Mohon tunggu...
Shafaira Priyono Putri
Shafaira Priyono Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

..

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stigma Diabetes: Dampaknya pada Remaja dan Anak-Anak

14 Juni 2024   10:26 Diperbarui: 14 Juni 2024   11:11 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/7IYGkCw2z

Diabetes adalah penyakit kronis yang semakin sering ditemui, bahkan di kalangan remaja dan anak-anak. Sayangnya, stigma yang melekat pada penyakit ini sering kali memperburuk kondisi penderita. Stigma terhadap diabetes tidak hanya mempengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga berdampak pada kesehatan mental dan sosial anak-anak dan remaja yang mengalaminya.

Pengertian Stigma Diabetes

Stigma diabetes merujuk pada persepsi negatif yang dimiliki masyarakat tentang penderita diabetes. Persepsi ini sering kali mengandung anggapan bahwa diabetes terjadi semata-mata akibat pola makan yang buruk dan kurangnya aktivitas fisik. Meskipun gaya hidup memang memiliki peran penting dalam perkembangan diabetes tipe 2, penting untuk diketahui bahwa diabetes tipe 1 berbeda. Diabetes tipe 1, yang sering menyerang anak-anak dan remaja, disebabkan oleh faktor genetik dan gangguan autoimun, bukan karena pola makan atau gaya hidup yang tidak sehat.

Dampak Stigma pada Remaja dan Anak-Anak

Kesehatan Mental

Stigma terkait diabetes dapat berdampak serius pada kesehatan mental anak-anak dan remaja yang hidup dengan kondisi ini. Mereka sering kali mengalami tekanan emosional yang besar, termasuk stres, kecemasan, dan depresi. Perasaan malu atau bersalah yang muncul, meskipun diabetes tipe 1 adalah kondisi yang tidak dapat dicegah, dapat sangat mempengaruhi kesejahteraan psikologis mereka. Tekanan sosial dan internal ini dapat menyebabkan rendahnya harga diri, di mana anak-anak dan remaja mulai merasa tidak berharga atau tidak memadai. Selain itu, stigma bisa mendorong mereka untuk menarik diri dari pergaulan sosial, mengakibatkan isolasi sosial. Mereka mungkin merasa terpisah dan berbeda dari teman-teman sebayanya, yang memperburuk perasaan kesepian dan menambah beban psikologis yang mereka hadapi.

Interaksi Sosial

Anak-anak dan remaja yang mengalami stigma diabetes sering kali menghadapi diskriminasi dan perundungan di lingkungan sekolah atau sosial mereka. Mereka dapat menjadi sasaran ejekan atau perundungan oleh teman sekelas karena rutinitas medis mereka, seperti memeriksa kadar gula darah atau menyuntikkan insulin, dan bahkan mengalami pengucilan sosial, di mana teman-temannya menjauhi atau tidak mengajak mereka dalam aktivitas kelompok. Situasi ini menyebabkan mereka merasa malu atau canggung untuk memeriksa kadar gula darah atau menyuntikkan insulin di depan teman-teman mereka, yang dapat mengurangi kepercayaan diri mereka dan membuat mereka merasa tidak nyaman dengan diri mereka sendiri. Dampak lainnya adalah mereka mungkin tidak konsisten dalam memeriksa kadar gula darah atau menyuntikkan insulin, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mereka. Diskriminasi dan perundungan juga dapat menyebabkan stres dan kecemasan, yang memengaruhi kadar gula darah dan kesejahteraan umum mereka. Oleh karena itu, ada kebutuhan akan pendidikan yang lebih baik tentang diabetes di kalangan teman sekelas dan staf sekolah untuk meningkatkan pemahaman dan mengurangi stigma. Upaya untuk mengurangi stigma terhadap diabetes pada anak-anak dan remaja perlu mencakup pendidikan dan peningkatan kesadaran di sekolah dan lingkungan sosial mereka agar mereka merasa lebih diterima dan mampu mengelola kondisi mereka dengan lebih baik.

Mengatasi Stigma Diabetes

Stres dan kecemasan yang disebabkan oleh stigma dapat mengganggu fokus mereka di kelas dan kemampuan mereka untuk belajar secara efektif. Untuk mengurangi dampak negatif stigma diabetes, perlu adanya upaya kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, dan masyarakat. Meningkatkan kesadaran tentang diabetes, terutama perbedaan antara diabetes tipe 1 dan tipe 2, sangat penting. Edukasi dapat menghilangkan mitos dan kesalahpahaman yang menjadi dasar stigma. Program edukasi di sekolah yang melibatkan siswa, guru, dan staf sekolah dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih mendukung.

Kesimpulan

Dalam mengatasi stigma diabetes pada anak-anak dan remaja, langkah-langkah kolaboratif dari keluarga, sekolah, dan masyarakat sangatlah penting. Peningkatan kesadaran tentang diabetes, dukungan emosional yang diberikan oleh keluarga, serta partisipasi dalam komunitas atau kelompok pendukung dapat membantu mengurangi dampak negatif stigma. Sekolah juga perlu proaktif dalam menghapuskan diskriminasi dan perundungan, serta memberikan pendidikan yang lebih baik kepada siswa dan staf tentang kondisi ini. Dengan upaya bersama ini, diharapkan anak-anak dan remaja dengan diabetes dapat merasa lebih diterima, mampu mengelola kondisinya dengan lebih baik, dan mencapai kesejahteraan secara menyeluruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun