Presepsi bahwa kita akan bahagia jika memiliki ini dan itu, seandainya begini ataupun begitu semakin lama justru semakin menghimpit dada. Banyak orang beranggapan, sukar sekali untuk bahagia, rasanya hidup ini hanyalah sebuah kompetisi sialan yang tidak jelas kapan bakal usai.
Bahagia bagaikan isian pada roti, beragam variannya. Di dalam setiap harinya, berbagai cara ditempuh seseorang untuk meraih kebahagiaan. Makna kebahagiaan seseorang pun bermacam-macam, misalnya seperti, bahagia dikala sehat, bahagia sebab dicintai maupun dihargai, bahagia dapat berkumpul bersama teman atau keluarga, bahagia telah menghasilkan karya, bahagia merasa bebas, hingga bahagia saat berbagi.Â
Selain membiasakan diri sendiri terhadap lingkungan sekitar, juga tak luput, wajib pula mengelola keuangan sepandai mungkin. Hari itu, seperti biasa ku kayuh sepeda roda dua, setia ditemani oleh hembusan angin nan sejuk dan bebek-bebek montok yang berjalan rapi menuju sebuah sungai kecil. Tibalah diriku di sebuah toko kelontong, tak lain menuruti permintaan ibu yang kangen akan teh Jawa yang terkenal sangat nendang rasanya itu. Â Â
Ditambah lagi saat melakukan unboxing isi dari paket tersebut, dijamin bikin good mood seseorang auto meningkat. Tiga dekade adalah waktu yang tidak sebentar, butuh konsistensi serta inovasi guna mempertahankan reputasi JNE sebagai perusahaan jasa ekspedisi yang paling bisa diandalkan dan terpercaya. Terbukti, di mana pun berada, JNE selalu menjadi pilihan bagi setiap orang, termasuk saya, mengirimkan sebuah paket sederhana untuk orang terkasih di rumah.   Â
Mafhum anak rantau bersahabat baik dengan rindu suasana, makanan, dan kenangan pada keluarga yang terkadang bisa bikin jadi lara hati. Tiga hari berselang, wangi teh bertebaran bagi siapa saja yang bersentuhan dengannya. Kurir itu telah datang, senyumannya merekah, keringatnya mengucur deras saat bertemu ibu. Sebab, lelah menemukan rumah mungil di tengah kawasan padat penduduk. Wangi teh menyerbak, dihirup aromanya kuat-kuat oleh ibu. Tanpa adanya pesan tertulis di secarik kertas kerinduan ingin pulang ke rumah pun juga ikut tersampaikan lewat aroma wewangian teh-teh Jawa.
Langsung diraihnya dengan cepat telepon genggam miliknya, bermaksud melakukan panggilan kepadaku. Aku pun tidak lagi menunggu ba-bi-bu, begitu mendapat telepon darinya langsung kuangkat telepon itu. Ibu menyanyangkan teh yang kubeli sangatlah banyak jumlahnya. Bagiku hal itu tidak terlalu menjadi masalah, karena hanya tinggal mengurangi jatah uang makan bulananku saja. Percakapan kami berlangsung hingga sejam lamanya. Suara ibu dan suasana rumah menjadi penghibur hati yang tengah dilanda susah hati, bagai magic, tiba-tiba merasa plong seketika.Â
Tanpa banyak bertanya, aku pun langsung pulang dengan kalang kabut, penasaran siapa yang mengirim paket tersebut. Tak peduli lagi dengan kulit tangan, kaki, ataupun wajah yang nanti bakal berubah warna. Ku buka pintu gerbang indekos dengan semangat menggebu. Teman karibku langsung menyerahkan dan saat aku menerimanya, ternyata nama pengirimnya adalah ibu.Â