Mohon tunggu...
Shafira Azzahra Alifia
Shafira Azzahra Alifia Mohon Tunggu... Mahasiswa - penyiar

Radio

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Asam Folat dan Mencegah Stunting: Edukasi Sebagai Kunci Utama

14 Desember 2023   23:23 Diperbarui: 14 Desember 2023   23:50 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstract

The public opinion article titled "Folic Acid and Preventing Stunting: Education as the Key" delves into the repercussions of communication errors regarding folic acid in the context of preventing stunting. It intensely focuses on the need to enhance awareness of preconception nutrition and the pivotal role of education as the primary solution. The first point illustrates how communication errors reflect a lack of nutritional understanding in society, emphasizing the imperative need for increased awareness. The second point highlights the urgency of early health education, particularly within school curricula, as an effective strategy for preventing stunting. This establishes a foundation for understanding that addressing stunting is not solely related to school-age but should commence early, even before pregnancy. The third point elucidates how errors can be rectified through accurate education, providing an example of clarification from a regional leader regarding the source of folic acid. Overall, the article underscores the key role of education in rectifying communication errors, strengthening the understanding of preconception nutrition, and advocating for stunting prevention, contributing to public opinion discussions on relevant public health issues.

Keyword: Folice Acid, Stunting Prevention, Education.

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ketika kesalahan sepele dalam menyebutkan asam folat mencuat ke permukaan melalui pernyataan seorang tokoh masyarakat, peristiwa tersebut menjadi titik tolak bagi refleksi mengenai pemahaman masyarakat luas terhadap nutrisi prakonsepsi. 

Dalam konteks ini, artikel ini mengusung eksplorasi tentang peran edukasi kesehatan sebagai pilar utama dalam mencegah stunting, menguraikan pandangan kritis namun konstruktif dari berbagai pihak yang terlibat. Pertama-tama, kita harusnya mencermati pernyataan dari tokoh masyarakat yang secara tidak sengaja menyebut asam folat sebagai asam sulfat. 

Kesalahan ini bukan semata-mata sebuah kecerobohan verbal, tetapi mencerminkan kebutuhan mendesak akan peningkatan kesadaran mengenai nutrisi prakonsepsi di kalangan masyarakat. Apa yang terungkap dalam pernyataan tersebut memicu pertanyaan tentang seberapa besar pemahaman umum mengenai nutrisi penting ini, terutama di kalangan calon orangtua yang seharusnya memahami pentingnya nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak sejak awal kehamilan.

Dalam mengatasi kesalahan ini, fokus utama artikel ini adalah mengusulkan pendekatan edukasi yang lebih holistik dan merata, mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga tingkat masyarakat luas. 

Dengan memasukkan materi mengenai nutrisi prakonsepsi ke dalam kurikulum sekolah, diharapkan generasi muda dapat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya gizi sejak dini. Selain itu, program penyuluhan rutin di tingkat masyarakat dapat membantu menyebarkan informasi yang akurat dan relevan tentang nutrisi prakonsepsi. 

Pernyataan dari seorang pemangku kebijakan melaui berita yang menekankan bahwa penanganan stunting seharusnya dimulai sebelum kehamilan menjadi landasan bagi solusi kedua yang diajukan dalam artikel ini. 

Edukasi kesehatan harus mengarah pada pemberdayaan calon ibu, dengan memberikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi sejak tahap perencanaan kehamilan. 

Dalam hal ini, artikel mencoba menggarisbawahi bahwa pentingnya keterlibatan aktif pemerintah dan sektor swasta untuk menjalankan program edukasi yang menyeluruh dan berkelanjutan.

Terakhir, dengan merinci pernyataan seorang ahli kesehatan masyarakat yang menegaskan bahwa asam folat didapat dari tanaman, artikel ini mengajak masyarakat untuk memahami sumber pangan yang sehat dan bervariasi. Edukasi bukan hanya sebatas informasi, melainkan juga pemahaman tentang bagaimana mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, artikel ini berupaya menyajikan pandangan kritis dan solusi konstruktif yang dapat menjadi landasan untuk perubahan positif dalam pemahaman masyarakat tentang pentingnya nutrisi prakonsepsi dalam mencegah stunting. Pemahaman yang lebih baik dan penekanan pada edukasi kesehatan dapat menjadi kunci dalam menciptakan generasi yang lebih sehat dan tangguh di masa depan.

2. PEMBAHASAN

Kesalahan Komunikasi

Kesalahan Komunikasi yang terjadi saat seorang tokoh masyarakat menyebutkan asam folat sebagai asam sulfat mencerminkan kurangnya pemahaman umum akan nutrisi esensial, khususnya di kalangan calon orangtua. Pernyataan tersebut rupanya menciptakan sorotan publik terhadap betapa pentingnnya kesadaran nutrisi prakonsepsi dalam masyarakat.

Dalam kejadian ini, tokoh masyarakat dengan tegas mengakui kesalahannya dengan mengatakan, "Apa sih kemarin saya nyebutnya? Asam sulfat ya. Ya mohon maaf, mohon dikoreksi ya. (Harusnya) asam folat. Sorry sorry ya, maaf, mohon dikoreksi." Pernyataan tersebut dapat mencerminkan sikap tanggap dan bertanggung jawab terhadap kesalahan komunikasi yang terjadi. Pengakuan terbuka atas kesalahan tersebut memberikan ruang untuk perbaikan sekaligus peningkatan pemahaman masyarakat akan nutrisi penting, terutama dalam konteks prakonsepsi dan kehamilan.

Analisis data menunjukkan bahwa kesalahan komunikasi ini menjadi titik tolak untuk refleksi dalam meningkatkan pemahaman umum tentang nutrisi esensial, terutama di kalangan calon orangtua. Tingkat kesadaran yang perlu ditingkatkan menjadi sorotan utama, dan respons tokoh masyarakat mengundang perhatian terhadap kebutuhan akan edukasi kesehatan yang lebih baik.

Selanjutnya, kesalahan komunikasi ini memberikan peluang untuk membahas secara lebih luas isu-isu kesehatan prakonsepsi dan pencegahan stunting di kalangan masyarakat. Dengan mengucapkan permintaan maaf dan keinginan untuk dikoreksi, tokoh masyarakat membuka ruang dialog terbuka yang mana dapat dimanfaatkan untuk kampanye edukasi yang lebih besar.

Ketidakpahaman umum tentang nutrisi esensial, yang tercermin dalam kesalahan penyebutan, dapat dianggap sebagai indikator bahwa pentingnya perbaikan dalam pendidikan kesehatan masyarakat. Langkah-langkah yang efektif tentunya untuk meningkatkan pemahaman ialah termasuk kampanye penyuluhan, peningkatan literasi kesehatan di sekolah, dan pembekalan informasi kepada calon orangtua melalui berbagai media.

Dalam konteks calon orangtua, kesalahan ini menciptakan peluang untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang peran nutrisi sejak pada tahap perencanaan kehamilan. Kampanye edukasi yang menyasar kelompok ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih baik tentang pentingnya asam folat dan nutrisi prakonsepsi lainnya untuk kesehatan ibu dan perkembangan anak.

Kesalahan komunikasi ini memunculkan perbincangan yang lebih luas tentang betapa pentingnya kesadaran nutrisi prakonsepsi dalam masyarakat. Melalui pengakuan dan respons yang positif, dapat diambil langkah-langkah konstruktif untuk meningkatkan pemahaman umum tentang nutrisi esensial, mengatasi kesalahan komunikasi, dan membuka jalan menuju kampanye edukasi yang lebih besar di bidang kesehatan prakonsepsi dan pencegahan stunting.

Edukasi Kesehatan dalam Kurikulum Sekolah

Pemahaman yang mendalam dari seorang pemangku kebijakan tentang urgensi pendidikan kesehatan sejak dini, khususnya terkait pencegahan stunting. 

Pernyataannya, "Menangani stunting itu tidak pada usia sekolah, menangani stunting itu sebelum ibu hamil. Jadi kesehatan calon ibu itu sudah harus dipikirkan," menciptakan kesadaran akan waktu kritis dalam siklus kehidupan manusia yang harus difokuskan pada pencegahan stunting yang terjadi dimana saja. Pentingnya pendidikan kesehatan sejak dini dijelaskan dengan jelas oleh pemangku kebijakan ini. Fokus pada tahap prakonsepsi dan kehamilan sebagai waktu yang kritis dalam mencegah stunting memberikan perspektif yang kuat. Hal ini mencerminkan pemahaman bahwa upaya pencegahan stunting tidak dapat hanya diandalkan pada intervensi di usia sekolah, melainkan harus dimulai sejak dini, bahkan sebelum kehamilan terjadi.

Dalam aspek ilmiah populer, kutipan ini menyoroti perlunya integrasi pendidikan kesehatan dalam kurikulum sekolah. Edukasi kesehatan yang memfokuskan pada kesehatan calon ibu sebelum kehamilan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya nutrisi prakonsepsi. 

Ini memberikan landasan bagi perubahan pola pikir masyarakat tentang peran pendidikan dalam mencegah stunting, dan bahwasanya pencegahan sejak dini membuka banyak peluang positif bagi kesehatan anak secara keseluruhan. Selanjutnya, kutipan ini menegaskan peran sentral calon ibu dalam pencegahan stunting. 

Dengan menyatakan, "Jadi kesehatan calon ibu itu sudah harus dipikirkan," pemangku kebijakan ini memberikan penekanan pada tanggung jawab calon ibu untuk merawat kesehatannya sejak awal. Pemahaman ini menciptakan dasar yang mana untuk mengubah budaya perencanaan kehamilan dengan memasukkan aspek kesehatan sebagai prioritas utama.

Dari segi kebijakan publik, kutipan ini membuka pintu bagi diskusi tentang bagaimana solusi atau merancang kurikulum sekolah yang merespon kebutuhan nyata masyarakat dalam pencegahan bahaya stunting. Menyisipkan materi edukasi kesehatan tentang nutrisi prakonsepsi dan peran calon ibu dapat menjadi strategi efektif untuk menjangkau dan membentuk kesadaran masyarakat luas sejak dini. 

Selain itu, pemangku kebijakan ini menyampaikan pandangan yang mendorong peran pemerintah dan lembaga terkait dalam menyediakan sumber daya dan dukungan untuk pendidikan kesehatan. Hal ini menciptakan pintu masuk untuk kolaborasi yang lebih erat antara sektor publik dan swasta untuk menyediakan program pendidikan yang lebih efektif dan terjangkau di seluruh lapisan masyarakat.

Dengan demikian, poin kedua memberikan sorotan pada peran kunci pendidikan kesehatan sejak dini dalam pencegahan stunting. Kutipan ini merinci bahwa penanganan stunting bukan hanya tanggung jawab usia sekolah, melainkan harus dimulai sejak dini, sebelum ibu hamil. 

Masyarakat perlu menyadari bahwa calon ibu memiliki peran sentral dalam mencegah stunting, dan pendidikan kesehatan yang terintegrasi dalam kurikulum sekolah dapat menjadi kunci dalam menciptakan generasi yang lebih sehat dan terinformasi.

Mengatasi Kesahalan dengan Pendidikan

Seorang pemimpin daerah menyoroti pentingnya mengatasi kesalahan seputar nutrisi dengan pendidikan, khususnya dalam konteks pemberian asam folat.

Pernyataannya, "Kemudian yang kedua adalah yodium, ketiga asam folat, asam folat didapatnya dari tanaman, bukan di bengkel, gak ada itu. Itu diberikan kepada ibu hamil," menunjukkan komitmen untuk menyampaikan informasi yang benar dan mengatasi kesalahpahaman yang mungkin muncul di masyarakat.

Dalam merinci bahwa asam folat didapat dari tanaman dan bukan dari bengkel, pemimpin daerah ini memberikan klarifikasi yang relevan terkait sumber nutrisi yang sehat. Pernyataannya tersebut menciptakan pemahaman bahwa asam folat adalah nutrisi yang diperoleh melalui konsumsi tanaman dan bukan berasal dari sumber yang tidak sesuai, seperti bengkel. Hal ini menjadikan contoh bagaimana informasi yang akurat dan jelas dapat mengatasi kesalahpahaman dan menyediakan dasar untuk pendidikan kesehatan yang efektif.

Dari segi ilmiah populer, kutipan ini menggarisbawahi perlunya edukasi yang akurat untuk memperbaiki kesalahan atau kekeliruan seputar nutrisi. Pendidikan menjadi sarana untuk mengklarifikasi konsep-konsep yang mungkin keliru dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada masyarakat. 

Dalam konteks ini, fokus pada sumber pangan yang benar mengajarkan nilai pentingnya pola makan yang seimbang dan beragam untuk mencapai kesehatan yang optimal. 

Pemimpin daerah yang menegaskan bahwa asam folat diberikan kepada ibu hamil memperkuat urgensi konsumsi nutrisi ini pada fase prakonsepsi dan kehamilan. Pendidikan kesehatan yang terfokus pada calon ibu menjadi kunci untuk memberikan pemahaman yang benar dan memastikan pencegahan stunting dimulai sejak awal kehamilan.

Dengan demikian, kutipan ini menciptakan narasi yang mendukung pendidikan kesehatan sebagai solusi untuk mengatasi kesalahan dan memperkuat pemahaman masyarakat terkait nutrisi esensial, khususnya dalam konteks pencegahan stunting.

3. KESIMPULAN

Kesalahan komunikasi menjadi pintu masuk untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang nutrisi prakonsepsi. Pendidikan kesehatan sejak dini menjadi kunci dalam menciptakan generasi yang lebih sadar akan pentingnya nutrisi prakonsepsi, dengan penekanan pada peran kesehatan calon ibu

Mengatasi kesalahan dan kesalahpahaman dapat dicapai melalui pendidikan yang jelas dan akurat, seperti yang ditunjukkan oleh klarifikasi tentang asam folat oleh pemimpin daerah. 

Dengan pendekatan ini, artikel mengeksplorasi bagaimana pemahaman yang ditingkatkan dan edukasi yang efektif dapat membentuk masyarakat yang lebih sehat dan terinformasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun