Pernahkah Anda merasa lelah dengan keadaan dan berharap bisa kembali ke masa lalu? Hati berdebar kencang, merindukan suasana yang tak mungkin terulang. Bayangan masa lampau kadang melintas, membuat kita terjebak tanpa tahu arah keluar. Semua orang pasti pernah merasakan beban yang berat, entah akibat kesalahan mengambil keputusan, kehilangan arah, atau sekadar menghadapi tantangan hidup sebagai bagian dari proses pendewasaan. Dalam kondisi seperti itu, sering kali muncul perasaan seolah keadaan memaksa kita untuk kembali ke masa lalu. Lalu timbul sebuah pertanyaan besar: “Dalam dunia yang terus bergerak maju, mengapa kita masih terikat pada kenangan yang telah berlalu?”
Perbandingan yang dibangun seorang individu antara kehidupan masa lalu dan masa kini sering kali didorong oleh keinginan untuk kembali merasakan keindahan serta kenyamanan yang pernah dirinya alami. Hal ini juga menjadi bentuk pelarian diri dari masalah yang tengah dihadapinya saat ini. Meskipun seiring berjalannya waktu masalah tersebut cenderung memudar, kenyataannya, setiap orang memiliki batas lelah dalam menghadapi berbagai beban yang ada. Angan-angan untuk kembali ke masa lalu kerap muncul secara berkala, bahkan hingga tahap menghantui pikiran. Hal ini dapat menghambat aktivitas sehari-hari, karena waktu yang dimilikinya lebih banyak dihabiskan untuk melanjutkan mimpi akan masa lalu daripada menghadapi realitas yang ada.
Keterpurukan yang dibiarkan berlarut-larut cenderung berdampak negatif dan dapat memberikan pengaruh besar pada kehidupan individu. Hal ini memengaruhi masa depan, kondisi psikologis, serta semangat hidupnya. Kebiasaan meromantisasi masa lalu secara berlebihan hanya akan menimbulkan kecemasan dan frustrasi akibat beban pikiran yang sulit dikelola. Aktivitas tersebut bukanlah langkah konstruktif untuk mencari solusi atas kondisi yang dialami. Sebaliknya, pola pikir ini membuat individu cenderung menutup diri dari dunia sosial, seolah-olah hanya bisa bertahan di lingkungan yang familier baginya. Sikap isolasi ini berisiko menyebabkan pengucilan, karena kurangnya interaksi dan minimnya hubungan sosial dengan masyarakat sekitar, yang pada akhirnya dapat menyebabkan penolakan sosial.
Beberapa orang yang menyadari bahwa apa yang telah mereka lakukan selama ini mungkin tidak benar sering merasa bingung untuk menentukan langkah keluar dari situasi yang mereka ciptakan sendiri. Namun, kesadaran akan kesalahan tersebut sebenarnya adalah langkah awal yang penting untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Dari titik awal ini, individu dapat mulai membuka jalan untuk menemukan jati diri mereka yang sebenarnya, sekaligus memahami apa yang seharusnya dilakukan ke depannya.
Setelah individu memiliki tekad yang cukup kuat, langkah selanjutnya adalah menanamkan keyakinan untuk "hidup pada masa kini," yaitu menikmati setiap momen yang dijalani tanpa terus-menerus membandingkannya dengan masa lalu. Jalani hidup dengan sepenuh hati dan hadapi setiap tantangan, apa pun bentuknya, tanpa rasa takut. Tetapkan komitmen untuk terus melangkah tanpa berharap bahwa tujuan besar dapat dicapai dalam hitungan langkah. Percaya bahwa apa yang sedang dijalani saat ini adalah jalan terbaik menuju impian akan membantu individu terus bergerak maju, sehingga terhindar dari rasa stagnan yang dapat menghambat kemajuan. Meskipun setiap orang memiliki waktu dan prosesnya masing-masing untuk mencapai kesuksesan, usaha yang lebih besar dari biasanya, dikombinasikan dengan konsistensi, akan mempercepat kemungkinan mencapai keberhasilan dengan hasil yang lebih optimal.
Kemunculan pikiran negatif sering kali dipicu oleh kurangnya citra diri yang individu bangun dalam upaya menemukan jati dirinya. Untuk mengatasi hal ini, individu dapat mulai mempelajari berbagai hal dan membangun identitas yang beragam, sehingga mampu menemukan bidang yang dikuasai dan bermanfaat bagi masa depannya. Ketika seseorang menjadi ahli di bidang tertentu, dirinya akan dikenal oleh lingkungannya melalui keahliannya tersebut. Hal ini membawa dampak positif, seperti meningkatkan kepercayaan diri, mengidentifikasi kelebihan yang dimiliki, dan menjalani kehidupan yang lebih baik dibanding masa-masa terpuruk dan terjebak dalam bayangan masa lalu. Dengan kesibukan yang bermakna ini, individu dapat mengalihkan perhatian dari kebiasaan membandingkan apa yang dirinya inginkan dengan realitas yang dijalani, karena segala sesuatunya mulai berjalan sesuai dengan usaha yang telah dilakukan.
Perlu diingat bahwa transisi dari masa penuh tekanan menuju perubahan besar adalah proses yang berharga dan patut diapresiasi. Moving on bukan tentang melupakan masa lalu, melainkan tentang mengingat siapa diri Anda sebenarnya. Masa lalu hanyalah sebuah babak, bukan keseluruhan cerita. Setiap masa memiliki orang dan perannya, dan terkadang kita harus melepaskan masa lalu yang penuh kenangan indah untuk membuka babak baru dalam kehidupan kita. Seperti kutipan dari sebuah lagu,
"Life is what happens to you while you're busy making other plans."
Hidup terus berjalan, dan kita harus belajar menerima perubahan sebagai bagian dari pertumbuhan, menjadikan kenangan sebagai kekuatan untuk melangkah maju dan menulis cerita baru yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H