Mohon tunggu...
Shafira aulia salma
Shafira aulia salma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Blog milik Shafira Aulia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Langkah Kecil, Harapan Besar

14 Oktober 2024   10:15 Diperbarui: 14 Oktober 2024   10:22 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu, aroma khas rumah sakit terasa memenuhi lorong yang tak pernah sepi. Seorang petugas kesehatan berjalan dengan langkah cepat, namun pasti. Dia menuju bangsal rawat inap, tempat di mana ia bertugas merawat pasien dengan berbagai kondisi. Hari ini, seorang pasien lansia baru saja tiba. Dengan senyum hangat, petugas menyambutnya, memperkenalkan diri, dan memastikan kenyamanan pasien tersebut."Terima kasih, Nak," ucap sang pasien sambil berusaha tersenyum, meski rasa sakit di tubuhnya jelas tampak. Dalam percakapan singkat itu, petugas menyadari bahwa pasien ini tidak hanya menghadapi masalah kesehatan fisik. Ada kerinduan mendalam akan keluarganya yang jauh. Petugas itu mendengarkan dengan sabar, mencatat keluhan fisik sang pasien, namun juga memberikan perhatian lebih pada cerita-cerita yang terselip di balik kata-kata yang terucap. Ia tahu, di balik setiap keluhan, ada cerita hidup yang panjang.

Hari demi hari berlalu. Setiap kali petugas itu datang memeriksa kondisi pasien, ia selalu meluangkan waktu untuk berbincang. Ia bukan hanya bertanya tentang rasa sakit atau kondisi fisik, tetapi juga mendengarkan kisah masa muda, tentang perjuangan hidup, tentang anak-anak yang tumbuh dewasa, tentang cinta yang pernah mekar dan kini telah menua. Tak jarang, petugas ini menghabiskan waktu untuk mendengar cerita yang sama berulang kali, namun ia tidak pernah bosan. Ia tahu, bagi sang pasien, berbagi cerita adalah penghiburan, obat yang tak terdaftar dalam resep medis.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Di sela-sela tugasnya, petugas itu sering kali merenung. Dalam kesibukannya menjalankan prosedur medis, ia tersadar bahwa setiap pertemuan adalah kesempatan untuk memberikan arti lebih. Ia mulai menyadari bahwa pekerjaannya bukan hanya soal fisik, tapi juga soal hati. Sentuhan kecil, senyuman yang tulus, dan perhatian yang tidak tergesa-gesa menjadi bagian dari obat yang ia berikan.

Suatu hari, saat sedang memeriksa tekanan darah, sang pasien berkata, "Nak, kehadiranmu membuat hari-hariku tidak lagi sunyi. Kamu membuatku merasa tidak sendirian." Kata-kata itu menyentuh hati petugas kesehatan tersebut. Ia tidak pernah menyangka bahwa kehadirannya begitu berarti bagi orang lain. Dia memahami, apa yang ia lakukan mungkin terlihat kecil, tetapi baginya, itu adalah langkah yang besar dalam memberikan harapan.

Ketika hari kepulangan tiba, petugas itu menemani pasien hingga pintu keluar. Ada perasaan haru yang terlukis di wajah pasien tersebut. "Terima kasih, Nak. Kau tidak hanya menyembuhkan tubuhku, tetapi juga hatiku," ujar sang pasien dengan mata berkaca-kaca. Petugas itu tersenyum, menahan air mata yang mulai membasahi pelupuknya.

Sepeninggal pasien, petugas kesehatan itu merasa lebih dari sekadar puas. Ada kehangatan yang menjalari hatinya, kebahagiaan sederhana yang tidak bisa diukur dengan materi. Ia tahu, langkah-langkah kecil yang ia ambil setiap hari sebenarnya merupakan upaya untuk menyalakan kembali harapan dalam hati mereka yang terluka. Pekerjaan ini bukan hanya rutinitas, tetapi adalah panggilan yang membuatnya merasakan hidup dengan lebih mendalam.

Dan sejak hari itu, setiap kali ia menapaki lorong rumah sakit, ia selalu membawa harapan besar dalam setiap langkah kecilnya, mengingat bahwa kebahagiaan dan kesembuhan sering kali datang dari bentuk-bentuk yang sederhana, dari perhatian yang tulus, dari niat untuk benar-benar hadir. Petugas kesehatan ini tahu, meskipun langkahnya kecil, ia telah menjadi bagian dari harapan besar bagi mereka yang membutuhkan---karena hidup ini bukan hanya tentang fisik, tetapi tentang hati yang saling menguatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun