Tubuh umumnya secara otomatis akan memproduksi keringat ketika tubuh merasakan panas belebih pada lingkungannya, sebaliknya bila tubuh merasa suhu sekitar semakin dingin maka akan menyebabkan pori-pori kulit mengecil. Dengan kondisi rambut tubuh manusia yang semakin sedikit tentu menyebabkan kemampuan eksresi berubah sebagai bentuk adaptasi terhadap suhu sekitarnya.Â
Rambut yang semakin sedikit pada kulit manusia menyebabkan tubuh menjadi lebih peka terhadap suhu sekitar karna kulit terkena paparan lingkungan secara langsung.Â
Sehingga dengan demikian pada manusia purba cenderung bergantung pada rambut yang ada tubuh mereka untuk melindungi tubuh dari paparan suhu ekstrim di lingkungannya, sedangkan pada manusia modern tak lagi terlalu bergantung pada rambut yang ada pada tubuhnya melainkan juga dibantu oleh sistem eksresi yang baik pada tubuhnya.
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan penjelasan di atas yakni pada kulit manusia mengalami perubahan yang signifikan seiring dengan perkembangan zaman yang ada. Perubahan tersebut dapat dilihat secara langsung yakni warna kulit dan jumlah rambut, sedangkan yang tak dapat dilihat secara langsung yakni berupa bertambahnya kemampuan eksresi kulit.
Sumber:
Jablonski, N. G. 2012. The Evolution of Human Skin Colouration and its Relevance to Health in the Modern World. The Joural of the Royal College of Physicians of Edinburgh, 42, 58-63.
Kembuan, Melisa V., Sunny Wangko., dan George N. T. 2012. Peran Vitamin C terhadap Pigmentasi Kulit. Jurnal Biomedik, 4(3), 13-17.
Sari, Ayu N. 2015. Antioksidan Alternatif untuk Menangkal Bahaya Radikal Bebas pada Kulit. Journal of Islamic Science and Technology1(1), 63-68.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H