Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi, baik menggunakan lisan maupun gerak. Tentu setiap negara dan daerah memiliki bahasa yang berbeda. Saat kita ada di negara lain, kita perlu mempelajari bahasa negara tersebut untuk mempermudah komunikasi. Akan ada banyak kosakata yang perlu kita hafal. Sulit memang menghafal kosakata yang banyak, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Katanya belajar bahasa asing dapat meningkatkan daya ingat, apakah itu benar?
Fondasi belajar bahasa asing adalah meniru, sebagaimana kita belajar bahasa ibu. Pada saat kita belajar bahasa ibu, otak kita masih dalam masa pertumbuhan, artinya kita belum memiliki kesadaran yang baik. Orang dewasa yang belajar bahasa asing sudah memiliki kesadaran juga sudah 'terisi' dengan kemampuan bahasa ibu, sehingga nalar bahasa sudah terbentuk. Bahasa ibu juga mempengaruhi kemampuan seseorang melafalkan bahasa asing.
Dalam suatu seminar di London pada tanggal 13 Oktober 2004. Para pakar Neurosains dari University College, London mengumumkan hasil penelitian tentang efek bilingualisme terhadap perkembangan otak.
 "Mempelajari bahasa kedua selain bahasa ibu mengubah struktur anatomi otak. Derajat korelasi antara penguasa bahasa asing dengan jumlah sel-sel kelabu otak juga berhubungan dengan kefasihan seseorang" papar Andrea Mechelli, salah satu anggota tim peneliti tersebut. Â
Sel-sel kelabu yang terdapat pada permukaan otak memiliki kemampuan fungsi luhur, seperti berpikir, mengingat, berbicara dan sebagainya. Sedangkan jaringan yang terdapat di bagian dalam otak sebagian besar hanya terdiri atas lemak yang berfungsi menyangga sel-sel kelabu. Â
Mechelli dan timnya menggunakan citra struktur otak untuk membandingkan ukuran sel-sel kelabu otak pada tiga kelompok koresponden. Kelompok pertama, adalah 25 orang monolingual, kelompok kedua sejumlah 25 orang bilingual yang mulai belajar bahasa asing sebelum umurnya mencapai 5 tahun dan kelompok ketiga adalah 25 orang yang belajar bahasa asing pada usia antara 10-15 tahun. Usia dan latar belakang pendidikan para koresponden memiliki perbandingan yang sama setiap kelompok.
Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa kelompok bilingual memiliki daerah kelabu yang lebih luas pada korteks parietal inferior hemisfer kiri dibanding kelompok monolingual. Sedangkan kelompok bilingual yang mulai mempelajari bahasa asing sebelum usia lima tahun memiliki daerah sel-sel kelabu terbesar dibandingkan dua kelompok lainnya.Â
Selain menambah daya ingat, belajar bahasa asing sejak dini juga membuat perkembangan demensianya melambat sampai 4 tahun dibanding mereka yang hanya berbicara satu bahasa.
Bagi orang dewasa yang mempelajari bahasa asing juga dapat mengubah struktur otak meski tidak sebaik dan semaksimal belajar saat usia dini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H