Mohon tunggu...
Shafa Maulana Dewi K
Shafa Maulana Dewi K Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Komunikasi Lintas Budaya dalam Fenomena Global Village

29 Maret 2023   21:30 Diperbarui: 30 Maret 2023   13:23 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komunikasi tidak lagi hanya dilakukan secara tatap muka melainkan melalui teknologi komunikasi dan informasi terutama internet. Jarak geografis tidak lagi sebagai halangan dalam berkomunikasi. Satelit komunikasi membawa dunia semakin dekat hingga dapat mengetahui peristiwa dan keberagaman lintas budaya baik melalui sosial media ataupun website tertentu.


Kemudahan dalam berkomunikasi membuat komunikasi lintas budaya tidak asing lagi dan sangat marak. Komunikasi lintas budaya adalah proses komunikasi untuk membandingkan dua kebudayaan atau lebih melalui survey lintas budaya. Artinya, komunikasi lintas budaya merupakan proses komunikasi lintas negara dan budaya tidak hanya antarbudaya dalam satu negara saja melainkan berbeda negara dan setiap negara pasti mempunyai perbedaan kebudayaan. Komunikasi lintas budaya berbeda dengan komunikasi antarbudaya yang merupakan komunikasi antarpribadi oleh beberapa orang dari asal bangsa sama.


Saat ini, komunikasi lintas budaya meningkat pesat karena dunia telah menjadi Global Village. Apa yang dimaksud dengan global village? Global Village, dalam bahasa Indonesia adalah desa kecil adalah fenomena di mana semua orang dapat mengetahui dan mengakses peristiwa apa saja yang terjadi dan berkomunikasi dengan orang lain di seluruh dunia seperti layaknya seorang warga negara di desa kecil yang menjadi tetangga negara-negara lainnya. Global Village juga menunjukkan bahwa hampir seluruh warga di seluruh dunia merasakan saling ketergantungan secara elektronik.


Komunikasi lintas budaya adalah bagian penting pada fenomena Global Village karena memungkinkan individu dan organisasi untuk membangun jembatan lintas budaya, menumbuhkan saling pengertian, dan mempromosikan kerja sama global.  Komunikasi lintas budaya pada fenomena Global Village didasari pada kesadaran individu bahwa harus memprioritaskan empati, mendengarkan secara aktif, dan kepekaan budaya.


Sukesenya komunikasi lintas budaya pada Global Village membutuhkan keterbukaan untuk belajar tentang budaya lain, menghormati perbedaan, dan berusaha untuk memahami daripada menilai. Komunikasi yang efektif juga dapat difasilitasi melalui pemanfaatan teknologi seperti layanan penerjemahan saat berkomunikasi dengan bahasa berbeda, program pelatihan budaya, dan platform teknologi yang memfasilitasi kolaborasi lintas batas. 

Global Village juga memudahkan warga di seluruh dunia mengetahui budaya asing, membandingkan, hingga mengadaptasinya dengan tetap menerapkan norma asal hanya melalui internet seperti video di YouTube. Setiap individu tidak perlu lagi pergi ke suatu negara untuk bertemu dan mencari informasi mengenai kebudayaan negara asing.

Saat berkomunikasi lintas budaya, setiap individu secara tidak langsung akan melakukan pertukaran, perbandingan, hingga mengadaptasi budaya lain walaupun belum pernah bertemu secara langsung. Media sosial seperti Instagram dan Twitter yang memungkinkan setiap orang dapat berinteraksi dengan siapapun dan dari negara manapun. Hal ini dapat dilihat dari contohnya warga Indonesia dapat berinteraksi dengan warga negara Perancis dalam bertukar informasi atau pengalaman mereka. Komunikasi dilakukan menggunakan bahasa Inggris namun tentunya disesuaikan dengan negara asal sehingga terdapat kosakata atau gaya berbicara berbeda.

Selain itu, contoh lainnya dapat dilihat dari mahasiswa asal Indonesia yang menjalankan studinya di universitas luar negeri namun tetap berada di Indonesia. Mereka bisa tetap melaksanakan studinya dengan memanfaatkan internet sebagai media komunikasi. 

Mahasiswa asal Indonesia tersebut merasa dekat walaupun sebenarnya jaraknya sangat jauh hanya dengan internet. Ketika berkomunikasi, mereka harus mampu beradaptasi pada budaya negara tempat studinya dari menggunakan bahasa asing negara studi agar dapat berkomunikasi dengan warga asli negara tersebut, pakaian dan penampilan, makanan dan kebiasaan makan, hingga waktu dan kesadaran akan waktu pastinya secara tidak langsung akan mengikuti budaya negara studi tersebut.

Komunikasi lintas budaya pada fenomena Global Village juga dapat dimanfaatkan sebagai alat komunikasi untuk mempromosikan bisnis atau kerja sama mengenai bisnis lintas negara. Kemudahan akses informasi dan komunikasi membuat pebisnis di satu negara dapat melakukan promosi dan kerja sama dengan pebisnis di negara lainnya hanya dengan modal internet tanpa perlu bertemu secara langsung.

Bisnis tidak hanya dapat dijalankan di dalam negara tetapi juga luar negeri hingga beberapa negara. Meskipun latar belakang budaya dari kedua negara berbeda, hal ini menjadi nilai tambah bagi negara pengirim barang ekspor sehingga mampu mengomunikasikan dan mempromosikan budaya negara asalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun