Mohon tunggu...
Shafa Varera
Shafa Varera Mohon Tunggu... Freelancer - Be better everytime

bercerita untuk berbagi dan bermanfaat. mom's of two child and a wife, blogger and listener

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nabung Dulu, Haji Muda Kemudian

2 Oktober 2020   06:08 Diperbarui: 2 Oktober 2020   07:17 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama kali bekerja setelah menikah, saya tinggal di sebuah pulau kecil yang mayoritas penduduknya beragama muslim. Pulau Lombok yang sekarang banyak dikenal karena keindahan alam dan destinasi wisata halal. Saya tinggal di Lombok Timur yang sebagian masyarakatnya berdagang dan bertani. Mereka tidak banyak punya rumah mewah dan besar seperti di kota, tapi sebagian besar dari mereka sudah menyandang status haji. Berdasarkan cerita yang saya dapat, hampir semua orang yang menjadi cita-cita pertama mereka adalah berhaji. 

Mereka mengumpulkan sedikit demi sedikit rupiah yang mereka dapat untuk bisa mendatar haji. Saat itu, antrian haji untuk NTB sudah sepuluh tahunan karena banyaknya yang mendaftar. Ada yang membawa gulungan uang sepuluh, dua puluh ribuan yang disimpannya di bawah bantal untuk digunakan mendaftar haji. Gulungan uang sepuluh dua puluh ribuan itu sudah genap 25 juta untuk berangkat haji yang mereka kumpulkan setelah beberapa tahun.

Saya pun merasa tertampar. Mereka yang hidup dengan bertani dan sesederhana itu bisa menyisihkan uang untuk berhaji. Tidak sedikit dari mereka yang ternyata hanya memiliki rumah sepetak dan tidak bisa dibilang berlebih, tapi bisa berhaji. Menunaikan ibadah adalah utama. Saya pun akhirnya memberanikan diri membuka tabungan haji dengan gaji yang ketika itu belum seberapa karena baru pertama bekerja. Meski masih ada adik yang harus dibiayai sekolah dan orang tua yang harus disokong, belajar dari mereka, receh pun bisa menjadi banyak ketika niat itu benar dilakukan dan konsisten.

Mungkin saat menyimpan di rumah akan menjadi sangat rawan untuk diambil saat ada kebutuhan mendesak. Kini, banyak fasilitas yang memudahkan menabung untuk haji dengan tabungan haji tanpa biaya administrasi dan tidak akan ditutup meski lama tidak ada transaksi. Tabungan haji biasanya tidak diberikan atm agar tidak mudah untuk ditarik tunai sehingga uangnya pun tidak berubah nominalnya. Menabung di bank syariah bisa menjadi jalan untuk meluruskan niat suci dengan menabung di tempat yang baik pula.

Semoga kita semua dimudahkan untuk dapat mendatar haji dengan menabung sedikit demi sedikit. Banyak kaum muda yang sudah mulai mendaftar haji dengan uang hasil kerja mereka sehingga saat tiba saatnya pergi haji, tidak dalam keadaan lanjut usia. Sudah hampir dua puluh tahn antrian calon jamaah haji di Lombok ditambah pandemi yang membuat jadwal haji menjadi kembali mundur. 

Cara menabung haji  pun banyak, bisa dengan transfer otomatis ke tabungan hajimengunakan aplikasi yang ada di bank atau bisa juga dengan transer manual. Semakin lama mendaftar, semakin lama kesempatan untuk bisa berhaji karena datar tunggunya akan semakin panjang. Yang muda yang mendaftar agar saat berhaji, masih kuat melakukannya dengan khusyu'. Berhaji bukan lagi soal kemampuan, tapi kemauan. Banyak yang bisa membeli rumah, membeli mobil, tapi berhaji belum bisa. Mengubah mindset dan tujuan hidup untuk beribadah dan hidup berkah akan mebuat lebih muda untuk bisa mendatar haji terlebih dahulu sebelum kebutuhan konsumtif. 

Mari berniat dari sekarang, sejak muda dan sehat agar saat haji masih muda dan sehat. Tabungan membantumu mewujudkan mimpimu menjadi haji di usia muda. Kaum millenial yang sebenarnya, yang berani berhaji dengan gaji pertamanya. Mereka /yang memiriki tekad bulat, niat yang kuat dan tujua yang pasti akan lebih mudah mendapatkannya daripada hanya sekedar ingin tanpa tindakan nyata. Meski hanya dengan membuka tabungan dan menyisihkan sedikit penghasilannya secara rutin setiap bulan, jangan pernah diremehkan. Mereka yang tekun dengan niat yang teguh akan lebih bisa mewujudkan dibanding mereka yang merasa bisa, tapi meremehkan. Mari mulai dari dari sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun