Bulan Ramadhan kemarin, si Sulung masih duduk di Taman Kanak-kanak dan sekolahnya melakukan pembelajaran daring. Si Ayah meminta kami untuk menemaninya selama Bulan Ramadhan agar lebih ramai di rumah. Selain karena malas menghangatkan lauk saat sayur, bulan Ramadhan akan selalu lebih menyenangkan saat bisa berkumpul berbuka bersama keluarga. Si Sulung yang sedang belajar berpuasa pun akan lebih semangat saat ada teman berbuka puasa.
Jadilah satu bulan kami tinggal di rumah tanpa AC, tanpa Lemari Es dan bahkan dapurnya pun masih bongkar pasang yang kami buat di halaman belakang.Â
Kami membeli terpal 2m x 3m yang kami gunakan untuk menutup atas tempat kompor agar terhindar dari panas dan hujan saat memasak di belakang.Â
Persis seperti sedang berkemah membuat dapur darurat. Â Saat kami akan kembali ke Mataram di hari Sabtu dan Minggu, kami harus mengemas kompor dan perlengkapan dapur yang lain ke dalam box container dimasukkan ke dalam rumah karena halaman belakang pun masih terbuka.Â
Semua perabotan memasak dipinjami ibu saya karena dekat dari rumah kami ini. Beliau tahu kalau kami pun tak memiliki banyak perabot memasak sehingga memberikan pinjaman perabot pada kami.
Setelah bulan Ramadhan berlalu beberapa bulan, Ayah bercerita kalau halaman belakang sudah tumbuh banyak sekali tanaman tomat dan sudah mulai berbuah.Â
Kami kaget karena tidak merasa menanam apapun di kebun belakang. Mungkin biji-bijian yang terbuang tumbuh dengan sendirinya karena tanahnya menjadi subur dengan banyaknya sampah organik yang terpendam secara tidak sengaja dan air cucian beras yang selalu dibuang ke tanah.
Tanpa kami sadari, biji yang terbuang itu tumbuh subur dan berbuah. Kami tak pernah mengharapkannya, kami tak pernah menyadarinya, tapi buah itu tumbuh dan berbuah untuk kami. Apalagi tomat yang tumbuh ternyata bukan tomat yang biasa. Tomat yang berbentuk seperti bunga karena bergelombang dan lebih pipij, kulitmya tipis, warnanya lebih merah dan katanya tidak asam seperti tomat buah. Orang sasak menyebutnya 'Tomat Jamak'.Â
Saya pun baru tahu jenis tomat ini saat tinggal di pulau kecil ini. Katanya lebih manis dan lebih enak digunakan untuk sambal dan tidak enak kalau dimakan begitu saja seperti tomat buah. Tomat ini sudah jarang dijual dan dibudidayakan. Namun, tumbuh dengan sendirinya di belakang rumah kami.Â
Sama seperti kebaikan. Saat kita tak menyadari menanam kebaikan dan berbuah baik, pasti rasanya akan sangat membahagiakan. Buah itu seperti biji kebaikan yang kita tanam, suatu saat pasti akan berbuah kebaikan bahkan saat kita tak pernah mengharapkannya. Saat itulah bahagia benar-benar terasa.Â