Mohon tunggu...
shafira dwi
shafira dwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

tertarik pada bidang manajemen konstruksi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Pemilihan PLTS dalam Mendukung Net Zero Emissions di Indonesia

19 Februari 2023   21:44 Diperbarui: 19 Februari 2023   21:51 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: sbm.itb.ac.id

                                                                                                         Upaya mendukung net zero emission.

Di era Revolusi Industri 4.0 ini kita sebagai sebagian  masyarakat terkadang mengeluh dengan adanya isu-isu baru mengenai dampak pemakaian energi yang berlebihan.  Pertanyaan yang sering terdengar sebagai argumen standar dari masyarakat awam adalah, "gimana siihh  caranya energi di Indonesia ini bisa tetap stabil dan bermanfaat bagi manusia? Apakah berbagai macam energi di Indonesia dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tetapi tetap ramah lingkungan?". Dalam hal ini, siapakah yang paling pantas untuk menjawab dan memberikan solusi terbaik dari pertanyaan tersebut? apakah politikus? Ahli migas? Ahli fosil? Atau bahkan pemerintah?

Nahh, sebagai warga yang baik, sebaik nya kita juga ikut terjun nihh dalam pemecahan masalah dari pertanyaan-pertanyaan di atas, khusus nya para generasi milenial Indonesia nihh yang diharapkan turut ikut serta dalam mendukung net zero emission.

Indonesia  sebagai negara dengan keberagaman budaya serta kekayaan  SDA (sumber daya alam) yang melimpah bukan lagi menjadi rahasia umum. Saat sumber energi yang ada di bumi Indonesia  sudah mulai menipis jumlahnya, disaat itu pula sebenarnya sumber-sumber energi lain mulai menampakkan wujudnya untuk dapat diolah dan dimanfaatkan oleh warga Indonesia.

Energi bahan bakar fosil sampai saat ini adalah salah satu energi utama yang digunakan pada sebagian aktivitas masyarakat Indonesia. Energi tersebut merupakan energi tak terbarukan yang dinilai tidak ramah lingkungan serta akan habis dalam waktu dekat. Jika energi tersebut digunakan secara terus-menerus, maka krisis energi akan melanda dunia ini. Inilah yang menjadi suatu tantangan bagi pemerintah dari semua negara di dunia untuk menggantikan energi tersebut dengan Energi Baru terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan.

Menurut Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi dalam acara Focus Group Discussion tentang Supply-Demand 2008. Indonesia memiliki potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang cukup besar diantaranya, mini/micro hydro sebesar 450MW, Biomass 50GW, energi surya 4,80 kWh/m2/hari, energi angin 3-6 m/det dan energi nuklir 3 GW.

Nahhh, salah satu energi yang bis akita manfaatkan secara gratis dan melimpah itu adalah panas matahari. Kenapa sihh harus pilih panas matahari? Karenaaa Indonesia adalah salah satu dari 66 negara di area sunbelt, dengan total populasi 75% penduduk di dunia. Indonesia memiliki rata-rata 14 (empat belas) pancaran sinar matahari dari sabang sampai Merauke karena berada di garis katulistiwa dimana penyinaran matahari ada sepanjang tahun.

Tenaga surya/matahari merupakan salah satu sumber energi dalam jumlah besar, bersifat kontinyu, sangat aktraktif, tidak dapat habis, dan dapat diperoleh serta gratis. Negara Indonesia tergolong daerah tropis yang mempunyai potensi energi surya yang tinggi. Hal ini terlihat dari radiasi harian yaitu sebesar 4,5 kWh/m2/hari. Hal ini memberi indikasi  bahwa prospek penggunaan fotovoltaik (sel matahari) di masa mendatang  ataupun masa kini cukup cerah. Solusi ini tanpa kita sadari juga mendukung upaya "net zero emission".

Pasti temen-temen mulai kepo nihh, dan muncul beberapa pertanyaan yang buat terngiang-ngiang di kepala. Apa sihh PLTS itu? Gimanaa sihh cara masangnya? Kelebihannya apa sihh buat kita selain buat negara? Nahhh, Yukk kita pelajari lebih mendalam tentang PLTS, simak sampai akhir yaaa temen-temen, xixixi.

PLTS merupakan sumber jangka energi dengan biaya operasional yang rendah. Saat ini PLTS bisa bersaing dengan generator diesel sebagai pembangkit beban puncak (peaker) dan di tahun-tahun mendatang akan sangat kompetitif terhadap semua pembangkit listrik yang ada. Tahun 2025, Indonesia menargetkan penggunaan solar PV yaitu 6,5 GW dengan kapasitas 0,15 GWp. Selain itu, pada tahun 2025 target penurunan emisi nya yaitu 231,2 juta ton CO2e.

Upaya-upaya yang dilakukan dalam mencapai tujuan net zero emissions sampai dengan tahun 2025 yaitu: pengembangan EBT berdasarkan RUPTL PT.PLN (persero) 2021-2030, pemanfaatan PLTS atap, percepatan waste to energy, pengembangan PLTBm skala kecil, dan cofiring untuk PLTU. Diantara upaya tersebut, salah satunya yaitu pemanfaatan PLTS atap.

PLTS atap dapat dipasang dimana saja di seluruh Indonesia selama lokasi terkena langsung oleh seinar matahari dan tidak terhalang oleh bayangan benda apapun. Adapun pihak yang dapat menggunakan PLTS adalah pemerintah, BUMN/BUMD, Lembaga non pemerintah, swasta perkebunan, swasta pertambangan, swasta pariwisata, masyarakat, dan masih banyak lainnya. Namun, saat ini masih belum semua pihak yang telah memasang PLTS, tetapi berbagai macam perusahaan telah memasang PLTS pada gedung nya, seperti UNILEVER, BCA, BNI, dan masih banyak perusahaan lainnya.

Kelebihan penggunaan PLTS diantara lain yaitu termasuk energi pembangkit ramah lingkungan, tidak menghasilkan emisi/polusi. Dapat menghasilkan arus DC atau AC, sesuai kebutuhan, serta memiliki bagian tidak bergerak, sehingga meminimalisir biaya pemeliharaan.

Jenis sistem PLTS saat ini ada 2 macam , On grid dan Off Grid. Adapun On grid yaitu terpusat dan terdistribusi. Sedangkan off grid yaitu hibrids off-grid, mini grid, DC coupled, dan AC coupled. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan PLTS  yaitu input dan output.

Input, yaitu:

  • Kebutuhan listrik siang hari/ daya tersambung PLN.
  • Besaran iradiasi matahari, dan luas atap/dinding/ lahan parkir. (lokasi yang akan dipasangi PLTS).
  • Spesifikasi modul surya & inverter yang dipilih.

Sedangkan  output :

  • Jumlah modul surya,
  • Kapasitas dan tegangan inverter,
  • Luas area yang diperlukan untuk pemasangan modul surya,
  • Orientasi dan sudut kemiringan pemasangan modul surya, serta
  • Daya keluaran sistem PLTS atap.

Nahh, gimanaa nihh sobat? Sudah lumayan paham kan tentang pentingnya penggunaan PLTS untuk mendukung upaya net zero emission. Sekarang sobat bisaa nih menerapkan penggunaan PLTS mulai dari rumah kalian. Semoga imu ini bermanfaat yaa sobat. Terimakasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun