Mereka harus tahu bagaimana penulis asli dari Novel "Hotaru no Haka" (baca: Grave of The Fireflies), Nosaka Akiyuki adalah salah satu penyintas dari bom yang pernah jatuh dari langit kota Kobe. Perwujudan dari rasa bersalah sebagai penyintas, ia mewujudkan penyesalannya dengan menjadi kakak yang baik bagi mendiang adiknya. Mewujudkan perandaian seandainya 'saya yang mati saat itu, dan bukan adik saya'. Melalui karyanya, membuai kita soal perasaan sebagai penyintas disaat orang tersayang harus pergi.
Miris mengingat serangan bom yang dijatuhkan di kota Kobe, adalah bagian dari strategi sang lawan untuk memukul mundur Jepang pada saat itu. Bagaimana dijatuhkannya bom diatas rumah seseorang yang mungkin tidak peduli dengan perseteruan yang digaungkan oleh bangsanya.Â
Mungkin saja banyak Seita dan Setsuko lain yang harus mengalami hal serupa hanya karena permasalahan yang bahkan tidak dimengerti oleh mereka yang masih belia. Banyak Seita dan Setsuko lain yang harus kelaparan dan malah mati lepas dari perang yang terjadi, tidak sempat menghirup udara kedamaian.Â
Terlepas dari permasalahan yang ada diantara kedua pihak yang berseteru, terlalu banyak yang dikorbankan. Terlalu banyak korban yang bahkan tidak tahu bahwa hari dimana rumah mereka hancur terbakar adalah hari yang sama dengan kali terakhir melihat ibu mereka. Terlalu banyak mimpi yang dihancurkan dari satu serangan yang diluncurkan.
Sayangnya bukan hanya satu, bukan hanya sekali berton-ton bom jatuh di langit Jepang kala itu. Bukan Kobe saja yang menjadi target serangan bom yang menghancurkan banyak orang.Â
Bukan di Jepang saja korban berjatuhan akibat perang. Bukan sekali ini saja banyak korban tidak bersalah jatuh karena perseteruan sang penguasa. Maka hadirlah film ini, untuk kita mengingat. Bahwa banyak sekali orang diluar sana yang pernah atau bahkan sedang tersiksa karena ambisi beberapa pihak yang keterlaluan. Mengingat soal mereka yang harus gugur karena alasan egois beberapa pihak.
Meskipun penggunaan kata selamat tinggal ini agak kontradiktif dengan kondisi dunia saat ini. Melihat banyaknya perseteruan kembali dari beberapa pihak, 'perang' bukanlah hal yang tidak mungkin terjadi kembali. Walaupun tidak terjadi 'perang' fisik yang melibatkan banyak pihak layaknya Perang Dunia yang heboh pada masanya, namun ketidakstabilan yang terjadi saat ini bisa menjadi pertanda adanya 'perang'. Walaupun tidak lagi melibatkan senjata berat dan mengerikan pada masanya, namun bukan berarti hal itu tidak berada di sekitar kita.
Bukan, dan bukan perihal senjata yang diangkat ketika bertemu dengan musuh. Bukan, dan bukan juga soal strategi keji demi memenangkan pertempuran. Lagi bukan, dan bukan masalah siapa yang paling berkuasa.
Perang tak kasat mata yang saat ini berada di hadapan kita, perang yang bahkan tanpa sadar melibatkan kita didalamnya. Interpretasi perang disini akan berbeda, mungkin saja melawan diri sendiri atau melawan pihak yang seakan lupa akan jejak kesalahan yang pernah ia lakukan. Atau mungkin saat ini, banyak orang disekitar kita yang sedang mati-matian melawan perang yang berasal dari lingkungan sekitarnya pula.Â
Bagaimanapun tanggapan kalian mengenai perang disekitar kita, semoga tidak perlu lagi ada Seita atau Setsuko lainnya. Tidak perlu lagi ada satu kota yang terbakar. Tidak perlu lagi ada serangan pada warga sipi—baik sengaja maupun entah apa yang ada dipikiran mereka.
Maka bukan selamat tinggal yang akan kita lepaskan pada hari ini. Melainkan ucapan "Jangan kembali lagi", sehingga Seita dan Setsuko juga berbagai korban dari perang di seluruh dunia tidak kembali lagi kemari. Ke dunia yang hanya ramah untuk penguasa, bukannya ramah bagi warga nya.Â