Kemudahan untuk mengakses informasi di masa kini ternyata menjadi dua mata pisau untuk pelajar dan mahasiswa Indonesia. Di tahun 2022, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, menyampaikan bahwa 80% anak muda di Indonesia menggunakan media sosial sebagai sumber utama informasi untuk pengembangan diri mereka.
Namun, di tahun yang sama, We Are Social & Hootsuite, juga menyatakan bahwa pengaruh media sosial di indonesia ternyata membuat kalangan muda membandingkan diri dengan orang lain di media sosial yang akhirnya menambah tekanan sosial dan memperburuk stres.Â
Harus diakui bahwa media sosial yang bisa membuka kesempatan pengembangan diri, nyatanya juga bisa menjadi penyebab rasa tidak percaya diri. Hal tersebut disebabkan karena pada saat ini, informasi dapat menyebar secara luas tanpa dibatasi waktu dan ruang.Â
Ada dua alasan yang membuat generasi muda saat ini cenderung merasa tertekan ketika melihat capaian orang lain melalui sosial media, antara lain perbandingan sosial yang tidak realistis dan tekanan untuk diakui orang lain.
Ketika melihat capaian orang lain di media sosial, seorang individu seharusnya dapat melihat hal tersebut sebagai motivasi bukan sebagai tekanan yang membuat tidak percaya diri. Jika seorang individu dapat menjaga pola pikir yang baik, maka hal baik juga akan berpengaruh pada pengembangan diri individu tersebut.Â
Menjadi Terbaik untuk Sebuah Postingan Media SosialÂ
Seringkali kita melihat postingan seseorang yang menceritakan prestasi juga keberhasilannya. Dengan melihat profil akun media sosialnya, kita dapat dengan mudah melihat "perjalanan hidupnya" dan juga dengan mudah kita menyimpulkan bahwa apa yang kita lihat di media sosial merupakan seluruh perjalanan hidupnya yang selalu bahagia.Â
American Psychological Association di tahun 2020 merilis data bahwa 90% orang yang mengunggah foto yang hanya menampilkan sisi terbaik kehidupan mereka. Kegagalan, tantangan, dan aspek negatif yang mereka alami dalam hidupnya, tidak pernah diceritakan pada media sosial.Â
Sementara itu, Penn State University di tahun 2019 mengungkapkan bahwa 88 pengguna instagram yang mereka teliti sebagian besar hanya mengunggah foto yang menurut mereka termasuk dalam "momen positif".Â
Data tersebut mendukung fakta bahwa seringkali seorang individu menampilkan sisi hidupnya yang hanya terlihat bahagia dan sudah dikurasi dan terlihat bahagia. Dalam artian, media sosial bukanlah cerminan kehidupan individu yang sesungguhnya. Namun, tidak sedikit orang-orang yang pada akhirnya merasa cemas dan tertekan karena membandingkan kehidupanmu dengan kehidupan orang lain yang terlihat di media sosial secara tidak realistis.