Mohon tunggu...
Shabirah Putri Najiah
Shabirah Putri Najiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2019 Universitas Muhammadiyah Malang

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memanusiakan Manusia: Hakikat Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial

22 Maret 2022   22:22 Diperbarui: 22 Maret 2022   22:30 4571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan yang pesat dalam bidang teknologi, segala hal yang di modernisasi, membawa kita pada era dimana berbagai macam hal dapat dilakukan dengan praktis dan mudah. 

Hampir seluruh aspek kehidupan manusia dapat ditemukan di dunia virtual atau dunia maya. Munculnya alat komunikasi yang dianggap serba efektif dan efisien, serta berbagai platform sosial media menciptakan ruang kehidupan baru untuk saling berinteraksi satu sama lain dengan cepat dan mudah. 

Tak heran jika kebanyakan manusia modern seolah-olah menjalani hidupnya dalam dua dunia, yaitu kehidupan di dunia nyata dan kehidupan di dunia virtual. Namun, beberapa waktu terakhir ini, manusia cenderung menghabiskan waktunya pada dunia virtual. Hal ini yang kemudian membawa manusia melupakan hakikat hidup manusia itu sendiri terutama sebagai makhluk yang membutuhkan sosialisasi secara langsung dengan manusia yang lainnya.

Fakta bahwa manusia cara manusia berkomunikasi berubah sangat drastis tidak bisa menghilangkan hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang pada dasarnya manusia akan berbagi perasaannya dengan orang lain, entah itu keluarga hingga teman terdekatnya.

Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki dua sisi yang dapat kita lihat, yaitu sebagai individu dan sebagai makhluk sosial. Sebagai individu, manusia dalam bertindak cenderung menjurus pada kepentingan - kepentingan pribadi. Menurut Dr. A Lysen, kata individu berasal dari bahasa latin individuum yang memiliki arti "tak terbagi". yang dimaksud dengan tak terbagi disini adalah manusia dilahirkan di dunia sebagai makhluk individu yang tidak terpisah antara jiwa dan raganya. 

Manusia sebagai makhluk individu manusia terdiri atas unsur fisik dan psikis yang kemudian dikenal sebagai biopsikofisikal yang terbawa sejak lahir. Potensi - potensi biopsikofisikal ini apabila berinteraksi dengan serangkaian situasi lingkungan yang terungkap dalam tindakan dan perbuatan, serta reaksi mental psikologis manusia akan membentuk kepribadian.

Manusia sebagai makhluk individu dalam perkembanganya tidak lagi bermakna kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi manusia yang khas dengan corak kepribadiannya. pertumbuhan dan perkembangan individu ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdiri dari beberapa pandangan yaitu sebagai berikut :

  1. Pandangan Nativistik

Pandangan ini menjelaskan bahwa pertumbuhan individu akan dipengaruhi oleh faktor dari individu itu sendiri, seperti bakat dan potensi yang dimiliki individu tersebut, termasuk pula faktor gen (turunan dari orang tua). Misalnya, sang ayah merupakan penyanyi, maka sang anak akan menjadi penyanyi pula.

  1. Pandangan Empiristik

Pandangan ini bertolak belakang dengan pandangan nativistik, dimana pandangan ini menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-mata ditentukan atas dasar faktor lingkungan. lingkungan dari individu tersebut yang akan menentukan pertumbuhan seseorang.

  1. Pandangan Konvergensi

Pandangan ini mencoba menggabungkan kedua pandangan sebelumnya. pandangan konvergensi menyatakan bahwa pertumbuhan individu dipengaruhi oleh faktor dari individu dan lingkungan, bakat pada individu merupakan potensi yang harus disesuaikan dengan menciptakan lingkungan yang baik dimana individu bisa tumbuh secara optimal. 

Sebagai individu, manusia juga tidak mampu hidup sendiri. Artinya manusia, semandiri apapun, tetap akan membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Adanya dorongan biologis dalam diri manusia mulai dari keinginan untuk memenuhi keperluan makan dan minum hingga keinginan untuk mempunyai keturunan, secara otomatis akan mendorong manusia untuk selalu bermasyarakat atau menjadi makhluk sosial.

Manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial karena pada dasarnya manusia membutuhkan orang lain untuk setidaknya berbagi apa yang ia rasakan. Sejak lahir, manusia memiliki dua keinginan pokok, yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia di sekelilingnya, serta keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. ada beberapa alasan mengapa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, diantaranya adalah :

  1. Manusia tunduk pada aturan dan norma 

  2. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain

  3. Memiliki kebutuhan berinteraksi dengan orang lain

  4. Manusia bisa mengembangkan potensinya apabila di tengah - tengah masyarakat.

Manusia memang makhluk individu. Namun, dalam sebuah massa, manusia akan berperilaku hampir identik dengan massa yang bersangkutan dan menyingkirkan individualitasnya. keempat alasan diatas, apabila kita ambil salah satunya, misalnya, perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain. 

