Mohon tunggu...
Shabrina Nur Ramadhani
Shabrina Nur Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Studi Pendidikan IPS

traveling, menonton film, membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Lebih Dalam Pertumbuhan Perkembangan Anak: Berdasarkan Hereditas & Teorinya

7 November 2024   01:19 Diperbarui: 7 November 2024   01:21 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pertumbuhan dan perkembangan adalah dua aspek fundamental dalam psikologi pendidikan yang mempengaruhi cara individu belajar dan berinteraksi dengan lingkungan. Artikel ini akan membahas secara komprehensif mengenai fase-fase pertumbuhan, teori-teori perkembangan, serta implikasi praktisnya dalam konteks pendidikan, serta membahas pengaruh hereditas dan lingkungannya.

Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan sering kali digunakan secara bergantian, tetapi keduanya memiliki makna yang berbeda:

  • Pertumbuhan adalah perubahan fisik yang dapat diukur, seperti peningkatan tinggi badan atau berat badan. Ini mencerminkan proses biologis yang terjadi seiring bertambahnya usia.
  • Perkembangan mencakup perubahan yang lebih luas, termasuk aspek kognitif, emosional, dan sosial. Ini melibatkan peningkatan kemampuan dan keterampilan yang lebih kompleks seiring waktu.

Fase-Fase Pertumbuhan dan Perkembangan

1. Pertumbuhan Prenatal

Pertumbuhan prenatal adalah tahap awal kehidupan manusia yang berlangsung dari pembuahan hingga kelahiran. Terdapat tiga fase utama dalam proses ini:

  • Fase Germinal: Dimulai dari pembuahan hingga dua minggu pertama, di mana zigot terbentuk dan mulai membelah menjadi blastokista.
  • Fase Embrional: Berlangsung dari minggu kedua hingga kedelapan, di mana organ-organ utama mulai terbentuk.
  • Fase Fetal: Dari minggu kesembilan hingga kelahiran, di mana janin mengalami pertumbuhan pesat dan organ mulai berfungsi.

2. Fase Pertumbuhan Remaja

Masa remaja adalah periode transisi yang penting dalam kehidupan individu. Terdapat beberapa sub-fase dalam perkembangan remaja:

  • Remaja Awal (10-13 tahun): Perubahan fisik mulai terjadi, termasuk pertumbuhan tinggi badan dan perkembangan seksual. Emosi sering tidak stabil, dan remaja mulai mencari identitas diri.
  • Remaja Madya (14-17 tahun): Pada fase ini, remaja mengeksplorasi identitas dan nilai-nilai. Hubungan sosial dengan teman sebaya menjadi sangat penting.
  • Remaja Akhir (18-21 tahun): Individu pada fase ini lebih matang secara emosional dan kognitif. Mereka mulai mengambil keputusan independen terkait pendidikan dan karier.

Teori Perkembangan Kognitif

1. Teori Jean Piaget

Jean Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kognitif anak berlangsung melalui empat tahap utama:

  • Tahap Sensorimotor (0--2 tahun): Anak belajar melalui pengalaman sensorik dan motorik.
  • Tahap Praoperasional (2--7 tahun): Anak mulai menggunakan bahasa tetapi masih berpikir secara egosentris.
  • Tahap Operasional Konkrit (7--11 tahun): Anak dapat berpikir logis tentang objek konkret.
  • Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas): Anak dapat berpikir abstrak dan melakukan pemecahan masalah secara logis.

Piaget juga memperkenalkan konsep asimilasi (proses mengintegrasikan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada) dan akomodasi (perubahan skema untuk mengakomodasi informasi baru).

2. Teori Lev Vygotsky

Lev Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dalam perkembangan kognitif. Konsep Zone of Proximal Development (ZPD) menjelaskan bahwa anak dapat melakukan tugas yang lebih kompleks dengan bantuan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran terjadi dalam konteks sosial.

Hereditas dan Teorinya dalam Proses Perkembangan

1. Hereditas merujuk pada karakteristik yang diwariskan dari orang tua kepada anak melalui gen. Ini mencakup potensi fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak lahir. Hereditas berperan penting dalam menentukan bakat dan kemampuan dasar seseorang.

2. Teori Empiris

Teori ini dipelopori oleh John Locke, yang berpendapat bahwa manusia lahir dengan jiwa kosong atau tabula rasa, yang merupakan istilah bahasa latin yang berarti 'batu tulis kosong' yang menyatakan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan kosong tanpa isi mental bawaan. Pendidikan dan pengalaman dari lingkungan akan membentuk individu tersebut. Dalam pandangan ini, orang tua dan pendidik memiliki peran krusial dalam menentukan arah perkembangan anak melalui pengalaman empirik.

3. Teori Nativisme

Arthur Schopenhauer mengajukan teori nativisme, yang menyatakan bahwa pendidikan harus sesuai dengan bakat bawaan anak. Menurut teori ini, faktor genetik sangat berpengaruh terhadap potensi individu; oleh karena itu, mendidik seseorang tanpa mempertimbangkan bakat alaminya bisa menjadi tidak efektif.

4. Teori Konvergensi

Louis William Stern mengembangkan teori konvergensi yang menggabungkan pengaruh hereditas dan lingkungan dalam perkembangan manusia. Teori ini menekankan bahwa kedua faktor tersebut saling melengkapi; tanpa salah satu dari keduanya, perkembangan individu tidak akan optimal.

Perkembangan Psikomotorik

Perkembangan psikomotorik mencakup kemampuan motorik halus dan kasar yang berkembang seiring pertumbuhan fisik. Kematangan diri merupakan hasil dari keselarasan antara fungsi-fungsi fisik dan psikis sebagai hasil dari pertumbuhan dan perkembangan.

Pengembangan Keterampilan Sosial dan Kerjasama

Aktivitas kelompok dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa. Dengan mendorong kerja sama dalam proyek-proyek kelompok, siswa belajar untuk berkolaborasi dan menghargai perbedaan.

Kesimpulan

Pemahaman tentang pertumbuhan, perkembangan psikologis anak, serta pengaruh hereditas dan lingkungan sangat penting dalam pendidikan. Dengan mengetahui fase-fase tersebut serta teori-teori yang mendasarinya, pendidik dapat merancang pengalaman belajar yang lebih baik untuk mendukung perkembangan optimal siswa. Oleh karena itu, sistem pendidikan harus mengintegrasikan prinsip-prinsip psikologi perkembangan untuk meningkatkan efektivitas pengajaran dan pembelajaran di kelas serta mempersiapkan generasi masa depan yang berkualitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun