Mohon tunggu...
Shafira Arifah
Shafira Arifah Mohon Tunggu... Lainnya - A human

Makhluk INTJ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

JNE: Penyambung Tali Kasih dan Penghapus Kerinduan Anak Rantau

31 Desember 2020   07:36 Diperbarui: 31 Desember 2020   07:42 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Unsplash/Ana-Maria-Nichita

Presepsi bahwa kita akan bahagia jika memiliki ini dan itu, seandainya begini ataupun begitu semakin lama justru semakin menghimpit dada. Banyak orang beranggapan, sukar sekali untuk bahagia, rasanya hidup ini hanyalah sebuah kompetisi sialan yang tidak jelas kapan bakal usai.

Bahagia bagaikan isian pada roti, beragam variannya. Di dalam setiap harinya, berbagai cara ditempuh seseorang untuk meraih kebahagiaan. Makna kebahagiaan seseorang pun bermacam-macam, misalnya seperti, bahagia dikala sehat, bahagia sebab dicintai maupun dihargai, bahagia dapat berkumpul bersama teman atau keluarga, bahagia telah menghasilkan karya, bahagia merasa bebas, hingga bahagia saat berbagi. 

Sumber: Unsplash/Ana-Maria-Nichita
Sumber: Unsplash/Ana-Maria-Nichita
Jauh dari rumah, tinggal di perantauan, pastilah membuat seseorang manusia menjadi nelangsa.  Menahan rindu sudah biasa, toh semua dilakukan demi masa depan agar lebih terjamin. Meninggalkan riuh dan gemerlapnya ibukota, menepi sebentar ke kota kecil Kartasura, bukanlah perkara yang selama ini diidam-idamkan. Namun merantau, sekiranya telah memberikan suatu pelajaran penting tentang tujuan hidup yang sesungguhnya.

Selain membiasakan diri sendiri terhadap lingkungan sekitar, juga tak luput, wajib pula mengelola keuangan sepandai mungkin. Hari itu, seperti biasa ku kayuh sepeda roda dua, setia ditemani oleh hembusan angin nan sejuk dan bebek-bebek montok yang berjalan rapi menuju sebuah sungai kecil. Tibalah diriku di sebuah toko kelontong, tak lain menuruti permintaan ibu yang kangen akan teh Jawa yang terkenal sangat nendang rasanya itu.    

Sumber: Unsplash/Kira auf der Heide
Sumber: Unsplash/Kira auf der Heide
Segera kubungkus rapi dan tak lupa menuliskan alamat sedetail mungkin di atas amplop kancing cokelat, untung saja terdapat semerbak wangi aroma teh membuat bingkisan sederhana itu jadi agak tampak spesial. Percaya atau tidak, mengirimkan sebuah paket untuk seseorang mengajarkan betapa ajaibnya berbagi yang dapat memunculkan perasaan senang secara alamiah. Esensi saling berbagi terhadap sesama lainnya, berarti telah mensyukuri nikmat atas pemberian dari Tuhan. Menyadari bahwa rejeki yang diberikan oleh-Nya, juga terdapat bagian orang lain. Alhasil, sikap ini mendasari seseorang untuk tidak berat apalagi sungkan saat berbagi terhadap sesama.

Sumber: Instagram/jne_id
Sumber: Instagram/jne_id
JNE selalu hadir untuk memberikan pelayanan terbaik dengan ringan hati mengantarkan berbagai paket kebahagiaan, hingga sampai di tangan penerima dalam kondisi baik. Bertemakan JNE 3 Dekade Bahagia Bersama pada tahun ini, sederhananya "bahagia bersama" selalu tergambarkan pada setiap saat kurir datang membawa pesanan sambil berteriak “Paket!!!". 

Ditambah lagi saat melakukan unboxing isi dari paket tersebut, dijamin bikin good mood seseorang auto meningkat. Tiga dekade adalah waktu yang tidak sebentar, butuh konsistensi serta inovasi guna mempertahankan reputasi JNE sebagai perusahaan jasa ekspedisi yang paling bisa diandalkan dan terpercaya. Terbukti, di mana pun berada, JNE selalu menjadi pilihan bagi setiap orang, termasuk saya, mengirimkan sebuah paket sederhana untuk orang terkasih di rumah.     

Mafhum anak rantau bersahabat baik dengan rindu suasana, makanan, dan kenangan pada keluarga yang terkadang bisa bikin jadi lara hati. Tiga hari berselang, wangi teh bertebaran bagi siapa saja yang bersentuhan dengannya. Kurir itu telah datang, senyumannya merekah, keringatnya mengucur deras saat bertemu ibu. Sebab, lelah menemukan rumah mungil di tengah kawasan padat penduduk. Wangi teh menyerbak, dihirup aromanya kuat-kuat oleh ibu. Tanpa adanya pesan tertulis di secarik kertas kerinduan ingin pulang ke rumah pun juga ikut tersampaikan lewat aroma wewangian teh-teh Jawa.

Langsung diraihnya dengan cepat telepon genggam miliknya, bermaksud melakukan panggilan kepadaku. Aku pun tidak lagi menunggu ba-bi-bu, begitu mendapat telepon darinya langsung kuangkat telepon itu. Ibu menyanyangkan teh yang kubeli sangatlah banyak jumlahnya. Bagiku hal itu tidak terlalu menjadi masalah, karena hanya tinggal mengurangi jatah uang makan bulananku saja. Percakapan kami berlangsung hingga sejam lamanya. Suara ibu dan suasana rumah menjadi penghibur hati yang tengah dilanda susah hati, bagai magic, tiba-tiba merasa plong seketika. 

Sumber: Unsplash/Irina Murza
Sumber: Unsplash/Irina Murza
Kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan. Ungkapan itu sakti benar adanya. Panasnya Kartasura bisa dibilang melebihi gersangnya Jakarta. Malas pulang, sebab matahari tepat berada di atas kepala, khawatir akan timbul kulit belang malah semakin bertambah. Tiba-tiba telepon genggamku berdering, panggilan masuk dari nomor tak dikenal, ternyata kurir JNE dengan nafas tersengal-sengal memastikan bahwa alamat indekosku sudah benar. Kurir tersebut bilang, kalau dia mengirimkan dan menitipkan sebuah paket pada temanku.  

Tanpa banyak bertanya, aku pun langsung pulang dengan kalang kabut, penasaran siapa yang mengirim paket tersebut. Tak peduli lagi dengan kulit tangan, kaki, ataupun wajah yang nanti bakal berubah warna. Ku buka pintu gerbang indekos dengan semangat menggebu. Teman karibku langsung menyerahkan dan saat aku menerimanya, ternyata nama pengirimnya adalah ibu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun