Mohon tunggu...
Shady Sant
Shady Sant Mohon Tunggu... wiraswasta -

mengurai hati lewat kata, mengungkap jiwa lewat sapa, memaknai cinta dengan rasa, dan menyimpan rahasiahati dalam sebuah doa dan asa.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Happy or Not Happy?

17 Oktober 2012   14:23 Diperbarui: 15 November 2015   06:53 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

 

Assalamu’alikum sahabatz, bagaimana kabar sekarang ini? Terik aTaukah hujan? Penat, lelah tentu sudah menelusup ke dalam tubuh. Lelah bekerja di lapangan, juga stress memikirkan urusan kantor. Masih bisa senyum atau wajah sudah suntuk saat menatap tulisan ini? Coba sahabat sandarkan punggung ke sandaran kursi dengan senyaman mungkin, lebih enak lagi bila sudah tersedia es campur atau minuman favorit lainnya ditemani dengan seporsi camilan di meja.

Sahabatz, apakah sahabat sudah bahagia? Atau merasa paling menderita sedunia? Tengah bulan, uang sudah menipis, anak anak merengek minta sesuatu, atau Pacar hilang tidak ada kabar, Bingung tugas kuliah tiada kelar kelar gara gara dosen nyebelin Besok mau UTS masih saja harus bantu ortu. Dan masih banyak lagi permasalahn yang hinggap di pikiran para sahabatz.. Pusing? Atau bagaimana ?

Buat sahabatz yang merasa lelah, capek dan jenuh dengan rutinitas harian, atau merasa jadi sial sedunia dengan segala beban yang ada, mari kita simak perlahan apa yang akan kita bicarakan.

Setiap hari kita bernafas, bangun tidur sampe mau tidur lagi, tentu di dalam hati dan pikiran kita mempunyai sebuah tujuan. BAHAGIA. Yah, bahagia dengan segala bentuknya. Karena setiap kita pasti mempunyai bentuk bahagia tersendiri, tergantung apa yang kita asakan dan kita impikan. Sumber kebahagian manusia itu ada beragam. Ada harta, tahta ataupun wanita/pria juga bentuk yang lain yang seringkali abstrak. Ada yang bilang, “kebahagianku adalah kebahagianmu, meskipun aku terasa sakit” Ini biasanya terjadi pada orang yang sedang kasmaran. Tapi benarkah kebahagiaan yang seperti itu? Ada yang bahagia mendapat jabatan penting, istri/suami cakep atau dapat warisan yang banyak. Apakah itu menjamin kebahagiaan? Tentu sahabatz menjawab TIDAK. Karena begitulah jawaban teoritis kita sebagai makluk sosial. Tetapi pada fakta yang seringkali kita lupa atau khilaf Kita memburu sumber kebahagiaan itu sebanyak banyaknya. Harta, kalau belum punya banyak rumah dan mobil merasa belum bahagia, mempunyai jabaan lumayan masih pengin lebih tinggi.. Punya istri/suami cakep, masih melirik yang lain. Dan kitapun merasa kehausan untuk berharap dapa lebih banyak. Dan pada saat itu kita biasanya menjawab dengan apologi, alesan, “aku merasa ada yang kurang (bahagia)” sebagai pembenaran atas sikapnya. Sedang kita yang diluar tentu tak habis pikir, sebenarnya kurang apa dia sehingga dia akhirnya melakukan sesuatu yang tidak seharusnya..

Dan memang begitulah sifat kita manusia. Tetapi manusia yang belum menjadi manusia beneran. Hehh, istilah apa ini? Nganeh nganehi aja, pikir sahabatz kan? Hehehe. Saya katakan demikian, karena sebenarnya, kita sebagai manusia, sudah diberikan segala sesuatunya untuk mendapatkan kata bahagia itu. Bukan sekedar kata, tetapi bahagia yang mengalir di dalam nafas dan nadi kita. Kuncinya Cuma satu. Agar KITA BAHAGIA, TATALAH HATI kita. Karena perasaan bahagia itu akan muncul saat hati kita terasa penuh dan cukup.Hatilah yang bisa merasakan kebahagiaan itu. Bukan indra indra yang lain. Saat kita merasa paling susah, paling sial, paling menderita, mari lapangkan dada kita untuk membuka hati kita dan menerima apa yang ada pada kita. Meskipun mimpi dan asa kita belum teraih, yakinlah suatu saat akan tercapai, dengan syarat, PERBAIKI NIAT, TIDAK PUTUS ASA, QONAAH (menerima yg ada pada diri kita) dan BERBAIK SANGKA pada ALLAH...DIAlah pemilik segala sesuatunya baik yg bersifat materi maupun abstrak ( misalnya cinta) J Kebahagiaan yang benar, adalah kebahagiaan yang sepenuhnya membuat hati riang dan berbunga. Bukan kebahagiaan yang bercampur dengan duri duri sakit. Jadi saat kita dengar, orang yang berkata sambil menangis, “pergilah engkau dengan dia selingkuhanmu, bila itu membuatmu bahagia. Meskipun sakit, aku bahagia, karena engkau bahagia” ATAU YG SEJENISNYA itu adalah kebahagiaan palsu. Hehehe hayooo siapa itu?

 

Itu dulu sarapan siang kita sahabatz, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun