Bahasa merupakan salah satu sarana fundamental dalam komunikasi antar manusia. Di Indonesia, bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai alat komunikasi, sarana budaya, maupun pencerminan kepribadian bangsa. Bahasa Indonesia, sebagai bahasa nasional, telah menjadi perekat yang menyatukan beragam suku dan budaya di seluruh pelosok negeri. Melalui bahasa, masyarakat Indonesia dapat mengekspresikan ide, gagasan, dan nilai-nilai budaya yang membentuk jati diri bangsa. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sesuai dengan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), menjadi salah satu penanda kecintaan terhadap identitas nasional serta menunjukkan penghargaan terhadap nilai- nilai luhur yang terkandung di dalamnya.
Tantangan lain yang muncul dari perkembangan teknologi adalah menurunnya kesadaran masyarakat terhadap etika berbahasa. Etika berbahasa mengacu pada bagaimana seseorang berkomunikasi dengan memperhatikan kesopanan, kesantunan, dan penghargaan terhadap lawan bicara. Dalam interaksi di dunia nyata, etika berbahasa biasanya lebih diperhatikan karena adanya kontak langsung. Namun, di dunia digital, etika berbahasa sering kali diabaikan. Banyak individu merasa lebih bebas berkomentar atau berpendapat tanpa memperhatikan norma-norma sosial, sehingga tidak jarang muncul ujaran kebencian, kata-kata kasar, serta penyalahgunaan bahasa lainnya di media sosial.
Dalam menghadapi tantangan ini, diperlukan upaya dari berbagai pihak untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama generasi muda, akan pentingnya menjaga penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta mematuhi etika berbahasa. Pendidikan literasi digital, baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga, menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa perkembangan teknologi tidak mengorbankan kualitas bahasa dan komunikasi yang santun. Dengan demikian, bahasa Indonesia tetap dapat berperan sebagai alat pemersatu dan cerminan jati diri bangsa di era digital ini.
Bahasa Indonesia sebagai Cerminan Kepribadian Bangsa
Bahasa tidak hanya alat komunikasi, tetapi juga mencerminkan identitas suatu bangsa. Menurut Noermanzah (2019), bahasa merupakan citra pikiran dan kepribadian individu. Dalam konteks Indonesia, bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai alat pemersatu, tetapi juga sebagai cerminan jati diri bangsa yang beragam. Keberagaman budaya, adat istiadat, serta nilai-nilai yang ada di Indonesia tercermin dalam penggunaan bahasa sehari-hari.
Namun, dalam beberapa dekade terakhir, penggunaan bahasa Indonesia yang benar dan sesuai dengan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) semakin tergerus. Salah satu penyebabnya adalah maraknya penggunaan bahasa gaul atau bahasa slang di kalangan anak muda, terutama di platform digital. Fenomena ini mencerminkan bagaimana bahasa dapat mengalami perubahan sesuai dengan konteks sosial yang berkembang. Namun, perubahan tersebut sering kali mengabaikan kaidah-kaidah dasar yang seharusnya dipertahankan.
Etika Berbahasa dalam Interaksi Publik
Etika berbahasa merupakan bagian penting dari norma sosial yang mengatur bagaimana seseorang berkomunikasi dengan orang lain. Etika ini melibatkan aspek kesopanan, kejelasan, serta kesantunan dalam berbicara maupun menulis. Dalam kajian Suhartono dan Lestariningsih (2016), etika berbahasa di lingkungan pelayanan publik menunjukkan bahwa kesantunan dalam berbahasa mampu menciptakan komunikasi yang lebih efektif dan mengurangi potensi kesalahpahaman.
Di era digital, etika berbahasa sering kali diabaikan, terutama di media sosial. Hal ini tercermin dari banyaknya komentar negatif, penghinaan, hingga ujaran kebencian yang muncul di berbagai platform. Penggunaan bahasa yang tidak sesuai etika ini dapat memicu konflik sosial dan merusak hubungan antarindividu. Dalam konteks pendidikan, etika berbahasa juga sering dilanggar, terutama dalam interaksi siswa dengan guru, baik di sekolah maupun di pesantren. Penelitian Nafi'a, Masrukhin, dan Gumiandari (2022) menunjukkan bahwa penyimpangan etika berbahasa dalam interaksi siswa dengan guru dapat mengurangi rasa hormat dan menciptakan suasana belajar yang kurang kondusif.
Dampak Teknologi Terhadap Penggunaan Bahasa