Apabila dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari manusia cenderung berpenampilan dan merias sesuai dengan standar kecantikan yang dibuat oleh masyarakat saat ini hingga tak jarang masyarakat di era ini merasa insecure dengan eksistensi diri mereka sendiri. Bukan hal yang baik, namun bisa membuktikan bahwa manusia merupakan makhluk sosial juga.

Seperti yang dibahas pada awal artikel, perkembangan teknologi telah merubah pola komunikasi manusia yang tadinya serba secara langsung atau luring, menjadi serba daring. Terlebih lagi dengan kondisi masyarakat yang tengah berada dalam masa pandemi covid-19 mengharuskan seluruh kegiatan dilakukan dalam rumah. 

Perkembangan dalam IPTEK membawa manfaat yang luar biasa bagi kehidupan manusia dalam melakukan pekerjaan sehari - hari sehingga bukan hal yang mustahil bagi manusia untuk merubah pola hidup yang misalnya sebelum pandemi harus melakukan aktivitas belajar di sekolah atau kampus menjadi belajar dari rumah. 

Namun, di satu sisi, perubahan yang besar ini juga membawa dampak negatif bagi  individu salah satunya yaitu munculnya rasa kesepian dan rasa keterasingan satu sama lain dan juga menimbulkan lunturnya rasa solidaritas, kebersamaan, dan silaturahmi antar manusia. 

Saat ini manusia lebih banyak menghabiskan waktunya di depan layar gadget seolah - olah terbius dengan pekerjaan dan konten - konten yang disediakan oleh teknologi sehingga waktu untuk bersosialisasi secara langsung hampir tidak ada. Manusia seolah menjadi zombie yang diperbudak oleh teknologi. 

Tak ada lagi waktu bersilaturahmi, tak ada lagi waktu memupuk kebersamaan, bahkan tak ada lagi waktu untuk keluarga sendiri mulai dari orang dewasa hingga anak - anak sehingga terjadi perubahan dalam hubungan sosial masyarakat. Ada beberapa dampak negatif yang dibawa oleh perubahan teknologi yang sangat pesat ini ke dalam kehidupan sehari-hari yang bahkan tidak sedikit orang menyadari perubahan ini, diantaranya adalah :

  1. Terjadinya kemerosotan moral masyarakat, terutama pada kalangan pelajar. perkembangan teknologi yang pesat menyebabkan sebagian besar masyarakat kaya secara materi tapi tidak secara rohani. belum lagi, kondisi pandemi yang mengharuskan semua dilakukan secara daring, membatasi manusia bersosialisasi secara langsung tanpa adanya perantara teknologi.

  2. Kenakalan dan tindakan menyimpang pada kalangan remaja meningkat sangat pesat. Hal ini dikarenakan melemahnya tradisi - tradisi di kalangan masyarakat yang dapat membantu memberikan pelajaran sosial yang nyata pada remaja, yang salah satunya adalah gotong - royong.

  3. Berubahnya pola interaksi antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Perubahan ini dapat ditemukan, salh satunya pada sosial media. saat ini sebagian besar manusia lebih senang melakukan interaksi melalui perantara sosial media ketimbang bertemu dan berinteraksi secara langsung. sebagian besar manusia bahkan lebih nyaman membuat teman di media sosial.

Hal - hal yang telah diuraikan diatas merupakan konsekuensi dari upaya manusia menunjukkan eksistensi di muka bumi sehingga sebagai manusia itu sendiri kita harus bisa mengatasi kondisi ini. Kita tidak bisa menghindari perkembangan yang sudah ada, namun kita bisa hidup berdampingan dengan tetap memperhatikan kesadaran dan perilaku bijak dalam menggunakan teknologi. 

Sebagai manusia yang diberikan akal oleh Tuhan kita seharusnya bisa mempertimbangkan baik buruknya teknologi tersebut, menjunjung tinggi moralitas, memperhatikan etika, serta tidak berlebihan dalam menggunakan teknologi agar kita kembali lagi menjadi manusia dan bukan zombie yang diperbudak oleh teknologi.

REFERENSI:

Anonim. BAHAN PEMBELAJARAN III Hakikat Manusia Sebagai Individu Dan Makhluk Sosial, Dinamika Dan Dilema Interaksi Sosial.

Martono, Nanang. (2012). Sosiologi Perubahan sosial: perspektif klasik, modern, postmodern, dan postkolonial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Ngafifi, Muhammad. (2014). KEMAJUAN TEKNOLOGI DAN POLA HIDUP MANUSIA DALAM PERSPEKTIF SOSIAL BUDAYA. Jurnal Pembangunan Pendidikan : Fondasi dan Aplikasi, Volume 2, Nomor I.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun