Mohon tunggu...
Fadli A
Fadli A Mohon Tunggu... Freelancer - pencatat arloji

Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian,

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Infrastruktur untuk Seluruh Kalangan, Wajib Ramah Anak dan Kaum Difabel

31 Mei 2022   00:34 Diperbarui: 1 Juni 2022   11:36 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi kepadatan penumpang saat naik turun tangga akan berpindah kereta (Dokpri)

Perubahan besar-besaran yg terjadi pada sejumlah fasilitas publik, melalui pembangunan infrastruktur yang sudah dan masih berjalan patut kita apresiasi, dari data kementerian pekerjaan umum dan perhubungan bahwa pembangunan untuk menunjang ekonomi serta aktivitas penduduk di Indonesia menunjukan tren kenaikan pasca menurunnya angka kasus Covid-19. 

Dilansir dari katadata.co.id realisasi anggaran infrastruktur tahun 2021 mencapai Rp 402,8 triliun, tumbuh 31,1% dibandingkan tahun 2020. Realisasi anggaran infrastruktur setara dengan 96,5% dari total pagu yang ditetapkan yakni Rp 417,4 trilun. Pencapaian tahun 2021 juga menandai untuk pertama kalinya, pembangunan infrastruktur menghabiskan anggaran di atas Rp 400 triliun.

Salah satu proyek dari anggaran tersebut adalah proyek yg dibiayai Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara untuk Proyek Strategis Nasional (PSN) yakni proyek Double-Double Track (DDT) Manggarai-Cikarang sebesar Rp5,6 triliun yang  ditargetkan rampung tahun 2023, kondisi saat ini pertanggal 28 Mei 2022 masuk tahap uji coba perubahan rute dan transit Kereta Api Commuter Line.

Bagi pengguna setia Commuter Line hal ini menjadi titik tolak perubahan serius karena erat kaitannya dengan produktivitas serta aktifitas jam masuk kerja. 

Bahkan kondisi saat ini di stasiun Manggarai sangat terasa kemajuan infrastruktur dan budaya perkeretaapian ditanah air, hal ini sangat  membanggakan dan perlu kita apresiasi.  

Perubahan rute dan transit yang biasanya penumpang dari Bogor dengan tujuan Tanah Abang (Rute Bogor - Tanah Abang, Kampung Bandan), bisa langsung ke Tanah Abang, kini dari Bogor hanya melayani rute Bogor - Jakarta Kota. 

Begitu sebaliknya, maka yang bertujuan ke stasiun Tanah Abang, harus transit di Stasiun Manggarai pindah menuju lantai bawah jalur 5 atau 6 menunggu kereta jurusan Tanah Abang keberangkatan dari Cikarang, Tambun dan Bekasi. 

Dari Cikarang,Tambun dan Bekasi tujuan Jakarta Kota atau Bogor harus transit di Manggarai pindah lantai naik turun tangga ke jalur Jakarta Kota atau jalur Bogor. 

Jika penataan ini sudah berjalan normal dan terbiasa, suasana perpindahan penumpang naik turun tangga ini terasa seperti di stasiun Central kota Hongkong ditengah padatnya orang lalu lalang dengan berbagai macam kesibukannya, menggunakan escalator setinggi puluhan meter. Pemandangan rutin ini kemungkinan akan terus terlihat di stasiun Manggarai.

Akan tetapi, kondisi yang saat ini terjadi, sebagai penumpang, ada beberapa poin kekurangsiapan PT KAI sebagai fasilitator, yaitu perlunya peningkatan keamanan, karena kepadatan penumpang biasanya diiringi dengan kesempatan pencopet (aksi pencopetan), selain itu adalah kurangnya penyediaan fasilitas penunjang untuk penumpang kaum difabel, anak - anak, ibu hamil, penumpang dengan sepeda lipat, atau koper travel yang transit dari Kereta Bandara. 

Padahal, uji coba sekarang adalah saat yg penting, karena menentukan masa depan dan perbaikan langkah apa yg harus diambil untuk kedepannya.

Sebagai gambaran, untuk penumpang tujuan Bogor dari Tanah Abang, penumpang harus turun di Stasiun Manggarai Jalur 6 atau 7 di lantai bawah kemudian naik dua lantai melalui tangga, begitupun sebaliknya dari Bogor harus turun dua lantai, jika kondisi padat penumpang kita dihadapkan pada pemandangan penumpang yang padat merayap berjalan menyusuri pinggiran peron. 

Kondisi ini karena belum maksimalnya pengaturan waktu jam padat penumpang, kemudian fasilitas penunjang seperti lift yang belum berfungsi, maupun keterbatasan escalator, bisa dibayangkan saat kaum difabel, anak-anak, ibu hamil, lansia atau penumpang dengan bawaan yg agak banyak harus berjalan menyusuri peron dan naik turun tangga secara manual karena lift maupun escalator yang terbatas karena berdesakan penumpang.

Kondisi kepadatan penumpang saat naik turun tangga akan berpindah kereta (Dokpri)
Kondisi kepadatan penumpang saat naik turun tangga akan berpindah kereta (Dokpri)

Sebagai masukan lainnya, selain jalur khusus berjalan "ubin kuning" bagi tunanetra yang sudah tersedia, kiranya perlu perhatian dan fasilitas khusus bagi kaum difabel lainnya, lansia, dan ibu hamil maupun anak anak yang menjadi prioritas, seperti escalator yg disediakan khusus, lift khusus untuk mereka, disediakan kursi roda yang siap dipakai di beberapa sudut dan pemandu yang sigap, selain itu perlu juga ruang kesehatan mengantisipasi kejadian sakit atau pingsan, sehingga pelayanan optimal tidak hanya fokus melayani pada penumpang yg memang terbiasa dengan rutinitas kerjanya.

Indonesia memang terus berbenah, mulai merangkak dari letihnya pandemi Covid-19, memulai aktivitas kembali ke rutinitas kerja, bangkit dari keterpurukan berbagai macam sektor baik ekonomi, sosial maupun budaya. 

Harapan kita bersama, tentu tidak dengan hanya melayani segilitintir kalangan, tidak juga dengan kegagapan dan ketidaksiapan penyedia jasa transportasi melayani seluruh komponen usia dengan berbagai macam latar belakang dan kondisinya dari balita sampai lansia yang notabene ada diantara mereka pengguna transportasi publik, terutama kereta api commuter line. 

Dengan disiplin dan tertibnya penumpang yang mulai terbiasa menjalani pola serta perubahan kecil mulai dari disiplin waktu, tertib mengantri saat naik turun tangga, naik turun kereta, tidak saling dorong, dan memberikan hak lebih dahulu pada yang memang membutuhkan, dan menjaga seluruh fasilitas yang disediakan maka semakin maju pula peradaban transportasi publik Indonesia. Mari berbenah bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun