Pandemi covid-19 yang sampai saat ini berlangsung di Indonesia menyebabkan berbagai perubahan yang signifikan di banyak sektor. Hal ini mengharuskan kita untuk mulai beradaptasi dengan melakukan terobosan-terobosan baru. Tidak hanya sektor industry yang mengharuskan WFH bagi pekerjanya, sektor pendidikan pun terpaksa harus melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring. Namun, pembelajaran daring yang dilaksanakan selama masa pandemic ini dinilai kurang interaktif karena pembelajaran hanya dilakukan satu arah, yaitu guru memberikan materi atau tugas dan siswa hanya mendengarkan serta mengerjakan tugas tersebut.
Melihat kondisi tersebut, Nadiem Makarim melakukan terobosan melalui Program Sekolah Penggerak sebagai upaya dalam pengembangan hasil belajar siswa secara holistik, dengan menghadirkan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, pembelajaran yang berorientasi pada siswa, serta mengoptimalkan penggunakan teknologi.
Program Sekolah Penggerak yang mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2021/2022 di 111 kabupaten/kota ini didasarkan pada 5 bagian yang saling terkait satu sama lain, yaitu adanya program kemitraan antara Kemendikbud dan pemerintah daerah, penguatan SDM sekolah, pembelajaran yang berorientasi pada penguatan kompetensi dan pengembangan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan pembelajaran di dalam maupun luar kelas, perencanaan berdasarkan refleksi diri sekolah, dan penggunaan berbagai platform digital dalam manajemen sekolah maupun kegiatan pembelajaran.
Dengan menerapkan Program Sekolah Penggerak, diharapkan dapat meningkatkan kompetensi SDM sekolah, menjadikan kegiatan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan, mempercapat peningkatan mutu pendidikan, adanya percepatan digitalisasi sekolah, serta adanya pendampingan yang intensif untuk sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H