Mohon tunggu...
Shafiya Salim Alydrus
Shafiya Salim Alydrus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bright, full passionate, and love to try new things. that’s three words is define Shafiya as a student who currently develop her skills and ability to be a professional person. She might be an overthinker, but in that way she always does her job very well. At this moment, Shafiya is enjoying her college years at UPN Veteran Jakarta, but she will be happy to help if anyone needs her help in the communication section. Because she love to make a new friends, recently she just spend an entire semester in the program Pertukaran Mahasiswa Merdeka in Makassar city. Experienced in sponsorship, She has been complete her volunteers in several organizations. But now she more interested in Marketing Communication and Social Media field. She is exploring new opportunities, lets connect! And you can reach her trough the following: Email : shafiyaalydrus@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Digitalisasi Membawa Petaka: Pembajakan Film bagi Industri Perfilman

19 Juni 2023   16:30 Diperbarui: 19 Juni 2023   18:08 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, film sebagai salah satu hiburan yang paling diminati masyarakat semakin mudah untuk dijangkau, karena hanya dengan bermodalkan smartphone, smart tv, laptop dan internet para penonton bisa menikmati banyak film di manapun dan kapanpun mereka inginkan.

Namun sayangnya, kemudahan yang didapatkan ternyata memberikan celah besar bagi oknum-oknum nakal yang kurang menghargai hasil karya seni anak negeri. Kasus pembajakan film Indonesia semakin lama semakin meningkat, tidak hanya di platform streaming ilegal, saat ini pembajakan sudah merambat ke media sosial Tiktok dan Telegram.  

Kurangnya edukasi legalitas menonton film hingga keterbatasan dana penonton menjadi alasan dasar bagi mereka yang menjangkau film-film bajakan. Padahal tidak semua platform streaming menggunakan sistem langganan berbayar, ada juga platform streaming legal yang memberikan pilihan untuk melakukan langganan atau tidak, jika tidak maka penonton tidak perlu membayar dan tetap bisa menonton secara gratis.

"Ngga semua film yang mau aku tonton ada di satu platform, jadi daripada buang-buang anggaran untuk berlangganan banyak platform mending aku move ke Telegram yang gratisan" ungkap Chelsea Malau seorang mahasiswi yang hampir setiap hari menonton film untuk melepas penat kesehariannya melalui wawancara via Whatsapp pada Minggu (18/06).

Melihat hal ini, Yudi Akso sebagai Operator Camera SinemArt merasa prihatin, karena pembajakan film ini sangat merugikan insan-insan perfilman indonesia, gejolak pembajakan sangat dirasakan dalam sisi produktifitas, kreatifitas, jumlah investasi, hingga distribusi pendanaan.

"Pembajakan ini sangat memengaruhi dan merugikan, karena akan membuat kreatifitas dan produktifitas tim kreatif itu sendiri menjadi menurun. Begitu juga dengan pendanaan, semakin maraknya pembajakan, maka akan semakin menurun pula pendanaan dan pendapat dalam sebuah produksi film." jelas Yudi melalui wawancara via Whatsapp pada Senin (19/06).

Karya yang sepatutnya diapresiasi dan dihargai tidak didapatkan oleh Kathleen Carolyne selaku pemain di beberapa web series Indonesia, ia mengaku bahwa pembajakan yang terjadi hanya menguntungkan pelaku pembajakan, bukan pihak publisher filmnya sendiri.

"Saya yang menginginkan feedback terbaik dari masyarakat Indonesia pastinya sedih dan kecewa. Bahkan teman-teman saya yang juga bekerja keras dalam pembuatan Film, Series ataupun FTV sangat mengharapkan bahwa masyarakat dapat menghargai karya yang telah susah payah dibuat dengan keringat dan jerih payah kami" Harap Kathleen melalui wawancara via Whatsapp pada Senin (19/06).

Walaupun pembajakan film ini tidak akan memegaruhi minat anak muda pada industri perfilman Indonesia, namun jika perlindungan hak cipta masih belum maksimal dan hukuman yang diberikan kepada pelaku pembajakan tidak menimbulkan efek jera, maka kegiatan pembajakan film ini tidak akan pernah selesai dan akan terus bermunculan platform-platform terbaru yang menyediakan film-film bajakan.

"Tantangan terbesar saat ini adalah kurangnya support hak cipta atau copyright oleh pemerintah Indonesia. Beda dengan negara lain, di amerika kalo udah ketauan plagiat atau dibajak pasti bisa langsung dituntut" jelas Pradisya Dwi Ramadhanti selaku kepala divisi Media Kreatif FIBER UPN Veteran Jakarta  melalui wawancara via LINE pada Senin (19/06).

Dalam menghadapi ancaman pembajakan film, diperlukan langkah-langkah tegas dan kerja sama antara pemerintah, industri perfilman, dan masyarakat. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya menghormati hak cipta dan konsekuensi negatif pembajakan film perlu ditingkatkan. Pemerintah perlu menerapkan undang-undang yang lebih ketat dan melaksanakan penegakan hukum yang efektif terhadap pelaku pembajakan film.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun