Mohon tunggu...
Shafa Varera
Shafa Varera Mohon Tunggu... Freelancer - Be better everytime

bercerita untuk berbagi dan bermanfaat. mom's of two child and a wife, blogger and listener

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Engkel yang Tak Lagi Ramai

28 Juni 2021   11:33 Diperbarui: 30 Juni 2021   09:24 1954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini, saya dan anak-anak berniat ke Lombok Timur untuk ke rumah orang tuaku sekaligus bertemu Ayahnya anak-anak yang kebetulan setahun terakhir ini ditugaskan di Lombok Timur. Meski tidak dekat dengan rumah orang tuaku, tapi kami memiliki sebuah hunian kecil dekat kantor Ayah. 

"Kami kesana naik engkel, ya, Yah."

"Oke, hati-hati. Sering hujan. Bawa payung."

Angkutan umum di Lombok tidak seperti di Pula Jawa. Terbiasa menggunakan angkutan umum kemanapun saat masih di Jawa, saat berada di Lombok sedikit bingung. Apalagi tarif yang dikenakan pun tidak jelas. 

Saat kita tidak tahu, kadang diberikan tarif yang lebih mahal dari yang seharusnya. Selain itu, tidak semua tempat bisa dijangkau dengan angkutan umum karena memang daerah pemukiman satu dengan yang lain cukup jauh. 

Masyarakatnya pun tidak banyak memiliki mobilitas yang tinggi sehingga tidak menguntungkan membuka jas atransportasi di beberapa tempat yang kurang banyak penumpang. 

Angkutan umum dari Mataram ke Lombok Timur bisa didapatkan di Terminal Mandalika di pinggiran kota Mataram. Terminal Bus ini kini sudah semakin baik fasilitasnya. 

Calo juga semakin berkurang, tak seperti dulu yang banyak memaksa dan meminta uang semaunya. Kini, semua sudah lebih teratur dan ruang tunggunya pun lebih nyaman. 

Meski masih ada beberapa calo yang membawakan barang penumpang yang pindah angkutan umum dari bus ke engkel secara paksa dan memaksa meminta upah lebih, tapi sudah lebih sedikit dibanding dulu.

Selesai serah terima SKTB, saya dan anak-anak memesan mobil taxi online untuk mengantar kami sampai di Bertais. Sulit menemukan angkutan umum yang melewati rumah kami di daerah Pagutan. 

Angkutan umum biasanya dari Bertais sampai ke Pasar Kebon Roek tidak melewati Pagutan. Bus kota pun sudah tidak beroperasi . Satu-satunya transportasi yang mudah digunakan adalah jasa ojek online.

Taxi online menjadi pilihan kami bertiga dengan beberapa tas yang membuat sedikit merepotkan. Hanya butuh waktu sekitar 15 menit, kami sudah sampai di luar terminal. 

Sengaja kami tidak mencari Minibus berbahan bakar diesel atau biasa disebut Engkel itu di dalam Terminal karena akan lama menunggu penumpang cukup lama. Kami memilih mencari engkel yang berhenti di pinggir jalan dengan harapan segera berjalan dan tak perlu menunggu lama.

Saat kami masuk Engkel, baru kami penumpangnya. Tentu akan lama menunggu hingga ada penumpang lain untuk dibawa berjalan. Bukan sekali ini kami naik engkel sehingga anak-anak tidak rewel saat menaiki kendaraan umum meski tanpa ayahnya. 

Si Sulung sudah bisa membantu membawa barang yang ringan dan tasnya sendiri. Saya pun sengaja tidak membawa banyak barang agar lebih mudah saat di engkel.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Biasanya, kalau belum mendapat penumpang seperti ini, beberapa engkel memilih putar balik masuk terminal berharap ada penumpang yang bisa mereka bawa berjalan. 

Namun, kali ini kami dipindahkan ke engkel lain yang lansun jalan karena kasihan kalau lama menunggu. Hanya ada satu penumpang di bagian depan dan tumpukan karung berisi paket entah dibawa kemana. 

Biasanya setelah berjalan sedikit lebih jauh, ada saja penumpang yang naik hingga engkel bahkan hampir terisi penuh. Namun, kali ini tidak. Engkel terlihat sepi bahkan sampai Lombok Timur. 

Hanya kami dan satu orang di depan yang masih bertahan lama, selain itu hanya naik angkutan jarak dekat dari pasar sampai rumah mereka. Sekitar empat hingga lima orang yang silih berganti masuk dan turun karena jaraknya yang dekat. 

Dulu sebelum pandemi banyak penumpang engkel yang silih berganti naik dan turun sepanjang perjalanan. Memang lebih banyak pedagang pasar yang pulang, atau pedagang keliling menjajakan barang dagangannya dari satu desa ke desa yang lain. 

Namun, sejak pandemi, pemandangan ini jarang sekali terlihat. Engkel hanya berisi tidak lebih dari sepuluh orang yang hanya berjarak dekat. Belum lagi, mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari sewa engkel saat ada acara. 

Orang kampung lebih suka menyewa engkel saat ada acara keluarga karena kapasitasnya yang besar dan cukup untuk keluarga besar. Selain itu, wisata ke pantai pun sering menggunakan angkutan yang cukup besar ini agar lebih banyak yang bisa ikut serta. 

Semoga transportasi umum bisa kembali menggeliat seperti perekonomian yang lain. Sopir angkutan umum mendapatkan penghasilan yang cukup untuk keluarganya dan hidup sejahtera. Naik engkel meski tidak ber AC, tapi cukup nyaman karena banyak kaca jendela yang bisa dibuka. 

Saat engkel berjalan, angin banyak masuk sehingga terasa sejuk. Atapnya yang cukup tinggi membuat tidak terasa sempit dan sumpek. Anak-anak bisa tidur dengan nyaman di engkel sampai tiba di tujuan.

Engkel dari Mataram biasanya ada dua jurusan. Ada yang jurusan ke Labuhan Lombok yaitu pelabuhan menuju ke Pulau Sumbawa dan ada yang ke Selong, ibu kota Lombok Timur. 

Kami hanya menumpang sampai di Masbagik yang menjadi persimpangan ke dua arah berbeda itu, sehingga kami bisa menaiki semua angkutan umum yang ke arah Lombok Timur. 

Sampai di Masbagik, kami pun turun dan sudah dijemput Mbah nya anak-anak. Rumah orang tua saya masih masuk gang dan berjalan cukup jauh sampai ke rumah sehingga kami dijemput karena membawa barang cukup banyak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun