Mohon tunggu...
Shafa Fadhilah
Shafa Fadhilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Telkom University

Saya menyukai hal yang berkaitan dengan budaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Meriam Karbit Hiasi Malam Takbiran di Tepian Sungai Kapuas

18 April 2024   15:00 Diperbarui: 18 April 2024   15:13 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pontianak-1 Syawal atau hari raya idul fitri 1445 jatuh pada 10 April 2024, malam takbiran pun dilakukan pada sejak Selasa malam 9 April 2024. Masyarakat Pontianak merayakan takbiran dengan meriam Karbit.

Warga Pontianak biasanya berkumpul di tepian Sungai Kapuas untuk menyalakan meriam karbit. Yang menjadikan meriam ini spesial sebab ukurannya yang besar biasanya ukuran dari meriam ini adalah 4 hingga 7 meter dan terbuat dari kayu dan beratnya bisa mencapai 500 kilogram dan dihidupkan dengan obor. Biasanya meriam ini diberi warna warni dengan corak insang khas Melayu untuk lebih menarik perhatian dan estetika. Dengan ukuran meriam yang besar bunyi yang dikeluarkan meriam ini juga sangat keras. Pada saat meriam dihidupkan warga sekitar akan mendengar letupannya bahkan terdapat beberapa rumah warga yang dekat dengan Sungai Kapuas yang kacanya pecah sebab suara yang terlalu keras.

"Kami warga Pontianak merayakan Idul Fitridan  menyambutnya dengan meriam karbit, karena ukurannya yang besar suaranya jadi keras rumah saya yang berada 5 kilometer dari lokasi tepian sungai saja masi terdengar dan meriam dihidupkan hingga subuh hari"Ungkap Sakban Ketua RT 08 RW 10 kelurahan Sungai Bangkong Pontianak


Sejarah awal dari adanya meriam Karbit adalah pada saat abad ke-18 adanya Sultan Syarif Alkadrie yang ingin menyebarkan islam di daerah pesisir sungai atau biasanya orang Pontianak menyebutnya daerah Beting. Sultan membuat meriam dari bambu dan menghidupkannya untuk mengetahui apakah ada yang tinggal di sekitar tempatnya dan tidak ada yang menyahut. Akhirnya Sultan mendirikan masjid yang diberi nama Masjid Jami' yang lokasinya dekat dengan Keraton Sultan Kadriah.

Namun ada sejarah lain yang lebih dikenal oleh masyarakat yaitu bahwa meriam karbit dibuat untuk mengusir hantu terlebih hantu yang terkenal di Pontianak yaitu kuntilanak. Pada masanya meriam dihidupkan untuk mengusir hantu-hantu yang berada di sekitar sana.

Kini budaya meriam Karbit masih berlanjut di tepian sungai Kapua dan diadakan setiap tahun untuk merayakan datangnya hari raya idul fitri s. Para masyarakat dan turis pun dapat ikut menghidupkan meriam dengan obor dengan bayaran 20 hingga 100 ribu sesuai degan tempat dan besar meriam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun