Mohon tunggu...
Shafa Yuki
Shafa Yuki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Hai, aku Shafa Yuki ! menulis, berenang, mendengarkan musik, memasak, dan berimajinasi adalah kesenanganku 🌷

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Omah Lowo, Bangunan Terbengkalai Kini Menjadi Ramai

20 Juli 2022   13:13 Diperbarui: 20 Juli 2022   16:26 2071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kotor, gelap, dan menyeramkan. Itulah gambaran banyak orang tentang sebuah bangunan tua yang berdiri megah di pusat kota Surakarta. Namun kabarnya kini justru banyak orang yang ingin berkunjung ke tempat tersebut, hal apa yang membuat bangunan terbengkalai itu tiba-tiba memikat banyak wisatawan untuk datang ?

Pertanyaan tersebut menggerakkan niat hati saya untuk menilik langsung ke kota Surakarta agar mendapati jawabannya. Pagi itu, 6 Juli 2022 saya memutuskan untuk melakukan trip dadakan ke Surakarta. Commuter Line membawa perjalanan saya dari Stasiun Lempuyangan pukul 06.59 WIB dan sampailah di Stasiun Balapan pada pukul 08.10 WIB.

Untuk pengguna Commuter Line dari Yogyakarta, saya sarankan turun di Stasiun Purwosari saja karena ternyata jaraknya lebih dekat untuk menuju ke lokasi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 WIB, gerbang dan beberapa security seperti sudah siap menyambut pengunjung yang akan berkunjung. Nampak masih sepi, ternyata saya menjadi pengunjung pertama yang datang di pagi hari itu.

Selamat datang, di Omah Lowo namanya. Dari ujung jalan, mata ini sudah dibuat jatuh hati karena ternyata bangunan yang terkenal menyeramkan ini sudah disulap menjadi sangat asri, cantik, dan rapi. Berdiri sangat megah serta indah di Jl. Perintis Kemerdekaan No.1, Purwosari, Kecamatan Laweyan. Sudah pasti dibalik bangunan berumur tua ini ada jutaan cerita yang tersimpan di dalamnya.

Meskipun sebutan Omah Lowo masih menjadi yang populer di telinga banyak orang. Namun perlu diketahui bahwa area Omah Lowo ini sekarang bernama "Heritage Istana Batik Keris" yang dimana hak kepemilikan sudah diambil alih dan keseluruhan area direnovasi oleh PT. Batik Keris hingga akhirnya 4000 meter lahan ini menjadi satu lokasi pusat yang kini terdiri menjadi tiga bagian bangunan.

Pertama, ada bangunan induk yaitu Omah Lowo dan taman, kedua ada Store Batik Keris yang merupakan lahan bangunan asli dan ketiga ada Keris Cafe and Kitchen yang nampaknya masih sangat baru dan dibeli dari lahan terpisah milik warga.

Renovasi dilakukan tentu untuk menghidupkan kembali warisan yang terbengkalai karena ditinggalkan, serta untuk menarik pengunjung agar dapat menikmati suasana vintage Omah Lowo dalam kenyamanan dan keindahan.

Dari parkiran, saya diarahkan masuk menuju Store Batik Keris karena memang sudah menjadi urutan pertama yang harus dilewati untuk bisa menuju ke Omah Lowo.

Tiket masuk tempat ini nampaknya tidak ada, tetapi setiap pengunjung yang ingin masuk ke bangunan inti atau Omah Lowo dan taman, diwajibkan membeli minimal satu produk yang ada di dalam Store Batik Keris. Untuk koleksi produk-produk dari Batik Keris sendiri berkisar dari harga ratusan hingga jutaan rupiah.

Tapi tidak perlu khawatir, UMKM binaan Batik Keris juga membuat merchandise yang tak kalah cantik dan useful seperti dompet, kipas tangan, gantungan kunci, dan masih banyak lagi yang dijual dengan kisaran harga mulai dari 40.000 an saja.

Masih aman di kantong, kan ? sembari membantu UMKM, pengunjung sudah bisa masuk untuk melihat, menelusuri, dan menikmati seluruh sudut Omah Lowo. Setelah membayar di kasir, saya sudah ditunggu oleh seorang Guide yang nantinya akan menemani saya masuk ke Omah Lowo.

Sebelum masuk, wajib untuk melepas alas kaki di tangga depan, musik ala kerajaan pun tiba-tiba diputar. Saat pintu dibuka, mata saya langsung dibuat takjub karena benar-benar indah. Atmosfer rumah istana dengan daya Eropa terasa kuat di bangunan ini. Istilah Omah Lowo rupanya ada karena itulah sebutan masyarakat sekitar pada bangunan bersejarah ini.

Dalam Bahasa Jawa, Lowo sendiri memiliki arti Kelelawar. Bangunan tersebut memang menjadi rumah bagi puluhan ribu Kelelawar karena kosong, tidak terurus dan akhirnya terbengkalai sejak tahun 1920.

Pemiliknya, Shie Dian Ho pulang ke Belanda dan sudah tidak pernah kembali lagi. Bayangkan, sudah berapa ratus tahun bangunan ini ditinggalkan, lama sekali bukan ?

Namun pada akhirnya, pemiliki PT. Batik Keris, Handianto Tjokrosaputra, yang masih memiliki hubungan keluarga, memutuskan untuk mencari tahu langsung ke Negeri Kincir Angin dengan membawa bukti, berkas, dan semua dokumen yang dibutuhkan agar bisa mengambil alih bangunan tersebut.

Beruntungnya, usaha yang dilakukan itu membuahkan hasil. Renovasi mulai dilakukan pada tahun 2016 dengan jangka waktu proses kurang lebih 4 Tahun. Jadi, Heritage Istana Batik Keris ini bisa dibilang baru saja memiliki wajah baru tetapi tidak mengubah ke-otentikan dari Omah Lowo sendiri. Proses renovasi bangunan yang sangat kotor dan menyeramkan itu memang membutuhkan waktu yang cukup panjang.

Guide yang menemani saya saat itu ternyata ikut melihat masuk ke dalam saat masih kotor. "Suasananya berbeda, kotoran kelelawar di lantai sangat tebal dan bau, sampai sepatu saya harus dicuci berkali-kali supaya bau nya hilang", jelasnya.

Banyak cerita menarik yang saya simak disana, salah satunya ialah tentang lantai bangunan yang masih asli. Banyaknya kotoran kelelawar yang menumpuk justru melindungi seluruh permukaan lantai di Omah Lowo, sehingga lantai terlindungi.

Untuk membersihkannya pun tidak mudah, dibutuhkan belasan kali poles agar kotoran dan bau yang tak sedap itu hilang tanpa merusak keaslian lantai yang memiliki gambaran pola amat cantik, karena sudah menjadi cagar budaya. Seluruh elemen dari Omah Lowo yang sudah di renovasi ini benar-benar masih asli, hanya atap dan ternit yang di ganti karena sudah rusak parah.

Ketika memasuki setiap ruangan, saya dibuat berulang berdecak kagum melihat di setiap sudutnya berisi elemen-elemen yang menarik untuk dipandang. Mulai dari lukisan yang mengandung kisah, Guci khas corak Chinese-Belanda, foto-foto bersejarah, koleksi baju hingga kain batik premium milik Batik Keris, dan masih banyak lagi, sehingga benar-benar membuat bangunan yang sudah sangat lama terbengkalai menjadi terasa kembali "hidup".

Furniture seperti meja, kursi, dan pelengkap lain ditata begitu apik sehingga makin mencipta suasana yang rapi dan berkelas, Setelah puas melihat setiap sudut dari Omah Lowo dan handphone mulai panas akibat terlalu banyak mengambil dokumentasi yang sayang jika dilewatkan. Akhirnya saya memutuskan untuk meninggalkan tempat ini.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Saya melihat mulai banyak pengunjung yang berdatangan bersama keluarga atau rombongan. Menariknya, kebanyakan dari mereka yang datang ialah orang tua yang memanfaatkan waktu berlibur untuk mengetahui cerita Omah Lowo dan berfoto di setiap sudutnya.

Ketika saya bertanya kepada salah satu pengunjung mengenai hal apa yang membuatnya tertarik untuk berkunjung ke Omah Lowo ini, ia mengatakan bahwa Omah Lowo kini menjadi lebih bagus sehingga ikut penasaran untuk mengunjungi juga. Ditambah banyaknya konten kreator TikTok yang membagikan video saat berkunjung ke Omah Lowo, sehingga mampu menaikkan engagement terhadap wisawatan.

Tak hanya orang tua, Guide juga menyatakan bahwa anak-anak muda lebih sering berkunjung saat sore hari karena lampu-lampu berwarna oranye di sudut Omah Lowo akan menyala dan memberi kesan kecantikan tersendiri. Warisan yang indah dan berharga ini mampu menjadi wadah bagi banyak orang untuk melihat, mengenal, dan mengetahui cerita seru serta unik di dalamnya.

Apalagi terkait sejarahnya yang bisa dipelajari untuk menambahan wawasan tentang sejarah peradaban dan kisah kehidupan orang-orang terdahulu. Pasti masyarakat Kota Surakarta begitu bangga memiliki warisan bersejarah seperti ini.

Harapannya seluruh masyarakat baik di sekitar Omah Lowo maupun masyarakat luas mampu ikut berperan untuk menjaga warisan ini, pun juga dengan Pemerintah setempat yang sudah sepatutnya ikut berperan terhadap pemberdayaan Omah Lowo karena bangunan tersebut mampu menambah daya tarik dan branding kota Surakarta sebagai Kota Batik. Agar tempat ini terus bisa lestari sebagai sarana destinasi sekaligus menyirami akar kehidupan budaya serta menyukseskan UMKM yang ada.

Saya rasa tempat ini cocok menjadi salah satu referensi yang menarik untuk ditambah dalam list destinasi yang harus dikunjungi bersama teman maupun keluarga.

Kehadiran para pengunjung domestik maupun mancanegara diharapkan mampu menghidupkan dan menjaga warisan budaya, serta memperkenalkannya semakin luas melalui pengetahuan sejarah dan kisah di balik dinding kokoh Omah Lowo agar semakin menjadikan benih baik dari warisan ini takkan habis nilanya.

Jika penasaran ingin melihat lebih jelas visualisasi kecantikan Omah Lowo, silahkan tonton video #Shafa'sJourney edisi kota Surakarta, dibawah ini :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun