"Ibu... maaf. Fikri nggak pikir panjang. Fikri cuma pengen kelihatan keren di depan teman-teman. Tapi sekarang Fikri sadar, Fikri salah besar. Maaf, Bu..." ucapnya sambil menangis.
Bu Sari duduk di samping Fikri, menatap anaknya dengan mata yang penuh kasih meski terluka. "Nak, Ibu bisa memaafkanmu. Tapi yang lebih penting, kamu harus belajar dari kesalahan ini. Hidup bukan tentang apa yang orang lain lihat dari kita, tapi tentang bagaimana kita menghargai usaha dan pengorbanan orang yang menyayangi kita. Ibu hanya ingin kamu sukses, bukan dengan barang mewah, tapi dengan pendidikan dan kerja keras."
Fikri mengangguk, merasa menyesal. Ia memeluk ibunya erat. "Fikri janji, Bu, Fikri akan ganti uang itu dan Fikri akan belajar lebih baik lagi. Maafkan Fikri..."
Malam itu, meski ada luka di hati, Bu Sari memaafkan anaknya. Ia tahu, kesalahan adalah bagian dari proses tumbuh dewasa. Dan bagi Fikri, kesalahannya adalah pelajaran berharga tentang tanggung jawab, kejujuran, dan cinta yang tak terukur dari seorang ibu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H