Mohon tunggu...
Fadli A
Fadli A Mohon Tunggu... Freelancer - pencatat arloji

Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suara dari Kotak Suara

11 April 2017   17:53 Diperbarui: 12 April 2017   02:30 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“ooooooo... ibu kira jangkrik pak”  kata istrinya sambil menerawang kekampungnya.

Menjelang jam tiga, Sugeni datang pos menemui Juman. Ia meminta bantuan Juman untuk bagi tugas membagikan amplopnya. Tak lupa dalam amplop tersebut ada kertas coblos salam sepuluh jari. Bisa dipastikan blitzkrieg berjalan dengan lancar. Hujan rintik-rintik di RT 100 membuat penduduk masih banyak yang tertidur pules. Saat mengetuk rumah ibu iyem, Juman tertegun melihat ibu iyem yang hitam manis rambutnya kusut masih pake daster.  

“ini mpok iyem dari salam sepuluh jari”  kata Juman.

"mmm.. ada pak mang juman”

“ini rezeki buat ibu, jangan lupa ya” Juman  segera pergi takut ketahuan tetangganya mpok iyem.

 Begitu pun ke rumah yang lainnya, rumah mereka tidak ada yang dikunci. Mereka seperti ingat pesan Sugeni. Kalo sekarang bakalan dapat rezeki. Ada yang diselipin di bawah pintu kamar. Ada yang diatas tipi. Ada yang di atas kulkas. Ada yang diterima langsung. Macem-macem deh ditaronya intinya diam. Begitu pesan sugeni saat kampanye.

Hari pencoblosan tiba, Jam 12.30 saat perhitungan suara. Semua mata tertuju pada papan tulis. Paslon baju abu – abu dasi kupu kupu menang mutlak mendapatkan suara 666 dari 700 warga. Sisanya dari pesaing. Sugeni gembira. Warga bahagia sementara.

***

Satu tahun setelah pencoblosan, kampung RT 100 dilanda masalah air keruh, setelah sungai dikerok, pohon kiri kanannya dibabat, dibangun beton penghalang. Bau sampah yang diangkat dari sungai menyengat .  Pagi itu Sugeni dan istri dijemput pake mercy, dibawa ke hotel bintang lima dapat bonus lagi diinapkan dikamar paling suite. Sugeni tak bertemu siapa – siapa, tapi diberi penginapan gratis plus bonus uang dari tim suksesnya.

Tiga hari berlalu, sugeni kembali kekampungnya. Sebelumnya mampir belanja kesana kemari di GI. Belanja banyak sekali. Sesampainya di kampunya, dengan percaya diri ia turun dari Mercy, masuk wilayah gang, ia kaget bukan main dan tercengang melihat rumahnya sudah roboh. Kampungnya rata dengan tanah tapi bukan digusur. Pohon roboh tapi tidak ada yang tebang. Genangan air didalam gang tapi tidak ada saluran yang mampet. Bau menyengat dari Air yang mengggenang. Seluruh penduduk mengungsi ke tempat ibadah. Ke sekolah. Ke rumah sakit.

Sugeni dan istri kebingunan. Ada apa ini gerangan. Sugeni bergegas lari kerumah Mang Juman. Terlihat ia lagi merenung di atas runtuhan, tatapannya kosong melihat rumahnya dtelan tanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun