Sudah ada beberapa pedagang yang sudah membuka lapaknya. Mereka tinggal di daerah dekat pantai jadi lebih mudah menjangkau. Tak jauh dari pantai memang banyak perumahan penduduk.
Tidak seperti di Malimbu yang hanya ada tebing dan pantai. Kami memilih salah satu tempat yang cukup dekat dengan tempat bilas. Duduk dulu sejenak memandangi matahari yang perlahan mulai muncul.Â
Hanya butuh waktu tak lebih dari 30- menit, kami sudahj sampai di Pantai ini. Sekarang hampir semua pantai menyediakan ikan bakar untuk menemani aktivitas mandi di pantai.
Harga ikan bervariasi tergantung besar dan jenisnya. Biasanya berkisar Rp 35.000,-/ ekor untuk baronang dengan ukuran sedang. Ikan kakap merah lebih mahal dibanding kakap putih dan baronang.Â
Namun, kalau membali banyak, bisa menawar asalkan tidak terlalu banyak. Mereka juga butuh untung untuk nafkah keluarga. Selain itu, beberapa warung menyediakan menu sup ikan untuk kepalanya yang lebih sulit dimakan dengan dibakar. Ada juga yang lebih suka ikan kakap yang dibuat sop atau bumbu kuning karena rasanya lebih gurih.Â
Pagi ini, ada pemandangan yang berbeda. Kami melihat banyak warga setempat duduk di pinggir pantai. Bapak-bapak dari kalangan menengah ke atas seperti sedang menunggu sesuatu. Ada salah seorang yang menegur anak kami yang sedang main pasir. Meminta sedikit bergeser.
"Maaf, bisa minggir sebentar? Ada perahu mau sandar," kata salah seorang Bapak setengah baya menggunakan celana pendek dan kaos lusuh pada anak suami saya.
"Oh, iya."Â
Suami saya membawa anak-anak ke dekat berugak. Melihat sebuah kapal menuju ke pantai dekat kami duduk. Bapak-bapak yang lain ikut menuju ke arah perahu itu.Â
Ternyata mereka sedang menunggu prahu nelayan bersandar. Bersama-sama membantu perahu itu naik ke daratan untuk bersandar. Sebagai ucapan trimakasih, setiap orang akan diberikan hasil tangkapan ikan sesuai kewajaran. Yang saya liht, setiap orang mengambil sekita 8-10 okan tomgkol kecil yang sudah diikat oleh si empunya perahu.Â