Begitulah hari buku
Banyak yang bicara tentang buku, menulis perihal buku, Â
mendengar macam-macam kisah tentang buku
Tapi aku termangu, di tepi kisah kemesraan tentang masa lalu
Mereka yang menghabiskan sapanjang kanak-kanak di perpustakaan ayahnya
Mereka yang merangkai kenangan perihal bacaan masa kecilnya
Lalu diam-diam tumbuh cemburuku saat melongok masa lalu.
Â
Ayahku tak punya ruang pribadi tempat menyimpan buku-buku
Tak kutemui aroma apak kertas-kertas tua dari rak kayunya
Ia lebih sering  mendorong gerobak roda dua, yang berisi pupuk kandang dan hasil ladang
Atau berlama-lama di gudang, berkutat dengan berbagai macam alat perkebunan dan pertukangan
Ada saatnya ayah akan beteriak padaku yang berdiri di pematang
Menunjukkan  cara menangkap belut dan ikan
Memberitahu, bagaimana membedakan jamur bergizi dan jamur yang tak boleh dimakan
Mengatakan cara yang tepat mengobati gatal saat digigit semut rangrang
Ayah juga tak pernah memberiku hadiah buku,
Tak pernah.
Oleh-oleh yang sering ia bawa,
adalah sebungkus laron atau jangkrik yang dibungkus  daun pisang,
Tak ada satu majalahpun yang bisa kami baca berdua,
tak ada.
Tapi, kami punya kebiasaan bersama selepas senja
Ketika suara baritonnya memenuhi udara
Mengajariku alif, ba, ta hingga ya
membetulkan bagaimana aku melafalkan qulhu atau nawaitu
Peristiwa itu, semakin dalam kugali dari ingatanku,
Semakin melindap semua cemburuku, aku bersimpuh,
malu
Sebanyak apapun kertas-kertas yang pernah kubaca
Sebanyak apapun namaku tertulis di punggung buku
Namun, semua hal tentang lelaki yang kupanggil ayah itu
Adalah buku-buku yang tak pernah usai kisahnya
Adalah buku-buku yang tak pernah habis halamannya
Seberapapun sering aku mendatangi dan membukanya
Selamat Hari Buku Nasioanal
17 Mei 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H