Mohon tunggu...
Andi Almafhum
Andi Almafhum Mohon Tunggu... Wiraswasta - Entrepreneur

Seseorang yang terus berusaha menjadi lebih baik lagi dari pada sebelumnya. Menyukai hal mengenai riset dan development terutama di bidang pengembanga technology. Menyukai kebebasan, sesuatu yang baru, dan tantangan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

6 Alasan Penting Jangan Pacaran Sama Tetangga Sendiri

16 Oktober 2022   09:24 Diperbarui: 16 Oktober 2022   09:26 1746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi tidak mau berteman lagi (Sumber: Unsplash.com/kylejglenn )

"Cinta sejati itu memandang kelemahan lalu diubah menjadi sebuah kelebihan untuk selalu mencintai." - B.J. Habibie

Ketertarikan sesama individu memang tak dapat dihindari satu sama yang lainnya. Apalagi kalau kita sudah beranjak remaja. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menyatakan bahwa 81 persen remaja wanita telah berpacaran sedangkan 84 persen remaja pria sudah berpacaran. Bahkan, mereka mulai berpacaran rata-rata sejak usia 10 hingga 17 tahun.

Rasa suka dan cinta itu tumbuh secara alami dari dalam tubuh manusia. Rasa cinta dipengaruhi karena eksistensi tiga jenis hormon, yaitu dopamin, norepinefrin, dan serotonin. Hormon dopamin dapat memberi rasa ketagihan serta norepinefrin dan serotonin dapat membuat euforia pada kita.

Beberapa alasan seseorang berpacaran karena sikap yang diberikan oleh lawan jenis memberikan kita rasa kenyamanan dan kebahagiaan. Sehingga timbul rasa ketertarikan karena suatu kebiasaan. 

Bagaimana jika rasa cinta itu tumbuh kepada tetangga sendiri ? 

Dia selalu selalu bersikap baik kepada kita ditambah lagi senyumnya yang manis akan menambah jantung kita menjadi berdengung lebih kencang. Rasanya ingin selalu berdekatan terus dengan dia.

Namun, jangan terkecoh dan menjadikan tetangga sebagai pacar kita. Ada alasan penting kenapa kita jangan sampai pacaran sama tetangga.

1. Siap Jadi Bahan Gossip

Illustrasi berkumpul bersama teman (Sumber: unsplash.com/priscilladupreez) 
Illustrasi berkumpul bersama teman (Sumber: unsplash.com/priscilladupreez) 

Sudah bukan sesuatu yang asing lagi, ketika para tetangga berkumpul di halaman dan berbicara tentang apapun. Biasanya ruang ini adalah tempat updatenya mengenai gossip terbaru. 

Mereka berbicara tentang kehidupan mulai dari tempo dulu hingga masa depan, financial mulai dari arisan hingga kerjaan, bahkan kehidupan orang lain. Jadi kalau kita menjalin kasih dengan tetangga siap - siap saja, diceritakan dengan suara yang lantang dan menjadi hot issue. Bahkan, membongkar privasi hubungan kalian.

Kalau mental tidak kuat, lebih baik hindari berpacaran dengan tetangga. Karena kita tidak benar - benar tahu kapan gossip itu akan meredam.

2. Cepat Bosan

Illustrasi membosankan (Sumber: unsplash.com/joshrh19)
Illustrasi membosankan (Sumber: unsplash.com/joshrh19)

Karena jarak yang dekat, maka potensi untuk sering bertemu semakin besar. Bisa saja bertemu setiap saat, setiap satu hari sekali, atau bertemu untuk kencan seminggu tiga kali.

Seringnya bertemu akan mengakibatkan timbulnya rasa bosan. Karena kehabisan bahan untuk dibicarakan serta kehabisan ide untuk membuat acara menarik bersama pasangan. 

3. Ruang Gerak Terbatas

Illustrasi sempitnya ruang gerak (Sumber: Unsplash.com/sashafreemind)
Illustrasi sempitnya ruang gerak (Sumber: Unsplash.com/sashafreemind)

Sudah sewajarnya keluarga kita saling mengenal satu sama lain. Ditambah lagi bukan hanya keluarga inti saja namun tetangga - tetangga lain. Privasi dan ruang gerak akan dibatasi karena hal ini.

Mau pergi kemana pun pasti bisa terpantau, bahkan mau gerak sedikit saja kita merasa diawasi. Kita tidak akan bisa bebas dan leluasa dari mata - mata.

Disisi lain privasi pribadi juga perlu dijaga. Kita bisa kehilangan waktu untuk diri sendiri karena pacar kita merupakan tetangga kita sendiri.

4. Hasil Akhir Berpotensi Jadi Musuh

Illustrasi tidak mau berteman lagi (Sumber: Unsplash.com/kylejglenn )
Illustrasi tidak mau berteman lagi (Sumber: Unsplash.com/kylejglenn )

Banyak kasus dari kasih mengasihi sampai jadi musuh bebuyutan. Bagaimana jadinya bila itu terjadi pada hubunganmu dengannya. Apalagi karena faktor jarak dengan rumah membuat potensi sering bertemu menjadi lebih besar. Alhasil, sering kita temui banyak kasus kekerasan kepada tetangga karena faktor tidak suka.

5. Bisa Berdampak ke Hubungan Selanjutnya

Illustrasi perpisahan (Sumber:  Unsplash.com/evertonvila)
Illustrasi perpisahan (Sumber:  Unsplash.com/evertonvila)

Kecemburuan bisa saja terjadi oleh pasangan baru. Karena mengetahui ternyata mantannya adalah tetangganya. Alih - alih takut karena bisa  diambil kembali oleh mantan yang merupakan tetangga, maka bisa saja dia bersikap sangat posesif.

Sikap ini akan membatasi ruang gerak, sehingga timbul perasaan tidak nyaman  pada diri dan dapat mengakibatkan hubungan baru cepat usai.

6. Sulit Move On

Illustrasi Move On (Sumber: Unsplash.com/raphi_rawr)
Illustrasi Move On (Sumber: Unsplash.com/raphi_rawr)

Saat berpacaran dengan tetangga sendiri dan menikmati waktu indah bersamanya menjadi suatu hal yang sulit dilupakan. Setiap bertemu tiba - tiba ingat sesuatu yang indah tapi ingat juga sesuatu yang harusnya kita tangkis.

Apalagi jarak yang dekat dan berpotensi untuk saling bertemu itu besar. Rasa was - was dan bimbang serasa akan selalu menghantui.

Nah, Sikap baik kepada tetangga itu adalah sesuatu yang lumrah. Jangan terlalu percaya diri dulu, sampai berani menyimpulkan sikap kebaikan tetangga adalah bentuk rasa cintanya kepada kita. 

Namun, jangan kebablasan juga meminta sesuatu yang lebih dari hak kita. Berbuat sewajarnya apabila itu merupakan tetangga lawan jenis kita. Kembalikan perbuatan mereka dengan sikap baik juga untuk menjaga keharmonisan dalam bertetangga. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun