Mohon tunggu...
Shafa Varera
Shafa Varera Mohon Tunggu... Freelancer - Be better everytime

bercerita untuk berbagi dan bermanfaat. mom's of two child and a wife, blogger and listener

Selanjutnya

Tutup

Financial

THR buat Apa sih?

28 Mei 2019   23:45 Diperbarui: 28 Mei 2019   23:57 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Sudah terima THR? Sudah banyak yang terima pasti ya? Ada yang masih utuh? Sepertinya tidak mungkin. 

Ada hak orang lain dalam rezeki yang kita dapatkan. Saya dan suami adalah tipe orang yang tidak suka menghamburkan uang percuma. Kami berusaha untuk memanfaatkan apa yang kami dapatkan semanfaat mungkin. Daripada membeli kebutuhan yang tidak perlu, lebih baik utaamakan zakat dan sedekah. 

Sejak awal menikah, saya sudah banyak diajari bagaimana mengelola uang oleh suami. Dia adalah tipe orang yang suka berbisnis. Meski bekerja sebagai karyawan BUMN, tapi sejak awal bekerja dia sudah mulai mencoba berbisnis. Mulai dari bisnis cengkeh, reseller sepatu sasambo hingga membangun kos di sebuah tanah yang dimilikinya dari hasil kerjanya. Dia memiliki cita-cita untuk bisa keluar dari tempat kerjanya dan hidup dari berbisnis. 

Kami memiliki mimpi untuk bisa hidup sederhana di desa, mejadi petani, tapi anak-anak tetap bisa sekolah dengan baik. Nah, maka dari itu, sejak sekarang, kami berusaha menutup sedikit demi sedikit hutang yang sudah terlanjur kami miliki. Setiap ada bonus atau THR seperti kali ini, kami selalu memprioritaskan untuk membayar hutang terlebih dahulu dan mengeluarkan zakat. Baju lebaran menjadi prioritas yang ke sekian bagi kami. 

Meski anak-anak tetap dibelikan, tapi tidak dengan harga yang fantastis. Bagi kami, baju itu yang paling penting adalah menutup aurat dan nyaman dipakai bagi anak-anak. Masalah merk dan harga bisa menyesuaikan. 

Itulah mengapa kami tidak pernah kebobolan soal THR. Meski jumlah THR yang kami terima Alhamdulillah sudah naik, tapi kami tidak pernah menaikkan gengsi kami. Kami membeli apa yang memang butuh kami beli. Bukan membeli untuk dilihat ataupun untuk terlihat bagus di mata orang lain. Anak-anak pun kami ajarkan untuk tetap hidup sederhana, tidak berlebihan dan tidak pula kikir. 

Batasan hemat dan kikir itu tipis, hanya hati yang tahu. Jadi, harus pandai menata hati terlebih dahulu. Buat skala prioritas untuk setiap uang yang diapatkan. Utamakan membayar hutang, bayar zakat, memberi pada orang tua dan saudara yang tidak mampu dan jangan lupa sedekah. Semua itu harus tetap memiliki prioritas agar tidak jebol. Uang tidak terbuang untuk hal yang sia-sia. Termasuk membeli barang juga harus diprioritaskan mana yang lebih dibutuhkan. Seberapa mahal harus disesuaikan dengan kebutuhan, bukan dengan gengsi. 

Gengsi yang sebenarnya membuat keuangan jadi banyak kebobolan. Semakin tinggi gaji, semakin tinggi juga gaya hidup agar terlihat lebih. Oleh karena itu, yang di setting harusnya ya hatinya. Tetap pegang skala prioritas dalam membelanjakan uang yang didapatkan. Saling mengingatkan dengan suami dan orang terdekat agar rezeki yang didapatkan berkah. Bukan cuma numpang lewat saja.

Selamat membagi prioritas THR ya, semoga berkah :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun