Angin menderas
Pohon-pohon bergoyang panas
Nyanyian indah burung menjadi siksaan
Mendekam pada rindu yang telah lama mati
Sejak meninggalkan singsana kerajaan
Jejak terhapus oleh derasnya air bah dari Tuhan
Hidup di rantau
Berliku penuh ranjau
Gemuruh gelap menggersangkan hati
Banyak terdiam merenung di kota orang
Kesepian dan kemandirian menjadi asupan sehari-hari
Sampai tidak mengenal rasa keputusasaan
Asa dalam batin terus merongrong jiwa
Tiada henti jurai air mata
Di antara senyum yang luruh
Benar memang dunia sefana ini
Fajar mulai menyingsing, burung-burung bersenandung lepas, angin bertiup perlahan-perlahan, hingga sampai bermuara pada nikmatnya secangkir kopi susu di setiap paginya. Ternyata semua itu, tidak berhasil membuat kamu “bahagia”. Seolah tak bisa melepaskan diri dari suatu permasalahan yang mendera.
Presepsi bahwa kita akan bahagia jika memiliki ini dan itu, seandainya begini ataupun begitu semakin lama justru semakin menghimpit dada. Banyak orang beranggapan, sukar sekali untuk bahagia, rasanya hidup ini hanyalah sebuah kompetisi sialan yang tidak jelas kapan bakal usai.
Bahagia bagaikan isian pada roti, beragam variannya. Di dalam setiap harinya, berbagai cara ditempuh seseorang untuk meraih kebahagiaan. Makna kebahagiaan seseorang pun bermacam-macam, misalnya seperti, bahagia dikala sehat, bahagia sebab dicintai maupun dihargai, bahagia dapat berkumpul bersama teman atau keluarga, bahagia telah menghasilkan karya, bahagia merasa bebas, hingga bahagia saat berbagi.
Selain membiasakan diri sendiri terhadap lingkungan sekitar, juga tak luput, wajib pula mengelola keuangan sepandai mungkin. Hari itu, seperti biasa ku kayuh sepeda roda dua, setia ditemani oleh hembusan angin nan sejuk dan bebek-bebek montok yang berjalan rapi menuju sebuah sungai kecil. Tibalah diriku di sebuah toko kelontong, tak lain menuruti permintaan ibu yang kangen akan teh Jawa yang terkenal sangat nendang rasanya itu.
Ditambah lagi saat melakukan unboxing isi dari paket tersebut, dijamin bikin good mood seseorang auto meningkat. Tiga dekade adalah waktu yang tidak sebentar, butuh konsistensi serta inovasi guna mempertahankan reputasi JNE sebagai perusahaan jasa ekspedisi yang paling bisa diandalkan dan terpercaya. Terbukti, di mana pun berada, JNE selalu menjadi pilihan bagi setiap orang, termasuk saya, mengirimkan sebuah paket sederhana untuk orang terkasih di rumah.
Mafhum anak rantau bersahabat baik dengan rindu suasana, makanan, dan kenangan pada keluarga yang terkadang bisa bikin jadi lara hati. Tiga hari berselang, wangi teh bertebaran bagi siapa saja yang bersentuhan dengannya. Kurir itu telah datang, senyumannya merekah, keringatnya mengucur deras saat bertemu ibu. Sebab, lelah menemukan rumah mungil di tengah kawasan padat penduduk. Wangi teh menyerbak, dihirup aromanya kuat-kuat oleh ibu. Tanpa adanya pesan tertulis di secarik kertas kerinduan ingin pulang ke rumah pun juga ikut tersampaikan lewat aroma wewangian teh-teh Jawa.
Langsung diraihnya dengan cepat telepon genggam miliknya, bermaksud melakukan panggilan kepadaku. Aku pun tidak lagi menunggu ba-bi-bu, begitu mendapat telepon darinya langsung kuangkat telepon itu. Ibu menyanyangkan teh yang kubeli sangatlah banyak jumlahnya. Bagiku hal itu tidak terlalu menjadi masalah, karena hanya tinggal mengurangi jatah uang makan bulananku saja. Percakapan kami berlangsung hingga sejam lamanya. Suara ibu dan suasana rumah menjadi penghibur hati yang tengah dilanda susah hati, bagai magic, tiba-tiba merasa plong seketika.
Tanpa banyak bertanya, aku pun langsung pulang dengan kalang kabut, penasaran siapa yang mengirim paket tersebut. Tak peduli lagi dengan kulit tangan, kaki, ataupun wajah yang nanti bakal berubah warna. Ku buka pintu gerbang indekos dengan semangat menggebu. Teman karibku langsung menyerahkan dan saat aku menerimanya, ternyata nama pengirimnya adalah ibu.
Tak sabar, kubuka paket tersebut, isiannya ialah lauk pauk yang tahan lama seperti rendang, sambal barat, dan tempe kering. Bertolak dari percakapan beberapa hari lalu, akhirnya ketahuan juga selama ini aku malas membeli makan, makanya setiap pulang badanku jadi kurus tak terurus. Dalam hati bilang, akhirnya kesampaian juga, makan masakan ibu yang lezat tiada duanya. Berjanji pada diri sendiri, akan kuhemat lauk pauk ini. Rasa sesak di dada semakin menusuk-nusuk, lara sebab kesepian, jauhnya jarak, hilangnya waktu kebersamaan semakin menjadi, akan tetapi semua itu seakan terobati oleh kiriman diam-diam dari ibu.
Ya itulah, segenap cerita singkat dari paket kebahagiaan bersama JNE. Jarak jadi terasa begitu dekat, berbagi terhadap orang-orang tersayang bukan menjadi suatu penghalang apalagi hambatan. Menurut Aidh Abdullah Al-Qarni dalam buku legendarisnya La Tahzan menuturkan ketika dilanda rasa sedih berbuat baiklah terhadap sesama manusia. Perbuatan baik itu laksana wewangian yang tidak hanya mendatangkan manfaat bagi pemakainya tetapi juga orang-orang yang berada di sekitarnya.
Melangkah dari zona tersebut, berarti selangkah lebih dekat dengan keberhasilan yang tengah menanti. Tak dapat dimungkiri memang, tinggal bersama orang tua segalanya menjadi mudah. Sebab, selain kebutuhan selalu tersedia, juga tak luput dari dukungan penuh darinya. Sementara, di tanah orang kau harus memberdayakan dirimu sendiri agar dapat bertahan menghadapi getirnya hidup.
Seka air matamu, hidup harus tetap terus berjalan, tak peduli bagaimana pun keadaannya. Sejujurnya, jika dilihat dari kacamata lain, mudah saja jika sedang merasa rindu. Selain saling mengungkapkan betapa pedihnya rasa rindu di dada, juga tak lupa menghadiahkan orang-orang terkasih. Niscaya, perbuatan ini akan membuat para pelakunya bahagia sekaligus bersyukur atas karunia yang telah diberikan oleh-Nya.
Selain itu, dari segi aspek sosial, berbagi juga dapat menambah jumlah saudara-saudara kita ataupun merekatkannya agar lebih dekat lagi. Begitu banyak bukan faedah dari saling memberi satu sama lain? Berbagi dari mulai yang paling sederhana hingga paling besar, semuanya berharga di hadapan Tuhan dan mengena di dalam hati sanubari manusia.
Akhir kata, terima kasih teruntuk para pihak JNE yang telah berdedikasi tinggi, terlebih lagi saat pandemi melanda. Tanpa jasa-jasa yang diberikan, mustahil orang-orang akan merasakan kebahagiaan saat menerima barang yang selama ini didambakan hingga sampai mendarat sempurna di tangan. Selamat menempuh hidup baru di usia kepala tiga ini, JNE! Teruslah menginspirasi, tetap gigih berkerja, namun juga tak lupa untuk peduli terhadap sesama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI