Mohon tunggu...
Shafa Filania Daneswari
Shafa Filania Daneswari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa pecinta matcha, hobi masak, dan suka nonton drama korea

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Fast food Kenikmatan Sejati atau Ancaman Kesehatan bagi Gen Z

2 November 2024   21:00 Diperbarui: 2 November 2024   22:01 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era modern saat ini siapa yang tidak mengenal dengan makanan siap saji (fast food). Tentu saja sebagian Gen Z mengetahui apa itu fast food. Makanan cepat saji (fast food) merupakan makanan yang pengolahannya melalui proses memasak dan disajikan dalam waktu yang cepat sehingga harus segera dikonsumsi seperti pizza dan burger.

Namun, terdapat beberapa makanan fast food yang juga termasuk junk food apabila makanannya mengandung tinggi kalori, gula, garam, lemak serta berbagai tambahan pangan (BTP) seperti perasa, pengawet, dan pemanis yang kandungan gizinya rendah dan tidak dibutuhkan oleh tubuh kita.

Sejak masuknya restoran makanan cepat saji pada tahun 1970-an, fast food telah menjadi bagian integral dari pola makan masyarakat modern khususnya generasi muda di Indonesia. Makanan cepat saji menjadi semakin populer karena cepatnya perubahan gaya hidup serta peningkatan minat daya beli para Gen Z. 

Gen Z saat ini lebih memilih mencari kecepatan dan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pangan mereka tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Health Education Authorithy, konsumen makanan cepat saji yang paling banyak mengonsumsi adalah berusia 15-34 tahun. Rentang usia tersebut masih dalam golongan pelajar dan Gen Z yang memiliki waktu untuk melalukan kegiatan memasak makanan sehat daripada mengonsumsi fast food.

Kenikmatan yang ditawarkan fast food memang membuat para Gen Z gampang terpikat. Bagaimana tidak? restoran makanan cepat saji menyediakan menu-menu makanan yang lezat serta memiliki rasa yang unik dengan kombinasi bumbu yang pas pada setiap gigitan. Hal ini akankah menjadi kenikmatan sejati bagi Gen Z atau malah mengancam kesehatan mereka?.

Bagi Gen Z yang sibuk menu fast food ini dapat menjadi alternatif yang praktis bagi mereka. Makanan cepat saji dapat membantu menyeimbangkan stress sehari-hari dan terkadang hal tersebut memang membuat nyaman bagi anak muda. 

Dokter ahli gizi Tatik Bardosono mengatakan bahwa berbeda dengan junk food, makanan cepat saji dapat dikatakan bernutrisi apabila terdapat beragam sayuran meskipun diolah dengan cara yang cepat.

Seperti yang dikatakan oleh dokter ahli gizi Tatik Bardosono, makanan cepat saji memiliki nutrisi apabila mengandung bahan yang sehat. Contoh pizza dan burger bahan yang digunakan ialah sayuran, daging ayam, daging sapi, keju, dan saus tomat. Sayuran kaya akan vitamin, mineral, dan serat yang diperlukan untuk pencernaan. 

Daging mengandung protein dan lemak sebagai sumber energi. Kandungan protein yang sangat tinggi pada keju meningkatkan massa otot dan membantu pertumbuhan otot. Saus tomat kaya akan vitamin A dan vitamin C, serta memiliki antioksidan yang dapat mengurangi risiko kanker.

Makanan cepat saji juga dapat mempengaruhi mood pada tubuh kita. Menurut Dr. Ben Morris dari Leeds Trinity University, dopamin merupakan hormon dalam otak yang berkaitan dengan perasaan dapat dipengaruhi oleh bahan dalam makanan. 

Misalnya mengonsumsi es krim mengandung bahan yang dapat membuat otak melepaskan hormon serotonin, senyawa yang diproduksi otak untuk menciptakan mood bahagia.

Sayangnya, terlalu banyak mengonsumsi jenis makanan ini dapat menimbulkan risiko kesehatan yang cukup serius. Asupan gula berlebihan, lemak jenuh, dan sodium berlebih dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kronis.

Asupan kalori tinggi saat makan fast food tentu dapat menimbulkan obesitas. Dari bertambahnya berat badan bisa menambah masalah pada pernapasan seperti asma dan sesak napas. Gangguan ini terjadi karena berat badan berlebihan dapat memberikan tekanan yang lebih besar pada jantung dan paru-paru.

Selain itu kandungan gula yang ada pada minuman kemasan dan minuman bersoda sangat mudah diserap oleh tubuh kita sehingga makanan yang mengandung banyak gula meningkatkan risiko diabetes, dan penyakit jantung. 

Studi dalam jurnal Circulation (2012) menunjukkan bahwa makan fast food 2-3 kali dalam satu minggu meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung koroner dan diabetes tipe 2.

Gen Z sedang ramai diperbincangkan di media sosial mengenai pengidap diabetes diusia muda. Rentang usia Gen Z yang mengalami diabetes berusia 24-27 tahun. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF), jumlah penderita diabetes usia muda di seluruh dunia meningkat pada tahun 2021 hingga 2022. 

Tahun 2021, prevalensi diabetes tipe 1 pada anak dan remaja (0-19 tahun) diperkirakan mencapai 1,2 juta jiwa. Pada tahun yang sama kasus baru diabetes tipe 1 anak dan remaja ialah 184.100. Angka prevelensi meningkat menjadi 1,52 juta pada tahun 2022 dan per tahun jumlah kasus baru mencapai 201.000.

Dari angka ini kita perlu menyadari bahwa mengonsumsi makanan cepat saji dapat menyebabkan masalah kesehatan yang cukup serius. Pola hidup tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik juga menyebabkan risiko penyakit kronis pada Gen Z.

Kita harus mengetahui faktor penyebab mengapa Gen Z sering mengonsumsi makanan ini. Orang tua biasanya memilih untuk memberi anaknya makanan instan dan praktis yang tidak memenuhi kebutuhan gizi seimbang. 

Sehingga kebanyakan Gen Z tidak menyukai sayuran. Meningkatnya restoran makanan cepat saji yang sering dikunjungi Gen Z termasuk penyebab paling utama. Padahal mereka makan makanan yang kandungan nutrisinya rendah dan tidak memiliki fungsi pada tubuh.

Untuk mengatasi hal ini perlu adanya partisipasi dari semua orang seperti keluarga dan pemerintah. Perhatian dari keluarga sangat penting untuk menyadarkan para Gen Z dengan membatasi konsumsi makanan cepat saji. 

Pemerintah juga turut andil dalam hal ini dengan mengadakan sosialisasi ke seluruh Gen Z bahkan masyarakat lainnya. Kegiatan aktivitas fisik seperti berolahraga juga perlu untuk mengurangi risiko penyakit dan membakar lemak dalam tubuh kita.

Maka dengan adanya partisipasi, dukungan, dan perhatian dari keluarga dan pemerintah dapat mengatasi dampak dari mengonsumsi fast food. Apabila kita saling peduli satu sama lain dapat menyelamatkan para Gen Z dari risiko penyakit akibat fast food.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun