Anak harus tetap bisa bahagia di usianya, jadi ibu juga harus bisa berfikir jernih untuk mendukung tumbuh kembangnya dan juga menemani anak-anak bermain untuk melatih stimulasinya. Menemani anak bermain ini penting, apalagi di zaman yang serba teknologi ini. Gadget menjadi pelaampiasan saat ibu lelah dan tidak sabar.
Pengalaman saya jutru datang dari lingkungan. Tinggal di kota, membuat kami tidak terlalu sering bersinggungan dengan tetangga. Nah, saat pulang kampung di Lombok Timur, pola asuh saya mulai dianggap sok. Saya memang tipe ibu yang selalu membuatkan anak makanan sendiri dan tidak terlalu memperbolehkan anak saya makan snack pabrikan.
Bukan tidak boleh, hanya membatasi, apalagi saat kondisi tubuhnya sedang tidak baik. Buah dan sayur saya bebaskan makan, tapi tidak untuk snack.
Memberi pengertian agar mereka tidak makan diam-diam di belakang saya menjadi tantangan tersendiri. Biasanya mereka yang kasihan  melihat anak saya menangis saat kesal mengambil jalan pintas untuk membelikan apa yang mereka mau.
Saat itulah saya tidak bisa marah, tapi ketidaksetujuan saya hanya dibalas "Sekali aja". Saya selalu mengajarkan pada anak-anak utnuk konsisten, jadi tidak ada sekali saja untuk sebuah kesalahan yang disengaja.Â
Bukan hanya itu, saya juga tidak suka saat anak jatuh, anak diajarkan untuk memukul lantai. Seolah menyalahkan orang lain saat sesuatu yang tidak baik terjadi pada dirinya.
Mengusir hewan dari dalam rumah juga dengan cara yang baik, jangan melempar atau menendang. Mereka pun makhluk Allah yang harus disayangi meski mungkin tidak suka kalau mereka buang air sembarangan. Itulah alasan saya terus mendampingi tumbuh kembangnya, menanamkan nilai dasar dalam kehidupan yang dimulai dari hal kecil.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H