Mohon tunggu...
Shabira Sakina Nisa
Shabira Sakina Nisa Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Content Writer Freelance

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku, Rasa, Duka dan Pamit

30 April 2023   07:53 Diperbarui: 30 April 2023   08:05 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika dirinya memilih tuk pergi menjauh dariku

Ketika dia meninggalkan aku yang tengah dibalut oleh duka

Ketika aku meninggalkan segalanya hanya tuk dirinya yang kini ntah berada dimana

Sejauh dan selebar apapun jarak itu

Aku hanya akan memperjuangkan dirinya dengan penuh luka

Sebilamana dirinya memerintah

Dan hanya aku yang selalu mengiyakan dirinya

Mengiyakan segala kemauannya

Melepas segala apa yang kupunya

Meninggalkan seluruh kegiatanku hanya untuk menemani dirinya

Melepas duka, menghapus luka dan menyembukan keperihan

Sebodoh -- bodohnya aku yang mencintaimu dalam diam

Yang tak pernah menjadikan aku sebagai tempat pulang untukmu

Seutuhnya

Sebodoh -- bodohnya aku yang masih selalu merajut harap

Yang selalu kupanjatkan dalam setiap do'aku

Agar kau tak selamanya menyiksa aku, seluruh diriku

Tolong biarkanlah aku merasakan bagaimana dicintai kembali

Bila kamu bukan seseorang yang kuharapkan dapat memberikan cinta itu

Maka jangan jadikan aku tempatmu tuk menuangkan duka dan luka

Perkara dua hal itu

Aku sudah menampung cukup banyak

Tak hanya tentang dirimu

Tapi tentang segala hal yang menjadi urusanku

Hidupku

Bukan hanya tuk menghapus semua rasa sakitmu

Bilamana di kemudian hari

Kau tak bisa mencintai diriku

Kau harus membiarkan aku tuk pergi menjauh darimu

Meninggalkan segenap rasa yang ku kemas rapi

Dan kutinggalkan di penghujung sepi

Agar kau bisa mengerti

Bahwa tak ada yang abadi

Karena akan selalu ada yang datang dan pergi

Janji, Rasa, Luka dan Aku

Saat pertama kali kita ungkapkan rasa

Malam pun menjadi saksinya

Kita berdua diantara kata

Yang tak terucap

Berharap sang waktu membawa sebuah keberanian

Untuk datang membawa jawaban

Adakah kesempatan

Tuk ucapkan janji takkan berpisah untuk selamanya?

Mungkin baginya 'selama -- lamanya' hanya cukup sampai disini saja

Sedangkan diriku?

Masih menyimpan rasa di dalam pedihnya luka ini

Jika mengingat akan hal itu

Aku terlihat sangatlah konyol

Betapa mudahnya kita mengucapkan janji saat bahagia

Yang akan kita sesali nanti saat sang sedih menyapa

Kini dia meninggalkan diriku yang hanya menyisakan sebuah luka

Berharap dia akan kembali

Tapi sepertinya itu mustahil

Untukmu yang pernah singgah di hati ini

Percayalah

Janjiku kepadamu akan tetap seperti itu

Tetapi diatas semua janji manis itu

Tetaplah senyummu menjadi hal yang utama

Untukmu yang kini tlah pergi dan meninggalkan perih

Aku berjanji tuk slalu membuatmu bahagia

Meskipun itu bukan denganku tetapi dengan dirinya

Selamat berbahagia selalu

Selamat membuka lembaran baru

Dengan dia yang bisa merubah dukamu menjadi sebuah tawa

Tetapi satu hal yang harus kau ingat

Jangan kau lupakan satu hal

Yaitu aku yang pernah menjadi alasan dari senyummu itu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

5 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun