudah diemban kurang lebih 15 tahun lamanya. Melihat bagaimana mereka yang ketakutan saat melihat pesawat musuh melesat di atas kepala mereka, lagi—menampar saya. 

Apakah saya sudah cukup bersyukur dengan atap yang sigap melindungi kepala saya saat ini? Pun dengan makanan yang disajikan setiap pulang kerumah, menampar saya. 

Tamparan yang mengingatkan kita akan banyak orang diluar sana yang kesulitan menyuap nasi. Dan yang paling krusial, renungan yang datang melihat kehidupan saya yang terlepas dari peperangan. Tidak perlu khawatir rumah saya tiba-tiba dijatuhi bom yang habis membakar satu kota.

Tahaka Isao berhasil memperlihatkan bagaimana sudut pandang warga sipil ketika perang berlangsung. Mulai dari Seita dan Setsuko yang harus kehilangan ibu, rumah, kota, keluarga, makanan, hingga kehilangan satu sama lain. Melalui kisah mereka, kita—para penonto—diperlihatkan soal jahatnya peperangan. Seandainya ada yang bilang, "ah, itu cuma film animasi. Fiksi pula!". 

Mereka harus tahu bagaimana penulis asli dari Novel "Hotaru no Haka" (baca: Grave of The Fireflies), Nosaka Akiyuki adalah salah satu penyintas dari bom yang pernah jatuh dari langit kota Kobe. Perwujudan dari rasa bersalah sebagai penyintas, ia mewujudkan penyesalannya dengan menjadi kakak yang baik bagi mendiang adiknya. Mewujudkan perandaian seandainya 'saya yang mati saat itu, dan bukan adik saya'. Melalui karyanya, membuai kita soal perasaan sebagai penyintas disaat orang tersayang harus pergi.

Miris mengingat serangan bom yang dijatuhkan di kota Kobe, adalah bagian dari strategi sang lawan untuk memukul mundur Jepang pada saat itu. Bagaimana dijatuhkannya bom diatas rumah seseorang yang mungkin tidak peduli dengan perseteruan yang digaungkan oleh bangsanya. 

Mungkin saja banyak Seita dan Setsuko lain yang harus mengalami hal serupa hanya karena permasalahan yang bahkan tidak dimengerti oleh mereka yang masih belia. Banyak Seita dan Setsuko lain yang harus kelaparan dan malah mati lepas dari perang yang terjadi, tidak sempat menghirup udara kedamaian. 

Terlepas dari permasalahan yang ada diantara kedua pihak yang berseteru, terlalu banyak yang dikorbankan. Terlalu banyak korban yang bahkan tidak tahu bahwa hari dimana rumah mereka hancur terbakar adalah hari yang sama dengan kali terakhir melihat ibu mereka. Terlalu banyak mimpi yang dihancurkan dari satu serangan yang diluncurkan.

Sayangnya bukan hanya satu, bukan hanya sekali berton-ton bom jatuh di langit Jepang kala itu. Bukan Kobe saja yang menjadi target serangan bom yang menghancurkan banyak orang. 

Bukan di Jepang saja korban berjatuhan akibat perang. Bukan sekali ini saja banyak korban tidak bersalah jatuh karena perseteruan sang penguasa. Maka hadirlah film ini, untuk kita mengingat. Bahwa banyak sekali orang diluar sana yang pernah atau bahkan sedang tersiksa karena ambisi beberapa pihak yang keterlaluan. Mengingat soal mereka yang harus gugur karena alasan egois beberapa pihak.

Meskipun penggunaan kata selamat tinggal ini agak kontradiktif dengan kondisi dunia saat ini. Melihat banyaknya perseteruan kembali dari beberapa pihak, 'perang' bukanlah hal yang tidak mungkin terjadi kembali. Walaupun tidak terjadi 'perang' fisik yang melibatkan banyak pihak layaknya Perang Dunia yang heboh pada masanya, namun ketidakstabilan yang terjadi saat ini bisa menjadi pertanda adanya 'perang'. Walaupun tidak lagi melibatkan senjata berat dan mengerikan pada masanya, namun bukan berarti hal itu tidak berada di sekitar kita.

Bukan, dan bukan perihal senjata yang diangkat ketika bertemu dengan musuh. Bukan, dan bukan juga soal strategi keji demi memenangkan pertempuran. Lagi bukan, dan bukan masalah siapa yang paling berkuasa.

Perang tak kasat mata yang saat ini berada di hadapan kita, perang yang bahkan tanpa sadar melibatkan kita didalamnya. Interpretasi perang disini akan berbeda, mungkin saja melawan diri sendiri atau melawan pihak yang seakan lupa akan jejak kesalahan yang pernah ia lakukan. Atau mungkin saat ini, banyak orang disekitar kita yang sedang mati-matian melawan perang yang berasal dari lingkungan sekitarnya pula. 

Bagaimanapun tanggapan kalian mengenai perang disekitar kita, semoga tidak perlu lagi ada Seita atau Setsuko lainnya. Tidak perlu lagi ada satu kota yang terbakar. Tidak perlu lagi ada serangan pada warga sipi—baik sengaja maupun entah apa yang ada dipikiran mereka.

Maka bukan selamat tinggal yang akan kita lepaskan pada hari ini. Melainkan ucapan "Jangan kembali lagi", sehingga Seita dan Setsuko juga berbagai korban dari perang di seluruh dunia tidak kembali lagi kemari. Ke dunia yang hanya ramah untuk penguasa, bukannya ramah bagi warga nya. 

Dunia yang justru membuai para penghancur negara, pun dengan mereka yang membuat kebijakan menjegal warganya sendiri. Kita melepas ingatan perang bukan dengan maksud melupakan, bukan berarti kita mengabaikan Seita dan Setsuko yang terlanjur direnggut kehidupannya. Tapi untuk, menegaskan kembali bahwa dunia ini bahkan tidak ramah bagi masyarakatnya sendiri. 

Terlalu banyak kemalangan, kehancuran, bahkan kematian yang disebabkan oleh manusianya sendiri. Melihat bagaimana dinamika yang terjadi disekitar kita, banyaknya desas-desus mengenai berbagai permasalahan yang mungkin saja dapat berubah menjadi perang besar lainnya. Bukan penjamin, bahwa hari ini atau esok kita akan aman. Boleh jadi, besok tidak ada lagi atap yang melindungi kita. Tidak ada tempat pulang, dan tidak ada tempat untuk hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun