Kulit adalah salah satu organ tubuh manusia yang melapisi seluruh permukaan tubuhnya. Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Sari, 2015 kulit merupakan salah satu proteksi tubuh manusia dari pengaruh luar. Bila dilihat secara kasat mata, kulit juga merupakan salah satu hal yang akan dilihat oleh orang lain. Dengan demikian menjadikan banyak manusia modern yang berlomba-lomba untuk menjaga kulitnya dengan alasan kesehatan maupun kecantikan.Â
Saat ini banyak pula produk-produk yang beredar di masyarakat dengan branding memutihkan atau menggelapkan kulit. Lalu bila ditinjau dari sejarah evolusi manusia, bagaimanakah perbedaan kondisi kulit manusia purba dengan manusia modern? Pada artikel ini akan dibahas secara lebih lanjut mengenai evolusi kulit manusia purba dan manusia modern.
Kulit merupakan karakteristik biologis yang cukup unik untuk dikaji karna sering kali digunakan sebagai salah satu faktor penentu ras manusia. Pada zaman purba, kulit juga mempunyai fungsi untuk melindungi tubuh salah satunya dari paparan sinar matahari.Â
Kondisi alam pada zaman purba tentu juga memiliki perbedaan dengan zaman sekarang, selain itu pada zaman tersebut manusia juga masih berada tahap adaptasi dengan lingkungannya secara keseluruhan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jablonski, 2012 dipaparkan bahwa evolusi manusia purba menuju manusia modern dapat ditinjau dari adanya kebotakan dan kemampuan sistem eksresi kulit yakni dengan menghasilkan keringat. Berikut merupakan pemaparan terkait evolusi manusia purba menuju manusia yang lebih modern:
- Kemampuan pigmentasi yang menyebabkan kebotakan
Nenek moyang manusia telah hidup sejak enam juta tahun lalu dengan kondisi paparan sinar ultraviolet (UV) dan suhu sangat tinggi. Pada saat itu nenek moyang kita diprediksikan mempunyai rambut gelap yang menutupi seluruh tubuh kecuali muka, serta mempunyai melanosit aktif di permukaan punggung kaki dan tangan. Â
Walapun demikian manusia purba dapat menghasilkan melanin sebagai salah satu wujud respon tubuhnya pada sinar matahari, tetapi pada bagian tubuh yang tak terpapar sinar matahari secara langsung masih tidak berpigmen. Â
Pada zaman purba, manusia mempunyai penampakan yang cenderung mirip karna tak adanya keragaman warna kulit antara satu manusia dengan manusia lainnya. Bila dibandingkan dengan kondisi saat ini, dapat dilihat bahwa manusia modern mempunyai kemampuan pigmentasi yang lebih baik dibandingkan manusia purba.Â
Bahkan pada saat ini kita menggunakan kemampuan pigmentasi kulit yang berupa warna kulit dalam klasifikasi ras manusia. Warna kulit pada manusia memiliki empat penentu yakni pigmen melanin yang tersintesis pada kulit serta memberi warna kecoklatan, pigmen karoten yang sifatnya eksogen serta memberi warna kekuningan, hemoglobin tereduksi yang memberi warna kebiruan, dan yang terakhit hemoglobin teroksidasi yang memberi warna kemerahan (Kembuan. 2012).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, kemampuan pigmentasi pada manusia modern diiringi dengan berkurangnya jumlah rambut pada permukaan kulit. Semakin baik kemampuan pigmentasi yang dimiliki, maka semakin berkurang pula jumlah rambut pada kulit. Hal ini disebabkan karna kulit tidak lagi membutuhkan perlindungan ekstra dari paparan sinar ultraviolet karna telah mempunyai kemampuan dari pigmentasi untuk melindunginya
Sehingga bila kita melihat penggambaran manusia purba yang cenderung dipenuhi rambut pada bagian tubuhnya, tentu sangat berbeda dengan manusia modern yang cenderung memiliki jumlah rambut yang lebih sedikit. Fenomena demikian seringkali disebut dengan kebotakan yang dialami manusia saat berevolusi.
- Kemampuan eksresi manusia yang semakin baik
Hilangnya rambut pada permukaan kulit manusia juga menyebabkan perubahan pada kemampuan eksresi. Kemampuan eksresi pada manusia diketahui telah mengalami evolusi khususnya pada kelenjar ekrin.Â