Mohon tunggu...
Shabila Salsabil
Shabila Salsabil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi FIS UNJ

Sosiologi FIS UNJ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Kesehatan Mental Remaja melalui Kelompok Mentoring

26 Maret 2023   10:40 Diperbarui: 26 Maret 2023   10:45 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Akhir-akhir ini, kita sering mengalami masalah kesehatan mental seperti kesedihan, kecemasan, perubahan suasana hati, dan lain-lain. Ini adalah hasil dari zaman yang berkembang pesat dan penuh tekanan yang kita jalani. Banyak orang menanggung penyakit mental dan bahkan penyakit mental karena tekanan kehidupan sehari-hari yang meningkat. Dalam beberapa tahun terakhir, bunuh diri semakin populer. Hal ini terjadi akibat kurangnya perhatian masyarakat terhadap isu bunuh diri. Bahkan, bukan hanya pada orang dewasa tetapi kasus ini dapat terjadi juga pada remaja. Baru-baru ini terdapat berita bahwa seorang anak berusia 11 tahun ditemukan tewas gantung diri di rumahnya, ia mengalami depresi karena perundungan atau bullying. 

Krisis empati semakin meningkat sebagai akibat dari meningkatnya tuntutan hidup juga budaya individualisme dan sikap apatis atau ketidakpedulian masyarakat yang semakin berkembang. Ini mengakibatkan beberapa orang mengalami keputusasaan, kesepian, dan keterasingan sehingga membuat beberapa orang mempertimbangkan untuk bunuh diri. Tekanan dari sekolah, keluarga, dan bahkan karakter orang itu sendiri---seperti pendiam, jauh, dan lain sebagainya---semuanya bisa menjadi elemen yang berkontribusi dalam situasi ini.

WHO menyatakan bahwa setengah dari kasus gangguan kesehatan mental dimulai sejak usia 14 tahun, banyak kasus yang tidak terdeteksi bahkan diabaikan. Remaja juga berisiko mengalami masalah kesehatan mental, selain orang dewasa. Selain itu, baik secara fisik, psikologis, maupun sosial, masa remaja merupakan masa perubahan dan penyesuaian diri. Dari sudut pandang psikologis, banyak remaja bergumul dengan berbagai masalah, termasuk kecemasan, stres, frustrasi, dan gangguan lainnya terutama jika mereka tidak dapat memenuhi standar atau tuntutan tersebut. Mubarok mengklaim bahwa ketidakjujuran jangka panjang menyebabkan orang modern mengalami penyakit mental seperti kecemasan, kesepian, kebosanan, perilaku menyimpang, dan psikosomatis. Jadi, membuat upaya untuk mempromosikan kesehatan mental sangat penting. Pencegahan lebih baik daripada pengobatan dalam konteks kesehatan mental.

Manusia adalah makhluk yang dinamis dalam arti dapat mengalami perubahan, baik perubahan fisiologis maupun psikologis. Oleh karenanya, permasalahan kesehatan mental remaja yang terjadi di Indonesia ini dapat diusahakan supaya penduduknya mengalami perubahan ke arah yang lebih baik dari waktu ke waktu. Adapun kondisi psikologis yang stabil didapatkan dari kondisi mental yang sehat. Menurut pandangan agama, sehat bukan hanya terbebas dari penyakit atau cacat jasmani, tetapi juga rohani.  Manusia yang sehat adalah "manusia yang sejahtera dan seimbang jasmani dan rohaninya secara berlanjut dan berdaya guna". Lebih lanjut WHO menjelaskan pengertian kesehatan yaitu suatu kondisi kesejahteraan jasmani, rohani, dan sosial secara menyeluruh dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.

Berdasarkan hal tersebut, Daradjat mengemukakan bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta tercapainya keharmonisan jiwa dalam hidup. Dalam rangka menjaga kesehatan mental, atau menangani kondisi mental yang sudah tidak sehat, kebutuhan akan psikolog, psikiater, konselor, bahkan pembimbing ruhani, juga menjadi penting.

Strategi pengembangan masyarakat berkaitan dengan upaya untuk memungkinkan individu atau kelompok masyarakat. Untuk dapat bisa memecahkan masalah-masalah sosial tentunya mereka memiliki pilihan yang real dan tentulah yang menyangkut masa depan buat mereka, sehingga mereka dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Strategi pengembangan masyarakat ini bisa dikatakan sebagai bagian dari proses penguatan masyarakat secara aktif dan juga berkelanjutan tentunya didasarkan pada prinsip keadilan sosial akuntabilitas, partisipasi, dan kerjasama yang setara nah strategi pengembangan masyarakat. Strategi pengembangan masyarakat juga sebagai cara dan alat dalam mengembalikan mengembangkan atau meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat dan meningkatkan potensi di dalamnya. Selain meningkatkan potensi tentunya menggali potensi masyarakat nah dalam konteks di sini ketika masyarakat itu tinggal di potensinya meningkat potensinya maka akan berimplikasi terhadap kesejahteraan dirinya.

Berdasarkan penjelasan tersebut strategi pengembangan masyarakat dapat menyasar kepada penanganan isi kesehatan mental pada remaja. Dalam skala kecil dapat dilakukan program atau kegiatan mentoring. Mentoring adalah lingkaran orang yang berpartisipasi dalam pendampingan secara berkelanjutan. Crawford mendefinisikan mentoring sebagai interaksi interpersonal yang ditandai dengan perhatian dan dukungan antara seseorang dengan pengalaman dan pengetahuan dan seseorang dengan sedikit pengetahuan atau pengalaman. Dalam bahasa Arab mentoring dikenal juga dengan halaqoh (lingkaran) atau liqo' (Pertemuan). Anggota kelompok mentoring berjumlah 3 -- 12 orang dan memiliki kurikulum tertentu, sesuai dengan lembaga yang menaungi mentoring tersebut. Unsur terpenting dalam progam mentoring adalah adanya seorang murabbi atau mentor. Murabbi (mentor) dalam konteks ini adalah seorang yang berperan sangat besar dalam mentransfer ilmu-ilmu dan nilai-nilai positif kepada para mentee atau anggota. Mentorlah yang menjadi kunci sebuah progam mentoring karena secara langsung menjadi panutan bagi mentee atau anggota mentoring.

Manfaat yang akan diperoleh anggota kelompok mentoring adalah adanya perubahan yang lebih baik setelah mengikuti mentoring secara umum dan perubahan khusus pada konsep diri yang mencakup pada aspek akademis, spiritual, kejujuran, hubungan dengan orang tua, emosional dan konsep diri secara umum. Dalam kelompok mentoring, seorang anggota dapat membandingkan perilakunya dengan perilaku sesama anggota dalam satu kelompok, sehingga dia mampu belajar lebih baik dalam menentukan perilakunya atau mengontrol dirinya. Kontrol diri menurut Baumeister, Heatherton dan Tice (1994) adalah kemampuan untuk menahan dan mengontrol impuls, emosi, pikiran atau perilaku dari hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuan mereka. Kontrol diri juga mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam tindakan agresi, semakin tinggi tingkat kontrol diri seseorang semakin rendah tingkat agresivitas seseorang. Kontrol diri membuat seseorang menahan suatu respon yang dianggap negatif dan mengarahkannya kepada respon lain yang lebih baik dalam segi disiplin diri, kesengajaan/tidak impulsif, kebiasaan sehat, etos kerja, dan keandalan.

Adapun mentoring memiliki beberapa fungsi mentoring yaitu:

1) Fungsi pemahaman, yaitu membantu individu memberikan pemahaman secara mendalam dan tuntas terhadap suatu topik atau materi yang akan dibahas.

2) Fungsi pencegahan, yaitu membantu individu dalam mencegah timbulnya masalah yang akan menghambat perkembangan kepribadian siswa.

3) Fungsi pengembangan, yaitu membantu individu dalam mengembangkan seluruh kepribadiannya secara optimal, dengan keterampilan dan pemahaman yang mengasah konsep dirinya dengan dibekali nilai-nilai baik yang mendukung, dengan harapan dapat mencapai tujuan yaitu membentuk individu menjadi individu yang aktif dan berdaya.

Pada kegiatan mentoring terdapat sesi curhat, anggota dimotivasi untuk melakukan perbuatan baik dan saling memotivasi untuk meninggalkan kebiasaan atau perilaku yang tidak baik seperti merokok dan minum alkohol. Lalu anggota dapat menceritakan permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi kemudian dicarikan solusi atas permasalahan tersebut secara bersama-sama sehingga tercipta nuansa kekeluargaan. Ini merupakan kegiatan yang dapat menjaga kesehatan mental pada remaja, karena terciptanya suasana yang lebih perhatian atau care, sehingga hal-hal yang dapat memicu tekanan, depresi, merasa sendirian, tidak punya teman dapat diminimalisir. Kelompok mentoring menjaga hubungan antar anggotanya untuk selalu berkabar dan memberikan pemecahan masalah jika ada yang mempunyai masalah baik oleh keluarga, teman maupun diri sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun