Mohon tunggu...
Shafiyyah Hanifatunnazihah
Shafiyyah Hanifatunnazihah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate History Science Student

-

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Grave of The Fireflies", Ucapan "Selamat Tinggal" pada Perihnya Perang

27 Juni 2024   11:40 Diperbarui: 27 Juni 2024   14:53 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Penderitaan yang kita alami baik yang terlihat maupun tidak, adalah hal yang tidak dapat dibantah oleh siapapun. Setiap orang berhak atas perasaannya, baik mereka bersikap jahat maupun tidak. 

Dengan hal inilah akan sangat baik jika kita dapat melihat segala sesuatu dari banyak sudut pandang. Baik mengenai orang yang berada disekitar kita, maupun penderitaan orang lain. 

Pandangan seperti inilah yang berusaha diperlihatkan oleh produser film "Grave of The Fireflies", Takahata Isao. Menggunakan film sebagai media penyampaiannya, Studio Ghibli berusaha memberikan sudut pandang baru mengenai peperangan. 

Dengan style animasi yang memiliki keunikannya sendiri, mereka menyajikan peristiwa tragis yang dikemas dengan penampilan yang menawan. Memperlihatkan kepada para penonton bahwasanya banyak yang dikorbankan dalam perang–bukan hanya satu tapi banyak hidup yang hancur akibat peperangan.

Memainkan pionnya dengan baik, film ini berhasil menarik perhatian saya. Baik dari animasi yang dibuat maupun rangkaian peristiwa yang ditunjukan dalam satu kali duduk. 

Penggambaran tokoh sang kakak adik yang masih belia, menambah luapan perasaan yang saya rasakan selama menyaksikannya. Film ini akan membuka mata kita, untuk melihat berbagai hal disekitar kita. Melihat dampak dari sebuah peperangan. 

Pertikaian yang melibatkan penguasa suatu bangsa, justru kenyataannya mengorbankan banyak pihak yang tidak ada kaitannya dengan masalah si bersangkutan. Mengawal kita pada kesimpulan bahwa peperangan memang sudah seharusnya dihindari, segala hal yang mengarah kepada kerusakan bukan untuk dimaknai.

Renungan yang hadir ketika menonton perjuangan Seita demi sang adik–Setsuko. Menampar saya berkali-kali, mempertanyakan peran kakak yang sudah diemban kurang lebih 15 tahun lamanya. Melihat bagaimana mereka yang ketakutan saat melihat pesawat musuh melesat di atas kepala mereka, lagi—menampar saya. 

Apakah saya sudah cukup bersyukur dengan atap yang sigap melindungi kepala saya saat ini? Pun dengan makanan yang disajikan setiap pulang kerumah, menampar saya. 

Tamparan yang mengingatkan kita akan banyak orang diluar sana yang kesulitan menyuap nasi. Dan yang paling krusial, renungan yang datang melihat kehidupan saya yang terlepas dari peperangan. Tidak perlu khawatir rumah saya tiba-tiba dijatuhi bom yang habis membakar satu kota.

Tahaka Isao berhasil memperlihatkan bagaimana sudut pandang warga sipil ketika perang berlangsung. Mulai dari Seita dan Setsuko yang harus kehilangan ibu, rumah, kota, keluarga, makanan, hingga kehilangan satu sama lain. Melalui kisah mereka, kita—para penonto—diperlihatkan soal jahatnya peperangan. Seandainya ada yang bilang, "ah, itu cuma film animasi. Fiksi pula!". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun