Mohon tunggu...
Syafruddin Muhtamar
Syafruddin Muhtamar Mohon Tunggu... Penulis - Mengajar dan Menulis

Berbagi pikir berbagi hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengembalikan Puisi ke Pangkuan Tradisi

8 Desember 2017   16:27 Diperbarui: 8 Desember 2017   16:41 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan yang paling rasional dan bermoral adalah mengembalikan dunia sastra (karya puisi) pada jalurnya sendiri, yakni jalan tradisi. Mengapa harus tradisi? Pertanyaan yang sama juga bisa diajukan, mengapa harus modern? Ini berkenaan dengan pilihan-pilihan posisi. Posisi kesejatian masing-masing jalan pilihan. Jika modernisme adalah posisi pembrontakan terhadap tradisionalisme. Maka tradisionalisme adalah posisi gerakan yang akan menyadarkan modernisme untuk kembali ke kesejatian yang sesungguhnya.

Jika merujuk pada defenisi terminologis dari tradisi yang berakar kata tradisio,seperti yang disebut Sayyed Hossen Nasr sebagai ikatan ke Surga, ikatan pada Kesejatian, Prinsip Keabadian, maka karya-karya sasrta, terutama puisi haruslah merupakan refleksi Intelektual dan Spritual. Atau yang disebut Sayyad Hosesein Nasr sebagai hasil imposisi prinsip Spritual dan Intelektual pada materi atau subtansi bahasa.

Dengan demikian karya-karya sastra, khususnya puisi  yang di hasilkan memiliki relasi dengan semesta keabadian dan jauh dari sekedar karya tangan manusia yang sederhana.

Janganlah bangun rumahmu di tanah orang lain

Bekerjalah demi cita-citau sendiri yang sejadi di dunia ini

Jangan sampai kau terjerat oleh bujukan orang asing

Siapa orang asing itu kecuali nafsu-nafsumu akan dunia?

Dialah sumber bencana dan kepiluanmu

Selama Cuma tubuh yang kaurawat dan kaumanjakan

Takkan subur jiwamu, takkan pula teguh. (Jalaluddin Rumi, 1207-1273 M)   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun