Dua tahun berlalu sejak pertama kali kasus Covid-19 menginfeksi dua orang asal depok pada tanggal  2 Maret 2020 pemerintah mengambil langkah antisipasi penyebaran Covid-19. Pertama Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).Â
Selang setahun kemudian 11 Januari 2021 pemerintah kembali mengeluarkan aturan untuk menekan angka penyebaran Covid-19 di sejumlah kawasan, sampai dengan tingkat kecamatan, dengan memberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Dua upaya tersebut, tentunya berkonsekuensi pada aktivitas seluruh komponen masyarakat, termasuk seluruh aktivitas pendidikan. Sektor penting yang menopang peradaban bangsa. Sekolah dan kampus tempat menempa calon pemimpin dimasa depan pun terhentak dengan kondisi tersebut dan yang mengejutkan pembatalan penyelenggaraan ujian nasional.
Tanggal 24 Maret 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim berujar setelah kami pertimbangkan dan diskusikan dengan Bapak Presiden dan juga instansi di luar, kami di Kemendikbud telah memutuskan untuk membatalkan ujian nasional di tahun 2020.Â
Tidak ada yang lebih penting daripada keamanan dan kesehatan siswa dan keluarganya. Â
Akan tetapi, dengan kondisi tersebut, bukan berarti dunia pendidikan menyerah lantas berhenti total. Berbagai upaya dilakukan sekolah dan kampus melalui inovasi penggunaan teknologi informasi dengan jaringan internet supaya kegiatan belajar mengajar tetap berjalan.Â
Sejumlah model pembelajaran dilakukan mulai dari tatap muka virtual dengan zoom, google meet, tugas lewat Whatsapp, google classroom, semua upaya tersebut untuk mencerdaskan anak bangsa. Untuk yang ponselnya terbatas para guru tetap memperkenankan siswa belajar melalui ponsel orangtuanya.Â
Bisa dikatakan pada saat pandemi, sekolah memberikan ruang yang lebih fleksibel dalam kegiatan belajar mengajar.
Sebagai orang tua, terasa benar Manfaat Internet IndiHome. Anak-anak tetap dapat belajar melalui zoom atau gmeet kemudian tugas tugas yang dilaksanakan pun lebih variatif, menggunakan gambar, infografis, youtube, Quizz dan kahoot yang kesemuanya itu bergantung pada internet.
Dua anak saya pada saat itu, kelas 1 SD dan 2 SD, mereka full belajar dirumah, setiap pagi mereka beraktivitas layaknya akan berangkat sekolah, menggunakan seragam sekolah sesuai jadwal yang ditentukan, menyiapkan tas buku pelajaran. Tepat jam 7 mereka siap didepan layar ponsel ibunya, bergantian dengan adiknya yang jadwalnya siang.Â