Mohon tunggu...
SHAFA NABILA SYAHARANI
SHAFA NABILA SYAHARANI Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL/ UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Sama seperti mahsiswa lainnya, kegiatan menyelami dunia internet menjadi salah satu kegiatan saya sehari-harinya, terus belajar dan mencoba menjadi hal yang saat ini saya terus lakukan agar saya mampu menjadi ornag yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Persaingan Senjata di Semenanjung Korea: Ancaman Nyata bagi Perdamaian Dunia

11 September 2024   09:31 Diperbarui: 13 September 2024   06:08 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Persaingan senjata di semenanjung Korea, khususnya pengembangan senjata nuklir oleh Korea Utara, memiliki dampak yang besar bagi kehidupan global. Pengembangan senjata nuklir oleh Korea Utara dipercayai akan menambah ketegangan global mengenai kemungkinan konflik nuklir yang dapat memicu respons diplomatik dan militer dari negara lain, termasuk Amerika Serikat, yang dapat memperparah situasi geopolitik di kawasan tersebut. 

Persaingan senjata tersebut akan meningkatkan ketegangan tidak hanya antara Korea Utara dan Amerika Serikat, tetapi juga antara Korea Utara dan Korea Selatan. Kenaikan tensi ini diyakini akan mempengaruhi keamanan di tingkat regional dan global. Kekhawatiran akan konflik nuklir juga dapat mempengaruhi pasar global, terutama dalam hal harga saham, valuta asing, dan komoditas. Kondisi ini pada akhirnya dapat menyebabkan timbulnya ketidakpastian ekonomi yang signifikan.

Apabila terjadi pertikaian antara Korea Utara dan Amerika Serikat, atau antara Korea Utara dan Korea Selatan, maka besar kemungkinan terjadinya serangan nuklir. Jika situasi tersebut terwujud, konsekuensinya akan menjadi sangat serius dan merusak, termasuk kematian massal, kerusakan lingkungan, dan krisis kemanusiaan. Serangan nuklir tersebut juga tentu dapat menyebabkan kerusakan pada infrastruktur, penyebaran radiasi, dan peningkatan kasus penyakit. Dampaknya dapat mempengaruhi kesehatan secara global, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah yang dekat dengan zona konflik.

Setelah perang usai, Korea Utara dan Korea Selatan sama-sama mengembangkan aspek politik dan militer mereka. Korea utara telah mengalami kemajuan signifikan dalam senjata nuklir setelah perang terjadi. Ini dilakukan oleh Korea Utara sebagai upaya untuk melawan ancaman yang berasal dari Amerika dan negara-negara lain di kawasan tersebut. Tentu saja, strategi nuklir ini menciptakan dilema keamanan di wilayah Asia Timur. Jepang, korea Selatan, dan china terutama menghadapi dilemma besar karena kemajuan senjata nuklir korea utara.

Sadar akan kemajuan nuklir Korea Utara yang cukup signifikan, Korea Selatan memutuskan untuk membentuk aliansi keamanan yang kuat dengan Amerika Serikat untuk menghadapi ancaman dari Korea Utara. Aliansi ini kemudian memainkan peran penting dalam menjaga keamanan di kawasan Asia Timur.

Dalam kurun waktu lebih dari enam dekade konflik, berbagai upaya perdamaian telah dilakukan untuk mengakhiri pertikaian tersebut. Salah satu usaha perdamaian yang sudah dilakukan termasuk Pertemuan Tingkat Tinggi Inter-Korea antara Presiden Korea Selatan, Kim Dae-Jung, dan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Il, pada tahun 2000 yang menghasilkan Deklarasi Junel. Kemudian, Pertemuan Enam Pihak (Six- Party Talks) yang mempertemukan Korea Utara, Korea Selatan, AS, China, Rusia, dan Jepang yang membahas denuklirisasi Korea Utara dimulai pada tahun 2003.

Meskipun sudah banyak upaya untuk mendamaikan konflik yang terjadi di Semenanjung Korea, namun tidak sedikit hambatan yang harus dihadapi selama upaya perdamaian ini berlangsung. Adanya perbedaan ideologi yang mencolok antara Korea Utara (komunis) dan Korea Selatan (demokratis) menjadi salah satu kendala utama dalam mencapai perdamaian. Ditambah lagi dengan pengaruh dan keterlibatan pihak luar yang turut menambah kerumitan, sehingga menyulitkan tercapainya kesepakatan perdamaian.

Terlepas dari pengaruh campur tangan pihak luar yang membuat konflik di Semenanjung Korea semakin rumit, kehadiran pihak luar juga memiliki peran yang cukup signifikan. Salah satu peran penting tersebut diberikan oleh AS, Cina dan Rusia.

Amerika Serikat memiliki keterlibatan militer yang signifikan di Korea Selatan, termasuk pengoperasian sistem pertahanan rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) untuk melindungi Korea Selatan dari ancaman rudal Korea Utara. Jalur diplomasi juga menjadi peran yang dikerahkan oleh Amerika Serikat dalam penyelesaian konflik di Semenanjung Korea melalui upaya mendapatkan dukungan internasional dalam menghadapi ancaman dari Korea Utara. Dukungan tersebut berupa sanksi internasional dan kerja sama dengan negara lain, hadirnya pengaruh politik Amerika Serikat di Korea Selatan juga berpotensi mempengaruhi kebijakan luar negeri dan dinamika konflik dengan Korea Utara.

China yang memiliki letak geografis yang berdekatan dengan Korea Utara dan Korea Selatan tentu secara ekonomi memiliki keterlibatan yang kuat dengan kedua negara tersebut. Faktor kedekatan ini membuat China seringkali berusaha untuk menjaga stabilitas kawasan dan menghindari eskalasi konflik.

Sebagaimana Amerika Serikat, China juga memainkan peran sebagai penengah dalam beberapa mediasi, seperti ketika mereka mengundang pemimpin Korea Utara dan Korea Selatan untuk ikut serta dalam Olimpiade Musim Dingin 2018 di Pyeongchang. Sayangnya, peran China dalam menengahi konflik semenanjung Korea terbilang masih terbatas dan kerap dipengaruhi oleh kepentingan nasionalnya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun